Ilmuwan nuklir Iran yang mengatakan diculik agen-agen AS tahun lalu
merupakan seorang informan CIA saat masih tinggal Iran, demikian
laporan harian The New York Times, Kamis (15/7), yang mengutip para
pejabat AS.

Ilmuwan itu, Shahram Amiri, yang kembali ke Teheran Kamis pagi,
mengatakan dia dipaksa untuk berbohong tentang program nuklir Iran.
Washington membantah telah menculik Amiri dan berkeras bahwa dia hidup
bebas di Amerika Serikat.

Para pejabat itu, sebagaimana dilaporkan Times, mengatakan, ilmuwan
tersebut menjelaskan kepada para petugas intelijen AS rincian tentang
bagaimana sebuah universitas di Teheran menjadi kantor rahasia proyek
nuklir Iran. Saat masih di Iran, Amiri juga menjadi salah satu sumber
untuk sebuah laporan National Intelligence Estimate terhadap Iran yang
diduga punya program senjata, yang diterbitkan tahun 2007.

Seorang pejabat mengatakan, Amiri memberikan informasi "signifikan,
asli" tentang aspek rahasia program nuklir negaranya. Para pejabat AS
mengatakan kepada surat kabar itu bahwa pada suatu saat ketika bekerja
sebagai informan rahasia, Amiri mengunjungi Arab Saudi. Di sana CIA
mengatur dia untuk bisa keluar dari Iran.

Amiri akhirnya tiba di AS dan menetap di Arizona. Times mengatakan,
tidak jelas apakah ia juga membawa serta istri dan putranya.

Kirim email ke