•       Gregorius Agung adalah gembala umat dan negarawan ulung. Ia
mendirikan biara-biara serta mengutus anggota-anggota tarekat yang
bersangkutan menjadi misionaris, menulis buku dan homili yang bagus,
mendamaikan yang bermusuhan, dst.. Ia sungguh `memberitakan Injil
Kerajaan Allah' di dalam melaksanakan dan menghayati panggilan serta
tugas perutusannya. Gregorius Agung juga gembala yang menghayati
panggilannya sebagai `servus servorum Dei' ( hamba dari para hamba
Tuhan), yang kemudian menjadi motto dari para paus berikutnya sampai
kini. Kiranya kita semua juga dipanggil untuk "memberitakan Injil
Kerajaan Allah", dengan rendah hati, semangat melayani tanpa kenal
lelah. `Injil Kerajaan Allah' berarti warta atau kabar gembira, maka
melalui hidup dan kerja kita semua dipanggil untuk senantiasa
menggembirakan orang lain, siapapun yang hidup bersama kita atau kita
jumpai. Memang untuk itu pertama-tama kita sendiri harus selamat atau
gembira; dalam keadaan gembira berarti sehat wal'afiat, bergairah,
penuh harapan, dinamis, selalu senyum dst.., dan dengan demikian kita
akan tahan atau kebal terhadap aneka ancaman dan serangan virus
penyakit. Kegembiraan ini sangat penting dalam proses pendidikan atau
pembelajaran baik di dalam keluarga maupun di sekolah.  "Para guru
hendaknya menjadikan ruangan kelas lebih menyenangkan. Mereka cukup
membantu para siswa agar mengetahui bagaimana caranya belajar dan
menganalisa, belajar secara mandiri, , mengatur
pengalaman-pengalamannya yang nyata, dan memberikan respons pada apa
yang ingin dipelajari oleh para siswa dan kebutuhan belajar mereka"
(Rung Kaewdang Ph.D: Suatu Cara Reformasi Pembelajaran yang mangkus,
BELAJAR DARI MONYET, Grasindo – Jakarta 2002, hal 71). Untuk itu guru
atau pendidik memang harus rendah hati, berjiwa melayani; hal yang
sama hemat saya juga perlu dihayati oleh orangtua dalam mendidik dan
mendampingi anak-anaknya.
•       "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi
pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang
menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan" (1Kor 3:6-7),
demikian kesaksian Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua.
Yang menanam atau menyiram, bapak atau ibu, guru/pendidik, gembala
(pemimpin, pastor, ketua dst..) adalah pelayan-pelayan atau
pekerja-pekerja yang hina, pekerjasama-pekerjasama Allah yang
menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan. `Menanam' dalam arti hanya
menaruh atau menancapkan kiranya mudah  tetapi `menyiram'dalam arti
merawat dan mengurus rasanya sulit, sarat dengan tantangan dan
hambatan. Banyak orang dengan mudah menanam (membeli, menghamili,
dst..) tetapi tidak dapat merawat atau mengurus dengan baik apa yang
telah ditanam. Merawat dan mengurus segala sesuatu, lebih-lebih yang
hidup seperti manusia, tanaman dan binatang, hemat saya perlu dijiwai
oleh cintakasih dan kerendahan hati. Entah manusia, tanaman atau
binatang `diadakan' dalam dan oleh cintakasih dan kerendahan hati,
maka hanya akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika
senantiasa `disirami' dengan cintakasih dan kerendahan hati.
Pengalaman `menyiram' (merawat dan mengurus) dengan baik kiranya telah
terjadi dalam diri para ibu dalam mengandung, melahirkan dan merawat
anak-anaknya, maka baiklah jika para ibu atau perempuan dapat menjadi
teladan dalam perawatan dan pengurusan segala sesuatu dengan baik.
Perawatan dan pengurusan yang baik antara lain akan berbuah
`penghematan' serta aneka macam keutamaan yang pada gilirannya akan
mendukung untuk menjadi perawat atau pengurus yang handal.

Jakarta, 3 September 2008


Kirim email ke