· “Habitus baru”, itulah motto yang dicanangkan oleh KWI dalam berpartisipasi hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seiring dengan gerakan Reformasi. Diperkenalkan adanya tiga poros utama dalam hidup bersama, yaitu : Badan Publik, Bisnis dan Komunitas. Jika hidup bersama tidak baik alias bobrok karena baik Badan Publik maupun Bisnis tidak berpihak pada dan bersama dengan Komunitas, melainkan mereka berkolusi dan mendominasi cara hidup bersama. Ber’habitus baru’ berarti ajakan untuk senantiasa berpihak pada dan bersama dengan Komunitas di dalam membangun dan memperdalam hidup bersama. Hidup bersama di Indonesia saat ini kiranya masih didominasi oleh Badan Publik yang berkolusi dengan Bisnis serta meninggalkan komunitas. Maka sesuai dengan kutipan Warta Gembira hari ini saya mengajak kita semua umat beriman, khususnya mereka yang berada di dalam Badan Publik maupun Bisnis untuk berpihak pada dan bersama dengan komunitas atau rakyat. Di dalam masa kampanye Pemilu 2009 ini pada umumnya para kontestan dan petugas kampanye berteriak-teriak, berkoar-koar mau berjuang demi dan bersama rakyat, namun ketika mereka telah memperoleh ‘kursi’ di DPR/D maupun sebagai pemimpin atau kepala daerah lupa atau melupakan apa yang mereka teriakkan atau janjikan. Pemhaharuan atau reformasi hanya sampai pada tingkat retorika atau kata-kata dan jarang atau tidak pernah sampai pada tindakan atau pelaksanaan. Memang dalam era Reformasi dan Desentralisasi saat ini sudah ada sementara Badan Publik dan Bisnis yang berpihak pada dan bersama dengan komunitas/rakyat di tingkat kabupaten atau kotamadya, maka semoga apa yang telah terjadi di beberapa daerah ini segera menyebar ke seluruh Nusantara.
· “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”(1Kor 4:1-2), demikian kesaksian atau pesan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua orang beriman. Dengan rendah hati Paulus, sebagai rasul ulung, berusaha untuk menjadi pelayan yang dapat dipercayai, dipercaya untuk menghayati dan menyebarluaskan rahasia Allah. Rahasia Allah antara lain adalah ‘karya penyelamatan dunia’, sebagaimana dihayati oleh Yesus yang datang ke dunia sebagai Penyelamat Dunia. Kita semua, entah jabatan, fungsi, kedudukan atau tugas apapun, kiranya setiap hari disibukkan oleh hal-ihwal duniawi, urusan-urusan duniawi. Panggilan bagi kita semua adalah mengurus dan merawat hal-hal duniawi sedemikian rupa sehingga kita dapat dipercaya, dihandalkan untuk mengurus dan merawat dengan baik, sesuai dengan kehendak Tuhan. Marilah kita dengan rendah hati belajar dari para pelayan yang baik, yang berada di keluarga, kantor atau tempat kerja kita, yang merawat dan mengurus apa yang dibebankan kepadanya dengan baik (Rasanya selama pelayan masih berada di tempat kita berarti pelayan yang baik). Melayani berarti dengan rendah hati berusaha untuk membahagiakan dan menyelamatkan yang lain, maka kami berharap semoga mereka yang menjadi pemimpin atau penentu hidup bersama di manapun dan kapanpun senantiasa hidup dan bertindak dengan semangat atau jiwa melayani, bukan menguasai apalagi menindas. Ingat motto “vox populi vox Dei”, suara rakyat adalah suara Tuhan, maka jika mengakui diri sebagai yang beriman atau beragama, dengarkan suara Tuhan yang menggema dalam diri rakyat/komunitas. Jakarta, 5 September 2008