http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2008101800435917

      Sabtu, 18 Oktober 2008
     
     

Gunakan Produk Dalam Negeri! 


       
      "MAU ke pasar kok jadi bengong?" tukas ibu.

      "Bingung!" jawab Adi. "Pakai sepeda motor, buatan Jepang! Naik sepeda, 
made in China! Padahal agar bangsa kita mampu berkelit dari krisis, para 
pejabat menganjurkan menggunakan produksi dalam negeri!"

      "Kalau begitu tunggu gerobak sapi Mbah Wongso, kita numpang ke pasar!" 
entak ibu.

      "Gerobak Mbah Wongso, sapinya blasteran sapi benggala (India) dan 
Australia!" jawab Adi. "Selain itu baju Mamak jangan pakai peniti itu, buatan 
China!"

      "Sudah! Ayo antar ibu ke pasar pakai motor!" tegas ibu. "Jika dituruti 
ibu ke pasar bajunya tidak pakai peniti, jadi glamberan! Apa yang tidak berbau 
impor di negeri kita ini? Beli bayam, kangkung urat, tomat, wortel, kubis, 
semua bibitnya impor dari Taiwan! Untuk makan tahu-tempe saja kau pikir bisa 
kalau tidak ada kedelai impor? Beli buah, yang bertumpuk di pasar jeruk, apel, 
anggur asal impor! Cari kesemek atau manggis susah bukan main!"

      "Gawat!" timpal Adi menghidupkan sepeda motor. "Tapi bagaimana nasib 
industri dalam negeri, banyak yang bangkrut? Di Bandung satu pabrik elektronik 
ditutup, 1.500 buruhnya di-PHK! Banyak pabrik di sekitar Botabek yang 
merumahkan karyawannya sejak kenaikan harga BBM terakhir!"

      "Itu bukan salah warga yang cuma mampu membeli barang seludupan karena 
lebih murah!" tegas ibu. "Tapi lebih akibat banyak aparat main mata dengan 
penyelundup, hingga kata Ketua Kadin Rachmat Goebel, 60 persen produk industri 
di pasar domestik barang selundupan!"

      "Berarti mengatasi penyelundupan yang berlangsung di tempat-tempat 
tersembunyi lebih sulit dari mengatasi krisisnya sendiri!" sambut Adi. 
"Mengatasi krisis keuangan cukup dengan bailout atau kucurkan dana 
banyak-banyak ke pasar atau lembaga usaha yang kolaps, sedang membasmi 
penyelundup harus menghentikan permainan petak umpet petugas dan cukong!"

      "Artinya, penggunaan produk dalam negeri tidak semudah pejabat 
menyerukannya!" tukas ibu. "Apalagi seruan itu bertentangan dengan liberalisasi 
perdagangan dunia, tak ada lagi tembok proteksi buat produksi dalam negeri 
lewat membatasi masuknya barang dari luar! Malah, orang luar bebas membuat apa 
saja di negeri kita untuk memenuhi kebutuhan kita! Itu disebut investasi, yang 
diandalkan para pejabat untuk memajukan ekonomi kita!"

      "Produk rakitan asing di sini, meski semua komponen dari negerinya, 
disebut produksi dalam negeri!" timpal Adi. "Itu pun harganya kalah bersaing 
dengan barang selundupan hingga banyak yang gulung tikar!"

      "Maka itu, yang terbaik tidak dipertentangkan produk dalam atau luar 
negeri karena disebut produk dalam negeri pun komponennya dari luar!" tegas 
ibu. "Tapi, daya beli rakyat kita ditingkatkan hingga mampu membeli dan semua 
kebutuhannya tersedia di pasar! Kan jadi repot kaum ibu ke pasar dengan dada 
terbuka, diharuskan menggunakan produk dalam negeri, padahal membuat peniti 
baju saja kita belum mampu!"

      H.Bambang Eka Wijaya
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Kirim email ke