Tulisan ini juga disajikan dalam website http://kontak.club.fr/index.htm



                    Gerakan 30 September dan kudeta Suharto



 Diterbitkannya terjemahan dalam bahasa Indonesia buku John Roosa dengan
judul “Dalih pembunuhan massal. GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO”
merupakan sumbangan besar sekali bagi semua kalangan dan golongan untuk
menambah  pengenalan mereka terhadap masalah besar yang sudah membikin
sengsaranya puluhan juta warganegara Indonesia oleh Orde Baru selama
berpuluh-puluh tahun.



Yang berikut di bawah ini adalah sebagian dari dari kata pendahuluan dari
buku tersebut,  sedangkan bagian selebihnya dapat dibaca dalam website
http://kontak.club.fr/index.htm.



  1.. Umar Said


=============





 Sebagian dari kata pendahuluan tersebut  adalah  yang berikut :



Bagi sejarawan yang ingin memahami perjalanan sejarah Indonesia modern, hal
yang terkadang menimbulkan rasa frustasi ialah justru karena kejadian yang
paling misterius ternyata merupakan satu babak kejadian yang terpenting.
Pada dinihari 1 Oktober 1965, menteri panglima Angkatan Darat (Menpangad
Letnan Jenderal Ahmad Yani dan 5 orang staf umumnya diculik dari rumah-rumah
mereka di Jakarta, dan dibawa dengan dengan truk ke sebidang areal
perkebunan di selatan kota. Para penculik membunuh Yani dan dua jenderal
lainnya pada saat penangkapan berlangsung. Tiba di areal perkebunan beberapa
saat kemudian pada pagi hari itu, mereka membunuh tiga jenderal lainnya dan
melempar enam jasad mereka ke sebuah sumur mati. Seorang letnan, yang salah
tangkap dari rumah jenderal ketujuh yang lolos dari penculikan, menemui
nasib dilempar ke dasar sumur yang sama.



Pagi hari itu juga orang-orang di balik peristiwa pembunuhan ini pun
menduduki stasiun pusat Radio Repubmik Indonesia (RRI) dan melalui udara
menyatakan diri sebagai anggaota pasukan yang setia kepada presiden Sukarno.
Adapun tujuan aksi yang mereka umumkan ialah untuk melindungi presiden dari
komplotan jenderal kanan yang akan melancarkan kudeta.



Mereka menyebut nama pimpinan mereka, Letnan Kolonel Untung, komandan
Batalyon I Kawal Kehormatan Cakrabirawa, yang bertangungjawab mengawal
presiden, dan menamai gerakan mereka Gerakan 30 September (selanjutnya
disebut sebagai G-30-S).



Dalam sebuah unjuk kekuatan, ratusan prajurit pendukung G-30-S menduduki
lapangan Merdeka (sekarang lapangan Monas) di pusat kota. Lalu pada sore dan
petang hari 1 Oktober, seperti menanggapi isyarat dari Jakarta, beberapa
pasukan di Jawa Tengah menculik 5 perwira pimpinan mereka. Kesuliatn
memahami G- 30-S antara lain karena gerakan tersebut sudah kalah sebelum
kebanyakan orang Indonesia mengetahui keberadaannya.



Gerakan 30 September tumbang secepat kemunculannya. Dengan tidak adanya
Yani, Mayor Jenderal Suharto mengambil alih komando Angkatan Darat pada pagi
hari 1 Oktober, dan pada petang hari ia melancarkan serangan balik. Pasukan
G-30-S meninggalkan stasion RRI dan lapangan Merdeka yang sempat mereka
duduki selama 12 jam. Semua pasukan pembrontak akhirnya ditangkap atau
melarikan diri dari Jakarta pada pagi hari 2 Oktober.



Di Jaxwa Tengah, G-30-S hanya bertahan sampai 3 Oktober. Gerakan 30
September lenyap sebelum anggoata-anggotanya sempat menjelaskan tujuan
mereka kepada publik. Pimpinan G-30-S bahkan belum sempat mengadakan
konferensi pers dan tampil memperlihatkan diri di depan kamera fotografer.
Kendati bernafas pendek, G-30-S mempunyai dampak sejarah yang penting. Ia
menandai awal berakhirnya masa kepresidenan Sukarno, sekaligus bermulanya
kekuasaan Suharto. Sampai saat itu Sukarno merupakan satu-satunya pemimpin
nasional yang paling terkemuka selama dua dasa warsa lebih, yaitu dari sejak
ia bersma peminpîn nasional lain Mogomad Hatta, pada 1945 mengumumkan
kemerdekaan Indonesia.Ia satu-satunya presiden negara-bangsa baru itu.



Dengan karisma, kefasihan lidah, dan patriotismenya yang menggelora, ia
tetap sangat populer di tengah-tengah semua kekacauan politik dan salahurus
perekonomian pasca-kemerdekaan. Sampai 1965 kedudukannya sebagai presiden
tidak tergoyahkan. Sebagai bukti popularitasnya, baik G-30-S maupun Mayor
Jenderal Suharto berdalih bahwa segala tindakan yang mereka lakukan
merupakan langkah membela Sukarno. Tidak ada fihak manapun yang berani
memperlihatkan pembangkannya terhadap Sukarno.



Suharto menggunakan G-30-S sebagai dalih untuk merongrong legitimasi
Sukarno, sambil melambungkan dirinya ke kursi kepresidenan. Pengambilalihan
kekuasaan negara oleh Suharto secara bertahap, yang dapat disebut sebagai
kudeta merangkak, dilakukannya di bawah selubung usaha untuk mencegah
kudeta. Kedua belah fihak tidak berani menunjukkan ketidaksetiaaan terhadap
presiden. Juga bagi presiden Sukarno aksi G-30-S itu sendiri disebutnya
sebagai “riak kecil di tengah samudera besar Revolusi (naional Indonesia),
“ sebuah peristiwa kecil yang dapat diselesaikan dengan tenang tanpa
menimbulkan guncangan besar terhadap struktur kekuasaan, bagi Suharto
peristiwa itu merupakan tsunami pengkhianatan dan kejahatan, yang
menyingkapkan adanya kesalahan yang sangat besar pada pemerintahan Sukarno.



Suharto menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI) mendalangi G-30-S, dan
selanjutnya menyusun rencana pembasmian terhadap orang-orang yang terkait
dengan partai itu. Tentara Suharto menangkapi satu setengah juta orang
lebih, Semuanya dituduh terlibat dalam G-30-S. Dalam salah satu pertumpahan
darah terburuk dalam abad keduapuluh, ratusan ribu orang dibantai Angkatan
Darat dan milisi yang berafiliasi dengannya, terutama di Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan Baki, dari akhir 1965 sampai pertengahan 1966.



Dalam suasana darurat nasional, tahap demi tahap Suharto merebut kekuasaan
Sukarno dan menempatkan dirinya sebagai presiden de facto (dengan wewenang
memecat dan mengangkat para menteri) sampai Maret 1966.



Geralan 30 September, sebagai titik berangkat kejadian berkait kelindan yang
bermuara pembunuhan massal dan 32 tahun kediktatoran, merupakann salah satu
di antara kejadian-kekejadian penting dalam sejarah Indonesia, setara dengan
pergantian kekuasaan negara yang terjadi sebelum dan sesudahnya : proklamasi
kemerdekaan Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 dan lengsernya Suharto pada
21 Mei 1998.



Bagi kalangan sejarawan, G-30-S tetap merupakan misrteri. Versi resmi rezim
Sujharto – bahwa G-30-S adalah percobann kudeta PKI - tidak cukup
meyakinkan. Sukar dipercaya bahwa partai politik yang beranggotakan orang
sipil semata-mata dapat memimpin sebuah operasi militer. Bagaimana mungkin
orang sipil dapat memerintah personil militer untuk melaksanakan keinginan
mereka ? Bagaimana mungkin sebuah partai yang terorganisasi dengan baik,
dengan reputasi sebagai partai yang berdisiplin tinggi, merencanakan tindak
amatiran semacam itu ? Mengapa partai komunis yang dipimpin prinsip-prinsip
revolusi Leninis mau berkomplot dalam pûtsch oleh sepasukan tentara ?
Mengapa partai politik yang sedang tumbuh kuat di pentas politik terbuka
memilih aksi konspirasi? Agaknya tak ada alasan ke arah sana.



Di lain fihak, sukar dipercaya bahwa G-30-S seperti dinyatakannya dalam
siaran radio yang pertama “semata-mata dalam tubuh Angkatan Darat” karena
memang ada beberapa tokoh PKI yang jelas ikut memimpin G-30-S bersama
beberapa orang perwira militer. Sejak hari-hari Oktober 1965, masalah siapa
dalang di belakang peristiwa ini telah menjadi perdebatan yang tak kunjung
reda. Apakah perwira militer itu bertindak sendiri sebagaimana mereka
nyatakan, dan kemudian mengundang atau bahkan menipu beberapa tokoh PKI agar
membantu mereka? Ataukan, justru PKI yang menggunakan sementara perwira
militer ini sebagai alat pelakana rencana mereka, sebagaimana yang dikatakan
Suharto.? Atau, adakah semacam modus vivendi antara para perwira militer
tersebnut dan PKI?



Perdebatan juga timbul sekitar hubungan Suharto dengan G-3O-S. Bukti-bukti
tidak langsung memberikan kesan bahwa para perencana G-30-S setidaknya
mengharapkan dukungan Suharto; mereka tidak mencantumkan Suharto dalam
daftar jenderal yang akan diculik, dan juga tidak menempatkan pasukan di
sekeliling markasnya. Dua perwira di antara pimpinan G-30-S adalah
sahabat-sahabat pribadi Suharto.. Salah seorang, yaitu Kolonel Abdul Latief,
mengaku memberitahu Suharto tentang G-30-S sebelumnya dan mendapat restu
darinya secara diam-diam.



Benarkah Suharto sudah diberitahu sebelumnya? Informasi apa yang diberikan
G30S kepadanya, apa tanggapan Suharto terhadap informasi itu? Apakah ia
menjanjikan dukungan atau melangkah lebih jauh dan membantu merencanakan
operasi G30S? Apakah ia dengan licik menelikung G30S agar dapat naik ke
tampuk kekuasaan ? Sampai sekarang dokumen utama yang ditinggalkan oleh G30S
hanyalah empat pernyataan yang disiarkan RRI Pusat pada pagi dan siang hari
1 Okober 1965. Pernyataan-pernyataan itu menampilkan wajah G30S di depan
publik dan tentu saja tidak mengungkap pengorganisasian di balik layar dan
tjujuan yang mendasarinya.



Sesudah tertangkap, para pîmpinan kunci G30S tidak mengungkap banyak hal.
Kesaksian mereka didepan pengadilan yang dikenal sebagai Mahkamah Militer
Luar Biasa (Mahmilub) lebih mencerminkan keterdesakan sangat untuk mernolak
segala dakwaan, ketimbang menjelaskan secara rinci tentag bagaimana dan
mengapa G30S dilancarkan. Para terdakwa, dapat dimengerti, memilih tutup
mulut,berbohong, tidak sepenuhnya berkata benar, dan menghindar demi
melindungi diri sendiri dan kawan-kawan mereka, atau melempar kesalahan
kepada orang lain.



Baik penuntut umum maupun hakim tidak ambil using untuk mengorek
kesaksian-kesaksian merela yang saling bertentang–tentangan ; pengadilan
memang tidak dimaksudkan untuk mennyelidiki kebenaran atas peristiwa
tersebut. Semua hanyalah pengadilan sandiwara belaka. Tidak satu orang pun
yang dibawa ke Mahmilub dibebaskan dari tuntutan. Dari lima orang pimpinan
utama G-30-S, kecuali satu orang, semuanya dinyatakan terbukti berkhianat,
dijatuhi hukuman mati, dan dieksekusi oleh regu tembak, sehingga dengan
demikian menutup setiap kemungkinan mereka muncul kembali dengan keterangan
baru yang lebih rinci dan akurat tentang gerakan mereka.



(Keterangan : Tulisan di atas  ini disingkat dari kata pendahuluan buku
““Dalih pembunuhan massal. GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO”  Akan
diusahakan supaya dalam website http://kontak.club.fr/index.htm  bisa
disajikan cuplikan dari bagian-bagian lain dari buku yang sangat penting
ini).



* * *

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.0/1679 - Release Date: 18/09/2008
17:03

Kirim email ke