Islam Indonesia Berlebaran, Islam Lainnya Ber-Idulfitri Hampir seluruh umat Islam di Indonesia salah kaprah, mereka mengira, mereka menganggap "Lebaran" adalah sama dengan "Idulfitri". Meskipun mereka merayakannya pada waktu yang sama namun isi dan jiwa dari perayaan itu sendiri berbeda bahkan sangat bertentangan.
Itulah sebabnya, mayoritas umat Islam di Indonesia menyebutnya lebaran, sebaliknya kelompok fundamentalist Islam menyebutnya sebagai "Idulfitri". Lebaran di Indonesia ditandai dengan ketupat lebaran, ditandai dengan ziarah ke kuburan/makam, ziarah ke-tempat2 yang disucikan, sujud kepada orang tua, mem-bagi2kan uang (angpao) kepada anak cucu. Cara perayaan lebaran di Indonesia justru diharamkan dan dilarang untuk dilakukan di-negara2 Islam diluar Indonesia karena cara2 lebaran di Indonesia merupakan akulturasi dari ajaran Islam dan ajaran Hindu/Buddha/Confusius. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, sudah berkembang budaya, agama, maupun tradisi ajaran nenek moyang bangsa ini yang jauh lebih tinggi peradabannya dari agama Islam. Untuk bisa mengembangkan agama Islam di Indonesia inilah, para ulama waktu itu Walisongo mengawinkan ajaran Islam dengan ajaran yang sudah ribuan tahun dianut bangsa Indonesia. Hasilnya adalah Lebaran yang sama sekali berbeda dan bertentangan isi, jiwa dan misinya. Bangsa Indonesia mencirikan Lebaran sebagai silaturahmi saling memaafkan, sementara Idulfitri merupakan hari suci yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan ber-maaf2an karena permusuhan tidak mungkin didamaikan dengan ber-maaf2an melainkan diselesaikan dengan menghukum melalui pembunuhan dan terror2 yang membutuhkan jatuhnya korban2 jiwa. Ny. Muslim binti Muskitawati.