Gadis Berjilbab Itu Jadi Bintang Tim Sepakbola Perempuan Denmark

Katagori : Dunia Islam
Oleh : Redaksi 26 Jun 2008 - 5:30 pm

imageZainab al-Khatib, muslimah asal Denmark, bisa jadi satu-satunya
pemain sepakbola perempuan berjilbab saat ini. Kehadirannya seperti
oase di tengah situasi yang masih menghangat akibat kasus pelecehan
Rasulullah Saw oleh sejumlah media massa Denmark. Zainab baru-baru ini
terpilih untuk memperkuat tim nasional kebelasan sepakbola perempuan
Denmark, setelah Danish Football Association (DBU) memberi izin Zainab
tetap mengenakan jilbabnya saat berlaga di lapangan hijau. Dan izin
itu tidak hanya berlaku di Denmark, tapi juga untuk seluruh wilayah
Eropa, jika Zainab memperkuat timnya di luar wilayah Denmark.

Kelihaian Zainab menggiring bola dan mencetak gol-gol yang spektakuler
mengundang decak kagum. Tak heran kalau gadis berjilbab itu kini
menjadi pusat perhatian para penggemar bola di Denmark. "Saya sangat
senang saya bisa menjadi teladan di Denmark, " kata Zainab yang
memulai karir sepakbolanya tiga tahun yang lalu.

Ia berhasil mencetak gol dan membawa kemenangan gemilang bagi timnya
saat melawan tim Swedia belum lama ini. "Zainab memiliki kepribadian
yang kuat, perilakunya selalu positif dan memberikan inspirasi baik di
dalam maupun diluar lapangan, " kata pelatih Zainab, Troel Mansa.

"Dia adalah salah satu pemain terbaik saya. Saya senang bisa menjadi
pelatihnya, " puji Mansa.

Zainab yang masih berusia 15 tahun itu, kini menempati posisi sebagai
penyerang dalam timnya. Ia baru mengenakan jilbab setahun yang lalu.
Ibundanyalah yang menolong Zainab mendisain jilbab yang nyaman dipakai
saat ia bermain sepakbola.

"Ia memang seorang Muslim yang taat, dan kami layak mendukungnya untuk
meraih impiannya dalam bidang olahraga. Saya bangga, Zainab bisa
membuktikan bahwa mengenakan jilbab bukan berarti ia kehilangan haknya
untuk menekuni olahraga, " kata Ibrahim al-Khatib, ayah Zainab.

Pelatih Zainab, Manas juga mengatakan bahwa jilbab Zainab tidak pernah
menjadi kendala. "Kami hanya menaruh minat pada ketrampilan dan
kepribadiannya. Saya tidak pernah mendengar ada pemain atau pelatih
yang mengungkapkan keberatan tentang jilbabnya, " tukas Manas.

Zainab mengakui bahwa teman-teman satu timnya sangat memberikan
dukungan padanya. "Mereka menerima saya, dan saya tidak mengalami
hambatan apapun. Waktu tim kami melawan tim Swedia, beberapa pemain
tercengang melihat jilbab saya, tapi tak satupun yang menyatakan
keberatan, " kata Zainab.

Zainab menganggap masalah jilbab seharusnya tidak perlu
diributkan."Saya merasa senang, bisa menyeimbangkan kewajiban agama
dengan hobi saya, " sambungnya.

Menurutnya, ia ingin menunjukkan bahwa warga Muslim Denmark ingin
berbaur dengan seluruh lapisan masyarakat. "Saya melihat diri saya
sendiri sebagai seorang Muslim Denmark yang secara efektif memberikan
kontribusi bagi masyarakat dan bangga bisa menjadi wakil negara ini di
luar negeri, " tukas gadis keturunan Palestina yang juga aktif di
lembaga sosial Islam di kotanya, Odense dan bercita-cita jadi dokter ini.

Zainab beruntung bisa bebas mengenakan jilbabnya tanpa harus
kehilangan kesempatan berprestasi di bidang olahraga yang digemarinya.
Pasalnya, beberapa muslimah berjilbab tidak seberuntung Zainab.

Pada Maret 2007, International Football Association Board (IFAB)
menyatakan jilbab dilarang dalam permainan sepakbola, setelah seorang
muslimah berjilbab Kanada dikeluarkan dari tim sepakbolanya karena
mengenakan jilbab. Kemudian, pada Januari 2008, seorang muslimah siswa
menengah di AS yang juga atlet lari, dikeluarkan dari kompetisi juga
karena mengenakan jilbab. Pada November 2007, seorang anak perempuan
berusia 11 tahun, dilarang ikut turnamen nasional Yudo di Kanada,
karena ia mengenakan jilbab. (ln/iol/eramuslim)

  Shalom,
Tawangalun.

Kirim email ke