http://www.harianterbit.com/artikel/rubrik/artikel.php?aid=62894
Fungsikan Islam dalam keseharian Tanggal : 27 Feb 2009 Sumber : Harian Terbit JAKARTA - Umat Islam Indonesia sudah saatnya menyamakan visi dan misi mereka di tengah keberagaman keyakinan politik mereka untuk mendorong berfungsinya nilai-nilai Islam dalam sistim kehidupan di Indonesia. Visi itu adalah 'ridha Allah' dan misi 'amar ma'ruf nahi munkar' (mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan). Demikian dikemukakan cendekiawan muslim Dr Egi Sudjana SH, Msi kepada Harian Terbit di Jakarta, kemarin. Egi yang kini mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI mengemukakan sudah waktunya masing-masing umat Islam membangun kesepahaman tentang makna Islam itu. Setiap muslim Indonesia dengan mengembangkan rasa saling percaya dan berprasangka baik di antara mereka serta mulai memfungsikan Islam sesuai dengan kapasitas dan otoritas yang dimiliki setiap muslim. Ia menyebutkan seorang pembantu rumah tangga yang diserahi amanah untuk menjaga rumah dan harga majikan misalnya. Jika dia memfungsionalisasikan nilai-nilai Islami ke dalam kehidupannya, seperti bersikap amanah dan berlaku adil, tidak akan pernah majikannya ragu setiap kali hendak meninggalkan rumah karena ia yakin hartanya akan terjaga dengan baik karena pembantu rumah tangganya adalah orang yang amanah. Jika seorang pembantu rumah tangga sebagaimana yang saya sebutkan tadi, yang dengan otoritas dan kapasitasnya yang sangat terbatas saja mampu menerapkan nilai-nilai Islami ke dalam kehidupannya, betapa dahsyatnya jika presiden dan perangkat kenegaraan lain yang memiliki kekuasaan besar mampu memfungsionalisasikan nilai-nilai Islami itu. Hanya saja ada satu kelemahan mendasar yang tengah dihadapi umat Islam Indonesia saat ini adalah Islam masih belum fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Lihat saja di Indonesia, kehidupan sebagian besar rakyatnya justru susah, angka pengangguran dan kriminalitas tinggi, pendidikan bermutu belum berpihak kepada rakyat kecil, dan bahkan penerapan upah minimum regional bagi para buruh pun berbeda-beda di setiap daerah padahal harga minyak sama dimana-mana. Dalam kondisi kehidupan yang semakin berat di Indonesia itu, aksi perampokan dan pencurian semakin tampak biasa di negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. Semua itu terjadi, karena semenjak kemerdekaannya, para tokoh kunci bangsa Indonesia, seperti presiden, wakil presiden, ketua DPR-RI, ketua MPR-RI, maupun lembaga-lembaga penting kenegaraan lainnya, beragama Islam namun Islam tetap saja 'disfungsi' di negara ini karena agama samawi ini disalahpahami maknanya hanya sebatas 'golongan'. Padahal, Islam itu bukanlah golongan melainkan Islam itu adalah tata nilai mulai dari kejujuran, keikhlasan, kesetaraan, kesejahteraan dan keselamatan bagi siapa saja. Hari ini, kita yang Islam justru berkelompok-kelompok. (asa