Re: [zamanku] Film Suara Para Muslimah

2010-04-24 Terurut Topik Si Kebenaran



Harusnya baca dulu yg namanya fiqh.

Muslimah dinikah diberi mahar yg menurut fiqh adalah pengganti vagina.



--- On Wed, 21/4/10, Wahyu Suluh  wrote:

From: Wahyu Suluh 
Subject: [zamanku] Film Suara Para Muslimah
To: mediac...@yahoogroups.com, zamanku@yahoogroups.com, ppiin...@yahoogroups.com
Date: Wednesday, 21 April, 2010, 6:53 PM







 



  



  
  
  Anis Mehdi : Jurnalis Dan Pembuat Film - Yordania



Veiled
Voices adalah sebuah film dengan cerita-cerita yang mencerahkan hadirin
yang butuh otentisitas, tentang Islam secara umum dan kehidupan
muslimah secara khusus. Brigid Maher, seorang sutradara,
sinematografer, dan editor yang mengajar di Divisi Film dan Seni Media
di American University,Washingt on, DC, menunjukkan sensitivitas dan
keterampilannya dalam menyampaikan ceritacerita penting tapi sederhana
ini.
Sederhana? Ya. Cerita-cerita ini adalah tentang para perempuan
kebanyakan: tetangga yang seorang ibu dan istri; seorang profesional
yang mengajar dan sering bepergian; seseorang yang menghadapi tantangan
dan kekecewaan yang tidak menyurutkan langkahnya tapi malah mampu
mengatasi dan menginspirasi. 
Maher menampilkan profil tiga
perempuan: Huda al-Hasbash dari Suriah, Suad Saleh dari Mesir, dan
Ghina Hammoud dari Libanon. Kita menjumpai mereka pertama sebagai para
profesional, lalu sebagai istri dan janda, lalu sebagai ibu dan tukang
masak, yang sebanding dengan banyaknya tugas yang dimiliki perempuan di
seluruh dunia. Kita menemui suami, ibu, dan anakanak mereka. 
Sebagai
ibu sekaligus pengajar di Suriah, Al-Hasbash berkeras memakai jilbab
dan malah menunjukkan bahwa tidak ada pertentangan antara mengenakan
kerudung dan hidup di zaman modern. Ia mengajar puluhan perempuan tidak
hanya untuk membaca Al-Quran, tapi juga untuk memahami hak-hak mereka.
Ia mengutarakan pandangan-pandangan nya di depan kamera sembari memasak
makanan bagi keluarganya. 
Dr Saleh, orang yang sangat dikenal
khalayak, mengajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan muncul di
acara-acara televisi.“Kita telah mereduksi Islam menjadi jilbab dan
jenggot,” ujarnya. Padahal masih ada banyak yang lainnya (yang lebih
penting untuk dibahas). Hammoud dengan berani bertahan dengan kariernya
meski dikhianati suaminya. Ia tetap menyayangi dan menghormati
putri-putrinya, yang tinggal bersama ayah mereka setelah perceraian. 
Hubungan
antara perempuan dan laki-laki adalah contoh tepat menggambarkan
stereotipe yang terjadi. Salah satunya karena di media arus utama,
budaya pop, dan keabaian orang, ada pandangan yang tersebar luas di
Barat bahwa para muslimah adalah kaum tertindas. Kita membaca tentang
pembunuhan demi kehormatan, anak perempuan yang dilarang bersekolah,
dan perempuan yang tak diceraikan meski dalam situasi yang tak 
dokumenter sekitar satu jam ini akan mengejutkan para penonton.
Kamera
menyorot ruangan-ruangan yang penuh perempuan yang sedang belajar hukum
Islam dan kepemimpinan. Mereka sering merujuk pada teladan-teladan awal
kepemimpinan perempuan dalam komunitas muslim, termasuk teladan Aisyah,
istri termuda Nabi Muhammad. Pada usia 17 tahun, ia sudah menjadi
cendekiawan dan guru yang dihormati. 
Sang pembuat film tidak
dengan ketat mengatur situasi, sehingga memungkinkan kehidupan yang
alamiah bisa terekam di kamera video. Seorang anak yang menjaili kamera
tidak diminta diam, dan wawancara terus berlanjut; ketika pertanyaan
sangat personal ditanyakan dan sang tokoh menangis, para kru pun ikut
menangis. Ini terlihat dan kita—audiens—diikutsertakan dalam momen di
belakang layar. 
Perempuan muslim dan nonmuslim dari Malaysia
hingga Amerika secara aktif terlibat dalam mendidik diri mereka sendiri
dan yang lain, condong pada agama sebagai alat utama dalam menyerukan
kesetaraan dan kesempatan. Para perempuan dalam Veiled Voices adalah
bagian dari gerakan yang perlu dan alami untuk menyuarakan pemahaman
tentang Islam pada abad ke-21. ● 


  

   


  




  

   


  




http://epaper. korantempo. com/ KT/KT/2010/04/ 21/ArticleHtmls/ 21_04_2010_012_ 
014.shtml? Mode= 1

http://finance. groups.yahoo. com/group/ media-soloku/

http://media- klaten.blogspot. com/

http://businessandf inance-bikini. blogspot. com/

http://groups. google.com/ group/suara- indonesia/


  


 





 



  







[zamanku] Film Suara Para Muslimah

2010-04-22 Terurut Topik Wahyu Suluh
Anis Mehdi : Jurnalis Dan Pembuat Film - Yordania



Veiled
Voices adalah sebuah film dengan cerita-cerita yang mencerahkan hadirin
yang butuh otentisitas, tentang Islam secara umum dan kehidupan
muslimah secara khusus. Brigid Maher, seorang sutradara,
sinematografer, dan editor yang mengajar di Divisi Film dan Seni Media
di American University,Washington, DC, menunjukkan sensitivitas dan
keterampilannya dalam menyampaikan ceritacerita penting tapi sederhana
ini.
Sederhana? Ya. Cerita-cerita ini adalah tentang para perempuan
kebanyakan: tetangga yang seorang ibu dan istri; seorang profesional
yang mengajar dan sering bepergian; seseorang yang menghadapi tantangan
dan kekecewaan yang tidak menyurutkan langkahnya tapi malah mampu
mengatasi dan menginspirasi. 
Maher menampilkan profil tiga
perempuan: Huda al-Hasbash dari Suriah, Suad Saleh dari Mesir, dan
Ghina Hammoud dari Libanon. Kita menjumpai mereka pertama sebagai para
profesional, lalu sebagai istri dan janda, lalu sebagai ibu dan tukang
masak, yang sebanding dengan banyaknya tugas yang dimiliki perempuan di
seluruh dunia. Kita menemui suami, ibu, dan anakanak mereka. 
Sebagai
ibu sekaligus pengajar di Suriah, Al-Hasbash berkeras memakai jilbab
dan malah menunjukkan bahwa tidak ada pertentangan antara mengenakan
kerudung dan hidup di zaman modern. Ia mengajar puluhan perempuan tidak
hanya untuk membaca Al-Quran, tapi juga untuk memahami hak-hak mereka.
Ia mengutarakan pandangan-pandangannya di depan kamera sembari memasak
makanan bagi keluarganya. 
Dr Saleh, orang yang sangat dikenal
khalayak, mengajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan muncul di
acara-acara televisi.“Kita telah mereduksi Islam menjadi jilbab dan
jenggot,” ujarnya. Padahal masih ada banyak yang lainnya (yang lebih
penting untuk dibahas). Hammoud dengan berani bertahan dengan kariernya
meski dikhianati suaminya. Ia tetap menyayangi dan menghormati
putri-putrinya, yang tinggal bersama ayah mereka setelah perceraian. 
Hubungan
antara perempuan dan laki-laki adalah contoh tepat menggambarkan
stereotipe yang terjadi. Salah satunya karena di media arus utama,
budaya pop, dan keabaian orang, ada pandangan yang tersebar luas di
Barat bahwa para muslimah adalah kaum tertindas. Kita membaca tentang
pembunuhan demi kehormatan, anak perempuan yang dilarang bersekolah,
dan perempuan yang tak diceraikan meski dalam situasi yang tak 
dokumenter sekitar satu jam ini akan mengejutkan para penonton.
Kamera
menyorot ruangan-ruangan yang penuh perempuan yang sedang belajar hukum
Islam dan kepemimpinan. Mereka sering merujuk pada teladan-teladan awal
kepemimpinan perempuan dalam komunitas muslim, termasuk teladan Aisyah,
istri termuda Nabi Muhammad. Pada usia 17 tahun, ia sudah menjadi
cendekiawan dan guru yang dihormati. 
Sang pembuat film tidak
dengan ketat mengatur situasi, sehingga memungkinkan kehidupan yang
alamiah bisa terekam di kamera video. Seorang anak yang menjaili kamera
tidak diminta diam, dan wawancara terus berlanjut; ketika pertanyaan
sangat personal ditanyakan dan sang tokoh menangis, para kru pun ikut
menangis. Ini terlihat dan kita—audiens—diikutsertakan dalam momen di
belakang layar. 
Perempuan muslim dan nonmuslim dari Malaysia
hingga Amerika secara aktif terlibat dalam mendidik diri mereka sendiri
dan yang lain, condong pada agama sebagai alat utama dalam menyerukan
kesetaraan dan kesempatan. Para perempuan dalam Veiled Voices adalah
bagian dari gerakan yang perlu dan alami untuk menyuarakan pemahaman
tentang Islam pada abad ke-21. ● 


  

   


  




  

   


  




http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2010/04/21/ArticleHtmls/21_04_2010_012_014.shtml?Mode=1

http://finance.groups.yahoo.com/group/media-soloku/

http://media-klaten.blogspot.com/

http://businessandfinance-bikini.blogspot.com/

http://groups.google.com/group/suara-indonesia/