Jawa Pos Jum'at, 14 November 2008 ]
Dituduh Filmkan PKI dan Gerwani Erros Djarot Dicekal KARANGANYAR - Sutradara kritis Erros Djarot tersandung masalah. Pengambilan adegan (syuting) film terbarunya, Lastri terganjal izin di Karanganyar, Jawa Tengah. Pemkab melarang dia mengambil gambar di beberapa tempat. Salah satu di antaranya di Pabrik Gula (PG) Colomadu, Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu. Dalih pemkab, warga desa setempat keberatan. Konon, mereka mengancam mengerahkan massa besar-besaran jika Erros nekat meneruskan pengambilan adegan untuk film Lastri di desa itu. ''Warga minta pemkab tidak mengizinkan syuting. Kami meneruskan keberatan warga itu ke kepolisian,'' papar Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Ign Triyanto. Erros jelas kesal dengan pencekalan itu. Apalagi, aparat dan warga yang menolak belum tahu persis isi film tersebut. ''Kok saya dituduh menyebarkan komunisme (lewat film tersebut). Tudingan itu mengada-ada,'' katanya. Dia lantas memaparkan bahwa Lastri berbicara tentang cinta. Misinya, menurut sutradara yang pernah terjun di dunia politik itu, mempersatukan bangsa melalui film. ''Cinta sudah hilang di republik. Kalau dibiarkan, akan terjadi last RI (akhir Republik Indonesia),'' ungkap dia. Erros menduga, pencekalan Lastri adalah setting film tersebut yang menggambarkan Solo pada 1965 saat bergolak pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia). Dia bahkan diisukan membuat film dokumenter tentang Gerwani -organisasi perempuan under bow PKI. ''Tuduhan yang sangat tidak tepat. Mereka belum tahu, tapi ngawur,'' tegas Erros. Tokoh utama film tersebut, Ronggo -pacar Lastri- memang digambarkan sebagai anggota organisasi pemuda under bow PKI. Namun, dia menjamin tidak akan memunculkan simbol-simbol PKI dalam filmnya. Dia juga menegaskan tidak akan mencuplik ajaran partai terlarang tersebut. ''Semua tokoh di film tersebut digambarkan tidak paham ideologi tersebut. Jadi, sama sekali tidak ada penggambaran atau penjelasan tentang komunisme,'' tandas Erros. Informasinya, penolakan tersebut dari dari warga Desa Malangjiwan Colomadu, melalui surat yang dikirim Kades Parjoko. Mereka kawatir syuting film dengan seting tahun 1965 itu dapat mengganggu kondusifitas di Malangjiwan dan membangkitkan semangat PKI. Surat tersebut diperkuat dengan surat dari perwakilan masyarakat Colomadu. Suraji yang menjadi koordinator mengatakan kondusifitas politik di Colomadu dikawatirkan terusik dengan syuting film tersebut. "Kami akan mengerahkan masa jika syuting tetap dilaksanakan," ungkap Suraji. Keberatan juga dilontarkan Veteran RI anak ranting Colomadu. Melalui surat yang dikirim ketuanya, Warigit, para veteran juga mendesak bupati untuk membubarkan pembuatan film tersebut. Pasalnya Lastri yang menjadi tokoh utama dalam film tersebut diduga tokoh Gerwani. Pembuatan film ini ditakutkan menghidupkan kembali PKI di Indonesia. (jpnn/ruk