http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2008121600404916

      Selasa, 16 Desember 2008 
     

      BURAS 
     
     
     

Fatwa, dari Golput ke Lia Eden! 


       
      "RAKYAT kayaknya sedang dibuat demam fatwa!" ujar Umar. "Mula-mula Ketua 
MPR Hidayat Nurwahid melontar wacana fatwa haram buat golput--tidak memberi 
suara dalam pemilu! Lalu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar minta fatwa kiai buat 
warga nahdliyin agar tidak memilih partai baru! Serasa masih kurang juga, Lia 
Eden tidak mau ketinggalan, ia edarkan fatwa bahwa Islam dan agama-agama lain 
sudah dihapus!"

      "Dengan fatwa betubi-tubi tentang hal-hal yang mengundang perdebatan itu 
memang rakyat bisa demam--seperti flu, kepala jadi pusing dengan mata 
berkunang-kunang!" sambut Amir. "Pasalnya, fatwa itu salah satu bentuk ijmak 
ulama yang jadi sumber hukum ketiga dalam ajaran Islam, seketika dipasang 
menjadi ranjau mengepung umat dengan ragam larangan baru bersanksi haram! Untuk 
menghindari larangan lama saja tidak mudah, dipasang jerat-jerat baru lagi yang 
membuat umat begini salah begitu juga salah!"

      "Fatwa sebagai sumber hukum bagi umat itu sebaiknya memang tidak diobral 
seperti barang murahan!" timpal Umar. "Namun, di sisi lain kita juga harus 
tetap yakin, para kiai-ulama tidak akan segila Lia Eden dalam mengada-ada! 
Dengan cara berpikir demikian kita bisa memilah Hidayat Nurwahid dan Muhaimin 
Iskandar sebagai intelektual muslim dengan Lia Eden yang aneh--lontaran Hidayat 
dan Muhaimin sebatas wacana, sedang selebaran Lia Eden didasari keyakinan 
serius!"

      "Kalau setiap umat cara berpikirnya demikian, masalah selesai ketika 
orang men-judgement sikap sendiri! Artinya, diri sendiri mampu menentukan 
pilihan!" tegas Amir. "Tapi sayangnya, banyak kepala selalu jadi sebegitu 
banyak pula cara berpikir orang! Bahkan, membedakan fatwa dan wacana saja 
sering rancu! Hal seperti itu yang acap membuat masalah sepele jadi 
berlarut-larut tidak terselesaikan!"

      "Bisa kutebak maksudmu!" timpal Umar. "Di tengah realitas pemahaman 
mayoritas umat yang pas-pasan mengenai agama, tapi di sisi lain dengan 
pemahaman terbatas itu justru jadi fanatik buta atas sepotong kebenaran dengan 
menafikan kebenaran-kebenaran lain, kalangan elite dan intelektual jangan 
terlalu mudah melontarkan hal-hal yang bisa menyulut kontroversi di kalangan 
awam! Dengan suatu kontroversi yang bisa membingungkan, umat malah jadi sukar 
membedakan antara wacana Hidayat dan Muhaimin dengan fatwa Lia Eden! Lebih 
celaka lagi jika awam lantas menyamakan saja Hidayat, Muhaimin, dan Lia Eden! 
Jangan kira kemungkinan itu tidak bisa terjadi!"

      "Maka itu, agar umat bisa kafah--seutuhnya dalam bernegara-bangsa dan 
beragama--jangan terlalu banyak ranjau agama dipasang dalam kehidupan bernegara 
bangsa, yang malah bisa membuat pribadi umat terbelah--bernegara-bangsa tanpa 
moralitas agama!" tegas Amir. "Dalam berdemokrasi kita jalankan yang lazim dan 
universal saja! Tidak perlu neko-neko!"

      H.Bambang Eka Wijaya
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Kirim email ke