Gagalnya Wirausaha Bukan Karena Gengsi atau Modal Tapi Syariah !!!
                                             
Bisnis, wiraswasta, ataupun wirausaha orang2 di Indonesia banyak yang mengalami 
kegagalan, namun kalo mau jujur mempelajari kenyataan, maka kegagalan itu bukan 
karena kultur, bukan karena gengsi, bukan karena modal, dan bukan karena malas 
kurang kreatif, tetapi karena Syariah Islam dan semua ajaran Islam memang tidak 
ada ayatnya mengajar umat cara2 bisnis, yang jelas2 ada adalah cara2 merampok 
dan cara2 membagi hasil rampokan itu secara adil.

Mem-bagi2 hasil rampokan secara adil bukanlah berarti Islam menjunjung 
keadilan, justru sebaliknya meng-injak2 keadilan, menghina keadilan, dan 
merendahkan nilai2 keadilan.

Itulah sebabnya, kalo mau anda renungkan, umat Ahmadiah yang harta bendanya 
dijarah, rumahnya dibakar, dan mesjidnya dibumi hanguskan ternyata sama sekali 
tidak ada kaitannya dengan akidah yang berbeda tapi kaitannya adalah bagaimana 
mengamalkan ajaran Islam yang sebenarnya seperti sunnah nabi.

Syariah Islam menghancurkan bisnis, merusak bisnis, menghancurkan kreativitas 
berusaha, dan tidak menghargai dunia usaha.  Dan ini merupakan realitas yang 
tak mungkin dibantah dengan kata2 ataupun dengan ayat2 Quran.

Jadi kalo ekonomi Indonesia ini hancur lebur yang harus disalahkan bukanlah 
sumber alamnya, juga tak perlu menyalahkan koruptor, karena sumber kesalahan 
utamanya adalah Syariah Islam itu sendiri yang menghalalkan korupsi dan 
mengharamkan mencuri.  Agar se-olah2 Islam itu melarang korupsi, maka definisi 
koruptor diputer balik.  Korupsi sebenarnya istilah penyalah gunaan dana, yang 
oleh ulama2 Syariah Islam didefinisikan sebagai pencuri.

Padahal Korupsi sama sekali bukan mencuri tetapi menyalah gunakan wewenang 
termasuk menyalah gunakan kekuasaan untuk memaksakan Syariah Islam kepada yang 
bukan Islam, dan menghancurkan masa depan umat Islam atas nama kewajiban dari 
Allah.

Beda sekali dengan mencuri, pencuri itu bukan menyalah gunakan wewnang bukan 
menyalah gunakan kekuasaan, karena pencuri itu tidak punya wewenang, juga tidak 
punya kekuasaan.  Secara definisi, mencuri adalah mengambil barang atau uang 
yang bukan wewenangnya, bukan dibawah kekuasaannya, bukan secara administratif 
sebagai miliknya untuk digunakan.

Korupsi adalah seorang yang menyalah gunakan jabatannya baik menggunakan 
ataupun menggambil barang atau uang yang memang berada dibawah sewenangnya, 
berada dibawah kekuasaannya, berada dibawah tanggung jawabnya, bahkan secara 
aministratif sebagai milik jabatannya.

Demikianlah jadinya, semua organisasi Islam menjadi sarang koruptor, dan mereka 
menyangkal korupsi karena mereka bukan pencuri.

> "arsafin88" <arsafi...@...> wrote:
> "Banyak yang tidak menyadari, hambatan
> kultural, mental atau psikologis
> seringkali menjadi kendala atau bahkan
> menjadi pemicu kegagalan dalam merintis
> usaha. Contohnya perasaan gengsi. Sebagai
> entreprenuer, kalau mau sukses harus
> bersedia terjun ke lapangan, bersedia
> menawarkan ini-itu. Bisnis tak akan
> berjalan kalau urusan gengsi menjadi
> pertimbangan utama. 
> 

Waaaah.....  anda ini belum pengalaman berwirausaha ya???  Cuma modal dengar2 
dari luar negeri atau cuma baca2 buku usahawan model sekolah agama Islam ya.

Memang sebagian dari pernyataan anda ada betulnya, tapi lebih banyak salahnya 
terutama dalam contoh perasaan gengsi, karena dalam berwirausaha tidak ada 
satupun pengusaha2 Indonesia yang gengsi2an, begitu ada kesempatan nyogok 
enggak bakalan pernah ada pengusaha yang gengsi kecuali tentunya mereka yang 
belum pernah jadi pengusaha.

Bukan cuma pengusahanya saja, bahkan pejabat2 yang disogoknya juga tidak pernah 
gengsi, se-terhormat2nya seorang pejabat begitu disogok tidak lagi perlu 
dihormati.

Ada seorang pengusaha Bali, dia tidak gengsi2an, karena kalo gengsi2an biasanya 
harus pasang harga tinggi, tapi si pengusaha Bali ini tidak pasang harga tinggi 
melainkan banting harga, akibatnya sewaktu dia menawarkan daging2 Babi dari 
peternakan Babi-nya yang cuma kecil2an itu, langsung dia mendapatkan order 
daging Babi besar2an dari pengusaha2 Hotel, Restauran, dan penerbangan di 
Singapore.

Naaah.....  gara2 tidak punya gengsi, gara2 banting harga, akhirnya dia ketiban 
rejeki luar biasa ratusan ton daging babi diorder oleh pengusaha Singapore 
untuk diproses dan diekspor ke Eropah dan Amerika.

Tapi sekembalinya dari Singapore, peternakan babi-nya yang kecil2an yang 
tadinya mau ditingkatkan jadi besar2an mendadak malah ditutup oleh MUI, katanya 
babi itu diharamkan dalam Islam.

Memang berbagai alasan yang dikemukakan, tapi intinya adalah Islam mengharamkan 
babi sehingga peternakannya yang mula2 ada izin-nya dari pemda setempat, malah 
akhirnya ditutup sama sekali oleh pemerintah pusat.  Mulanya MUI tidak tahu 
disitu ada peternakan Babi kecil2an, tapi waktu ngurus izin mau bangun besar2an 
malah jadi dilarang padahal lingkungannya khan bukan linngkungan Islamiah tapi 
lingkungan yang murni 100% Hindu, tapi tetap MUI tidak bisa disogok untuk 
urusan akidah ini, dimanapun dimuka bumi ini adalah wilayah Allah tak boleh 
dilanggar dengan daging babi yang diharamkan Allah.

Naaah.....  ini cuma satu contoh yang korbannya bukan cuma satu tapi jutaan, 
hambatannya bukanlah gengsi, bukanlah budaya, juga bukan mental atau psikologis 
melainkan hambatannya adalah agama Islam yang menghambat segalanya.  Islam 
lagi....Islam lagi.......

Ny. Muslim binti Muskitawati.









Kirim email ke