Hati2 Akrobat Politik Menjelang Pemilu !!! Kalo anda menjadi seorang pejabat tinggi, janganlah sekali2 memikirkan nasib rakyat, karena justru nasib rakyat itulah terletak dalam jabatan anda.
Sebaliknya, kalo anda menjadi rakyat jelata, waspadalah, jangan sekali2 percaya ucapan pejabat karena nasib anda bukan terletak dalam ucapan dan janji2 pejabat melainkan tergantung dari tindakan pejabat dalam mempertahankan jabatannya. Sebenarnya kedua kiat diatas sudah menjadi darah daging bangsa Indonesia yang meskipun beragama sama2 Islam dengan orang2 di Arab sangat berbeda dalam menghayati kiat2 diatas ini. Tentu saja kiat2 diatas harus ada penjelasan yang detail agar bisa dihayati lebih mendalam sehingga anda tidak terjebak dengan apa yang anda percaya atau membuat anda terjebak dengan kata2 para pejabat. Ambil contoh nasib umat Ahmadiah, padahal kalo mau ditarik kemasa lampau bukanlah hal yang baru bahwa Ahmadiah itu dimusuhi, namun kenapa sekarang baru meledaknya ??? Inilah yang saya namakan akrobat politik menjelang pemilu. Setiap kandidat pemilu berusaha mengalahkan presiden yang berkuasa sekarang, mereka mencari berbagai akal2an untuk mencoreng simpati rakyat yang dulu mendukung sang presiden yang sekarang berkuasa. Namun sebaliknya, sang presiden ini juga tidak tinggal diam untuk mandah dicoreng moreng kekuasaannya sehingga menimbulkan kebencian dari para pemilihnya. Siapapun yang menjadi kandidat tentu akan berusaha membuat dirinya tampak sebagai pahlawan bangsa yang diharapkan rakyatnya. Kalo di Amerika, masing2 kandidat bisa menggunakan kepandaian dan uangnya untuk mendapatkan simpati. Beda dengan kandidat di Indonesia, mereka tidak punya uang, malah semuanya sama2 merupakan pencuri uang negara. Oleh karena itu, rakyat susah membenci kandidat meskipun diketahuinya pencuri uang, karena semua kandidat itu sama2 mencuri sehingga urusan curi mencuri itu sama sekali bukan ukuran untuk mencoreng wajah seorang kandidat. Yang paling gampang adalah menciptakan situasi ekstreem yang membuat rakyat benar2 benci, dan pada puncak kebencian itulah nantinya sang kandidat melakukan tindakan2 yang akan mendapatkan pujian2 dari rakyatnya. Dalam hal ini contoh yang sederhana adalah kasus pembunuhan Munir, masyarakat dibikin benci kepada penguasa yang se-olah2 tidak berdaya, padahal hanyalah akal2an saja untuk menumpuk kebencian dan ketidak puasan yang nantinya tepat waktunya pemilu barulah dia melakukan operasi2 keras yang memukau sehingga banyak dipuji rakyatnya. Demikianlah, FPI cuma tangan2 para kandidat yang berusaha mencoreng reputasi penguasa SBY sekarang ini. FPI melakukan tekanan2 politik agar SBY melakukan hal2 yang melanggar HAM sehingga dikutuk para pendukungnya dulu seperti Amerika. Kalo sampai terjadi SBY benar2 mengeluarkan surat larangan resmi kepada Ahmadiah sehingga terjadi pengungsian besar2an kenegara lain, maka habislah atau tammatlah nasib SBY sampai disini dan kandidat lawannya akan bersorak sorai menggilas SBY yang dikutuk oleh semua pihak didalam dan diluar negeri. Tapi sayangnya, SBY itu adalah jenderal militer yang fasih sekali permainan seperti ini. Dulu juga di Timor Timur, SBY menggunakan orang2 Timor Timur untuk pura2 jadi Fretilin yang jadi musuh TNI untuk membakari rumah2 penduduk disana sehingga rakyat makin membenci Fretilin dan minta berlindung kepada ABRI. Naaah.... akal yang sama bisa digunakan menjelang pemilu ini. SBY enggak mau mengeluarkan SKB yang bisa merusak reputasi dirinya, tetapi untuk menolaknya juga belum cukup waktunya, karena kalo sampai dia menolak usulan FPI, maka dimasa depan FPI ini tidak bisa lagi diperalat atau dimanfaatkannya karena seperti yang saya katakan diatas, orang Indonesia itu maunya bermain safe tidak berani resiko sehingga kalo FPI sampai ditolak SBY terang2an, maka nantinya mereka jadi takut. Oleh karena itulah, FPI harus merasa menang tidak boleh merasa tidak aman, dan Polisi bertindak se-olah2 malah melindungi FPI sehingga banyak masyarakat jadi tidak puas. Padahal rumus akrobat politik sudah saya kemukakan kedua kiatnya diatas. Tidak pernah yang namanya kepala polisi bisa memikirkan nasib agamanya, yang dipikirkan justru nasib jabatannya karena disanalah terletak agama kepercayaannya yang paling abadi. Dengan situasi seperti inilah pemimpin2 FPI dan anggauta2nya diharap makin berani. Nanti disaat menjelang pemilu para anggauta FPI maupun pemimpin2nya bisa mendadak jadi beringas dan melakukan pembunuhan massal terhadap umat Ahmadiah. Otomatis, kalo sampai terjadi pembunuhan massal terhadap umat Ahmadiah, maka bukan cuma umat Ahmadiah saja yang dibunuh, tetapi semuanya dibunuh untuk diberi label Ahmadiah seperti kejadian nasib orang2 yang dituduh PKI dizaman dulu. Yang penting, pembunuhan massal ini akan menjadi perhatian seluruh dunia dan menjadi kutukan semua rakyat Indonesia yang tentu tidak bisa membenarkan pembunuhan terhadap yang namanya umat Ahmadiah, apalagi yang terbunuh itu bukan cuma Ahmadiah. Dalam situasi yang sangat menggeramkan rakyat seluruh Indonesia inilah mendadak SBY bisa jadi pahlawan, karena seorang pahlawan hanya bisa muncul diwaktu saat kekacauan yang menimbulkan situasi putus asa dikalangan rakyatnya. Pada saat inilah semua pelaku2 FPI itu ditangkapi termasuk pemimpin2nya yang mungkin kebetulan tidak tahu menahu urusan pembunuhan massal tsb. Karena biar bagaimanapun juga para pemimpin FPI yang cuap2 ganas itu sebenarnya juga penakut, bermain sangat hati2. Namun bagaimana bisa hati2 kalo yang jadi pembunuh itu para anggauta ABRI yang pakai baju seragam FPI. Dengan ditangkapnya para pemimpin dan anggauta2 FPI tsb, maka seluruh rakyat Indonesia merasa lega, berterima kasih kepada pahlawannya, dan dialah satu2nya yang diharapkan rakyat jelata yang berani menindak pelaku2 kekerasan. Memang, kandidat yang satu bisa jadi pahlawan, namun yang jadi korban2 itu tetap menjadi korban sang pahlawannya. Naaah.... yang menjadi nasihat saya, hati2lah anda menjaga diri, tanpa kemauan anda sekalipun bisa jadi anda yang jadi korbannya. Politikus senior sekarang jumlahnya tidak seberapa, old crack itu cuma Gus Dur dan Amien Rais. Kalo ditubuh NU terjadi perpecahan penyebabnya hanyalah persaingan generasi tua yang tidak mau disikut generasi mudanya. Dan generasi mudanya inilah yang nantinya bisa dihabisi kayak PKI atau sebagai FPI tergantung sandiwara apa yang cocok di mainkan nantinya. Penangkapan Muchdi hanyalah lakon pemanasan saja karena nantinya bisa diperluas untuk menjegal kandidat2 lain seperti Megawati atau Amin Rais. Namun siapa sebenarnya yang sekarang sedang bermain masih belum jelas, kemungkinan adalah duet antara SBY dan Gus Dur. SBY ahli strategi dan Gus Dur membutuhkannya. Apakah Gus Dur mau mendukung SBY atau sebaliknya ??? Kemungkinan besar Gus Dur dimanfaatkan SBY, karena sebagai orang yang buta sulit untuk bersaing dengan yang matanya melek, apalagi umur juga sudah uzur, apa salahnya mendukung yang kuat untuk diambil manfaatnya. Sebagai pesan saya, anda semua ber-hati2lah karena anda punya potensi menjadi korban FPI atau menjadi korban Polisi yang bisa menjagal FPI. Dalam hal ini tergantung nasib anda saja apakah menjadi korban FPI karena dituduh sebagai musuh FPI, atau sebaliknya menjadi korban Polisi karena anda yang dituduh sebagai anggauta FPI. Siapapun adanya anda, kalo sudah jadi korban tentunya sudah tidak mampu lagi bersuara dan yang menentukan siapa diri anda cuma koran2 saja yang didikte oleh penguasanya. Masalah pembuatan skenario pembunuhan massal itu sama sekali tidak susah. Anggauta Batalyon saya perintahkan jadi ulama yang mengumpulkan anggauta2 FPI yang beringas untuk melakukan pembunuhan massal terhadap umat Ahmadiah yang banyak diJawa, dan saya cukup menyediakan bus2 dan truk2 termasuk golok2 tajam sebagai senjatanya. Juga diJawa di sana saya kirimkan ulama2 yang memberi tahu kepada mereka untuk bersiap sedia karena Ahmadiah akan menyerang mereka. Orang2 FPI dari Jawa Barat dikirim ke Jawa tengah untuk membantai Ahmadiah. Sebaliknya yang dibantai itu diberi tahu bahwa penyerangnya itu adalah Ahmadiah. Akhirnya kedua pihak yang sama sekali bukan Ahmadiah akan mati konyol, dan semua yang mati itu meskipun tidak ada yang Ahmadiah harus kita sebarkan ke Media bahwa semua yang mati itu adalah umat Ahmadiah untuk menimbulkan kecemasan dimana kemudian orang2 FPI gantian bisa dijadikan alasan untuk ditangkap dan ditembaki mereka yang lari. Biasanya dalam situasi begini si pemimpin FPI akan sukarela menyerah karena mengira situasinya sama seperti situasi dimana Munarman dibebaskan. Mereka enggak mengira bahwa saat ini hari terakhir mereka bisa melihat langit yang biru. Ny. Muslim binti Muskitawati.