HR PASKAH KEBANGKITAN TUHAN:
Kis 10:34a.37-43; 1Kor 5:6b-8; Yoh 20:1-9

“Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga
lebih dahulu sampai di kubur.”



Satu atau dua hari setelah
upacara pemakaman salah satu anggota keluarga, pada umumnya pagi-pagi benar
masih terasa lesu dan lelah. Suasana murung atau sedih kiranya masih
menyelimuti seluruh anggota keluarga atau sanak kerabat dekat dari yang
dipanggil Tuhan, meninggal dunia. Suasana macam itulah kiranya yang sedang
terjadi dalam atau dialami oleh para rasul/murid Yesus, tetapi “Pada hari 
pertama minggu itu, pagi-pagi
benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia
melihat bahwa batu telah diambil dari kubur”. (Yoh 20:1). Saksi kebangkitan
yang pertama adalah Maria Magdalena, seorang perempuan, yang dalam tata sosial
hidup bersama sehari-hari, yang biasa, sering dinilai sebagai yang lemah

 

“Ia
berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus,
dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan
kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (Yoh 20:2)

. 


Dari pengalaman peristiwa ‘hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar
ketika hari masih gelap’, kebangkitan Yesus dari mati, kiranya kita dapat
mawas diri perihal kebenaran ini: “kelemahan
sekaligus dapat menjadi kekuatan dan kekuatan sekaligus dapat menjadi
kelemahan’. Di dalam hidup sehari-hari, suasana aman dan damai pada umumnya
yang nampak berperan dan berpengaruh adalah mereka yang dinilai kuat dalam
kedudukan atau jabatan. Sebagai contoh konkret: ketika ada undangan pesta
dengan perwakilan alias tidak semuanya diundang, pada umumnya yang datang ke
pesta adalah sang pemimpin atau ketua. Di dalam suasana genting dan mencemaskan
atau kurang enak, pada umumnya mereka yang dinilai lemah yang tampil dan
berperan, Sebagai contoh konkret: ketika ada undangan untuk kerja bakti kiranya
yang datang adalah pekerja kasar atau pembantu rumah tangga, demikian juga
ketika ada tempat yang kotor atau amburadul kiranya yang diminta mengerjakan
atau membereskan adalah para pembantu atau buruh, dst.. 

 

Marilah kita mawas diri perihal
kekuatan dan kelemahan kita masing-masing. Mungkin perihal kekuatan dengan
mudah orang berani melihat dan mengakuinya, tetapi dalam hal kelemahan sering
malu atau tidak berani mengakuinya. “Jika
aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku” (1Kor 11:30), 
demikian kesaksian Paulus, yang
kiranya dapat menjadi inspirasi kita. Kesaksian ini menunjukkan bahwa yang
bekerja dalam diri manusia yang lemah.dan rapuh adalah Tuhan, dimana orang
lebih terpesona atau terpengaruhi oleh Tuhan, sebagaimana dialami oleh Maria
Magdalena, sehingga ia tak takut dan gentar dalam suasana genting yang
mencekam. Dengan gairah ia memberitahu atau mengabarkan kebangkitan Tuhan kepada
mereka yang takut, seperti para rasul, dan akhirnya para rasul yang ketakutan
pun bangkit juga. Yang dipandang lemah telah membangkitkan dan menggairahkan;
kebenaran ini rasanya dapat dialami oleh para orangtua atau bapak-ibu terhadap
anak-anak atau bayinya yang lemah, yang mungkin baru saja dilahirkan. Maka
dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak takut atau
cemas melihat dan mengakui kelemahan kita masing-masing. Ingatlah bahwa kita
adalah orang-orang berdosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam
karya penyelamatanNya, dalam mewartakan kebangkitan, kegairahan dan
kegembiraan. 

 

Dalam kisah Warta Gembira hari
ini juga diceriterakan bahwa “murid yang
lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di
kubur.”, murid yang lain ini adalah Yohanes, murid terkasih Yesus.
Selayaknya orang menjadi lebih bergairah ketika yang terkasih menghadapi
masalah, itulah yang terjadi, sebagaimana dialami banyak orang ketika sahabat
atau kenalannya menderita sakit atau bahkan meninggal dunia. Maka dalam
kegembiraan Paskah, kebangkitan Yesus dari mati, hari ini, marilah kita  ingat 
saudara-saudari kita yang mungkin
sedang dalam kesulitan; kita bangkit berdiri dan mendatanginya untuk melihat
apa yang sedang terjadi. Percaya dan imanilah dengan melihat apa yang terjadi
pasti atau terjadi sesuatu yang tak terduga, mujizat atau karya Tuhan. 

 

“Marilah
kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan
dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan
kebenaran”

             (1Kor 5:8)  
. 



”Berpesta atau bergembira dalam
kemurnian dan kebenaran” itulah panggilan kita semua. “Seseorang yang memilih 
hidup murni akan menghayati satu sikap hormat
yang terarah semata kepada Sang Pencipta, sebagai satu-satunya Pribadi, akan
tetapi ia akan tetap menghormati semua ciptaan lain termasuk dirinya sendiri” 
(Sr.Joyce
Ridick SSC, Ph.D: Kaul , harta melimpah dalam bejana tanah, liat, , , Penerbit
Kanisius – Yogyakarta 1987, hal 93). Yang disebut sebagai “Pribadi” di sini
adalah Tuhan, dan kita beriman bahwa Tuhan senantiasa hidup dan berkarya dalam
diri manusia, ciptaan terluhur di dunia ini. Maka sebagai perwujudan hidup
dalam kemurnian dan kebenaran kiranya dapat kita wujudkan dengan saling 
menghormati
satu sama lain, dalam keadaan atau kondisi macam apapun. 

 

Kita juga dipanggil untuk
menghormati diri sendiri dan ciptaan lain dalam kemurnian dan kebenaran.
Menghormati diri sendiri dalam kemurnian dan kebenaran antara lain berusaha
seoptimal mungkin agar kita tetap dalam keadaaan sehat wal’afiat, segar bugar
baik lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. Orang sehat dan segar bugar
akan lebih mudah untuk bergembira ria serta mewartakan kegairahan, kegembiraan
dan kebangkitan kepada sesamanya. Mengusahakan kesehatan dan kebugaran tubuh
atau phisik antara lain dengan ‘makan dan minum sesuai dengan pedoman empat
sehat lima sempurna’, olahraga
teratur, istirahat dan bekerja teratur, dst.. Sedangkan untuk mengusahakan
kesehatan dan kebugaran batin atau rohani antara lain tidak melupakan hidup
doa, matiraga maupun tindakan atau perilaku yang baik dalam hidup sehari-hari. 

 

Iman kita kepada kebangkitan  juga dapat kita wujudkan dengan saling
mengasihi tanpa membeda-bedakan orang sebagaimana dikatakan  oleh Petrus: “ 
Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.
Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan
kebenaran berkenan kepada-Nya.”(Kis 10:34-35). Yesus yang telah bangkit
dari mati tidak terikat oleh ruang dan waktu dalam berkarya untuk menyelamatkan
dunia melalui RohNya., maka kita yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk
tidak terikat dalam ruang dan waktu dalam berpartisipasi menyelamatkan dunia. 
“Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut
akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya”, demikian kata
Petrus. Kebenaran dianugerahkan kepada semua orang dan dapat dihayati oleh
semua orang tanpa pandang bulu, SARA atau usia dan pengalaman. Apa yang benar
selalu berlaku secara universal atau umum, bukan milik pribadi atau golongan
tertentu. 

 

“Tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan
keperkasaan!"Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan
perbuatan-perbuatan TUHAN. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah
menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib
di mata kita” (Mzm 118:16-17.22-23)

 

“SELAMAT PASKAH, ALLELUYA”

Jakarta, 12 April 
 2009 






      
___________________________________________________________________________
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke