Bedjo Untung (Tragedi 1965/1966), Wanma Yetty (Peristiwa Tanjung Priok, 1984), 
Azwar Kaili (Peristiwa Talangsari 1989), Ruyati Darwin (Tragedi Mei 1998), 
Sumarsih (Tragedi Semanggi 1998), Mugiyanto (Penculikan Aktivis Prodemokrasi 
1997/1998), Zafrullah Pontoh (Kekerasan terhadap Jamaat Ahmadiyah), Kiswoyo 
(PT. Istana Magnoliatama), Muhammad Mizar Al Amir (Sengketa TPST Bojong) dan 
Suciwati (Kasus Pembunuhan Aktivis HAM Munir 2004) menjadi narasi personal yang 
coba dihadirkan dalam buku ini. 

Narasi inilah yang kelak diharapkan bisa digunakan untuk menandingi 
narasi-narasi mayor yang terlanjur baku dan beku di banyak benak masyarakat 
Indonesia. Kesepuluh responden tersebut adalah korban pelanggaran HAM 
berdimensi sipil – politik maupun ekonomi, sosial dan budaya yang telah lama 
menjadi dampingan KontraS, LBH Jakarta dan Yayasan Pulih. Mereka ini kemudian 
bertransformasi menjadi pembela HAM di lingkungan mereka masing-masing dan 
memberi banyak inspirasi dalam gerakan advokasi HAM di Indonesia. 

dipetik dari kata pengantar buku Berjuang Dari Pinggiran : Narasi Pembela HAM 
Berbasis Korban
 
 
silah kunjung
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/e-book-berjuang-dari-pinggiran-narasi.html
 
 
HRSF(Human Rights Support) - Kontras - LBH Jakarta - HRWG (Human Rights Working 
Group) - Yayasan Pulih - Yayasan Tifa
 


      

Kirim email ke