http://members. tripod.com/ alifuru/jusfiq. html Liat Orangnya disini : http://members. tripod.com/ alifuru/Jusfiq_ T.GIF Jusfiq Hadjar Jusfiq Hadjar was born in 1940 in West Sumatra, one of the most Islamised parts of Indonesia. He entered the University of Indonesia (Jakarta) in 1958 and in 1963 obtained a scholarship to complete his studies in French litterature. ?Like everyone my age at the time, I was a fervent nationalist? at the time, admiring then Indonesian President Sukarno. In Europe, his views sharply changed as he learned of some of the atrocities committed by Sukarno through better access to information. The new Indonesian President, General Suharto, visited Paris in the fall of 1972, and Hadjar joined a campaign to try to get hundreds of thousands of Indonesian political prisoners released. He moved from France to the Netherlands at the end of 1972, and joined Kommitee Indonesië. In 1974 he and several others founded INDOC (the Documentation and Information center on Indonesia, now defunct). In 1981, together with 40 other Indonesians in Europe he founded the Movement of Indonesian abroads for Human Rights and Democracy of which he is still an active member. Members of this organization are continually harrassed by Indonesian embassy and consulate staff throughout Europe. Hadjar went back to Indonesia in 1995 to attend the ?subversion? trial of Sri Bintang Pamungkas, a pro-democracy activist. He was arrested, interrogated, and expelled to Singapore. He has opposed the invasion of East Timor since the beginning and supports the right of East Timorese to self determination. He has testified many times before the United Nations Commission and the Subcommision on Human Rights on behald of different NGOs. He lives in the Netherlands. Jusfiq Hadjar Umur, sekitar 65 tahun-70 tahun. Daerah asal: Cingkariang, Banuhampu, Agam (Bukittinggi) . Sekarang menetap di Leiden, Belanda. Tidak punya pekerjaan tetap, namun kabarnya membuka restoran kecil di sana. Ia hidup bersama dengan istrinya, orang Belanda, yang merupakan staf perpustakaan Universitas Leiden. Jusfiq tidak memiliki anak. Sebelum menetap di Belanda, Jusfiq tinggal lama di Perancis. Dia menempuh pendidikan di Perancis, kemudian menjadi dosen di salah satu Universitas di Perancis. Dia meninggalkan Indonesia tahun 1960an, mendapat bea siswa dari Pemerintahan Sukarno. Mengaku kritis terhadap Sukarno, namun menentang naiknya tentara dan Suharto, dan memutuskan tidak pulang ke Indonesia dan bergabung dengan aktivis anti orde baru di Eropa. Yang bersangkutan juga aktif dulunya dalam beberapa gerakan LSM, hak azazi manusia, dllsbnya di Eropa. Sekarang yang bersangkutan sudah tidak aktif lagi dalam berbagai aktivitas tersebut, karena sudah tua dan juga sudah tidak laku lagi katanya, sudah tidak diajak orang lagi katanya. Dia masih aktif menulis email di berbagai milis, dengan fokus menyerang ajaran islam, menonjolkan sisi-sisi buruk dari Islam dan Nabi Muhammad. Misinya katanya adalah untuk memanusiawikan ajaran Islam. Jusfiq juga terkenal dengan keras kepalanya, sehingga diskusi dengan dia tidak akan pernah habis, sehingga dia punya banyak musuh, termasuk dari kubu anti islam sekali pun. Dia juga tidak segan-segan menggunakan kata-kata kasar dan jorok. Sebagian menganggpa karena dia sudah semakin tua, secara psikologis sudah susahdiajak bicara. Dan juga karena katanya tidak ada kerjaan lagi. Dia, menariknya, masih mengaku beragama Islam, yaitu Islam Mu'tazillah, karena dia bertujuan katanya memanusiawikan ajaran Islam. Dia sering membandingkan islam dengan Kristen yang katanya sudah mengalami pembaharuan dan pemanusiawian, sehingga banyak yang menduga, bahwa dia kemungkinan adalah seorang Nasrani. tetapi, dari email-emailnya, jelas Jusfiq ini Atheis. Namun menariknya, dia terang-terangan mendukung hak-hak bangsa Palestina dan menentang keras pendudukan Amerika di Iraq.