Tulisan dibawah disajikan untuk menjawab tuduhan Kristen tentang Syurga Islam 
yang katanya hanya untuk kedagingan saja. Konsep syurga Islam jauh lebih 
luas pengertiannya dibandingkan dengan tulisan dibawah.
 
 
MENJAWAB SOAL SYURGA
 
Seringkali para misionaris mempersoalkan syurga versi "Islam" yang menawarkan 
kenikmatan-kenikmatan yang memanjakan hawa nafsu ("kedagingan" menurut bahasa)
tak jarang tidak sekedar mempersoalkan namun banyak sekali artikel yang 
menyerang tentang masalah ini.

Dalam hal ini saya coba menyampaikan jawaban pembuka dengan ilustrasi cerita 
yang menarik yang dibuat oleh seorang Muslim (sdr Archa,forum swaramuslim), 
yang menceritkan tentang "sorga Impian" menurut banyak orang

SURGA IMPIAN

Seorang Arab Badui bermimpi, diperlihatkan kepadanya gambaran surga. Si Arab 
betul-betul terpesona karena situasi yang terlihat memenuhi ‘dahaga terhadap 
kenikmatan’ dia sebagai manusia gurun, yang setiap hari melihat padang pasir 
dan batuan padas. Surga yang dilihatnya dalam mimpi berupa ‘jannah’, taman, 
kebun yang subur diisi pohon rindang, bunga yang harum dan embun dikala pagi. 
Dia menemukan banyak pohon buah-buahan siap dipetik, ada jeruk, apel, pepaya, 
semangka tergantung didahan yang merunduk seolah-olah mengundang untuk diraih. 
Tidak lupa didalam surga tersebut mengalir sungai-sungai nan jernih, alirannya 
menimbulkan suara gemercik yang menyegarkan.

Tatkala terbangun, si Arab merasa sangat bahagia dan dia bersyukur karena 
sebagai muslim Tuhannya telah memberikan gambaran surga begitu indah yang salah 
satunya tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah 25 : “…..bagi mereka 
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka 
diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu,….”

Pada suatu kesempatan, si Arab datang ke Indonesia untuk berlibur, dari 
berbagai kunjungannya ke objek-objek wisata, dia menyempatkan diri mengunjungi 
satu taman bunga di puncak. Tentunya dia sangat terpesona karena hal ini tidak 
pernah dilihatnya dikampung halamannya. Dengan penuh rasa bahagia si Arab 
menyapa seorang bapak penjaga taman : “ Indah sekali taman ini, seperti 
gambaran surga yang pernah saya impikan..”

Penjaga taman berpaling dengan rasa ingin tahu : “bagaimana gambaran surga yang 
ada dalam mimpi Anda?” tanyanya kepada si Arab. Berceritalah si Arab tentang 
mimpinya, bagaimana surga yang di lihat itu penuh dengan bunga-bunga dan 
buah-buahan beserta sungai-sungai yang mengalir di dalamnya..

Mendengar cerita tersebut, penjaga taman terlihat tidak begitu antusias, dia 
berkata : “Surga dalam mimpi Anda tidaklah mempesonakan saya, apa enaknya?? 
Saya disini sudah melihat bunga dan buah setiap hari, selalu menghirup udara 
segar dipagi hari, dan masalah sungai? Tahukah Anda rumah saya dekat dari sini, 
berada dipinggir sungai yang jernih, setiap bangun pagi saya selalu mendapatkan 
suara gemercik air, lantas apa enaknya surga seperti mimpi Anda?...”

“Kalau Anda ingin tahu gambaran surga yang saya inginkan” dia melanjutkan : 
“Lihatlah pengunjung-pengunjung itu, sebagian mereka ada wanita muda yang baru 
tumbuh, datang bersama keluarga ataupun rombongan. Banyak yang berwajah cantik, 
dibalut baju yang agak terbuka memamerkan bahu mereka yang putih. Mereka hampir 
semuanya memakai celana jin ketat, tergambar lekuk-lekuk pinggul mereka yang 
padat. Rasanya ingin sekali saya menerkam mereka satu-persatu, menyeret mereka 
kebalik pepohonan dan melakukan hubungan sex sepuas-puasnya. Sayang sekali saya 
tidak boleh melakukan hal itu, Islam melarang keras, malah kita diharuskan 
menjatuhkan pandangan kalau kebetulan melihat ‘panorama segar’ seperti itu. 
Hukum yang ada juga akan mengganjar saya kepenjara”. Si penjaga taman berkata 
lagi :” tahukan Anda surga seperti apa yang saya bayangkan?, isinya adalah 
perempuan-perempuan muda yang segar, berwajah cantik-cantik dan manja. Saya 
akan melakukan hubungan
 sex dengan mereka dan di surga tersebut, sex bebas dilakukan, tidak ada lagi 
ganjaran dosa.” 

Pada suatu kesempatan. Si penjaga taman bercerita tentang surga impiannya 
kepada temannya, seorang lelaki penata rambut. Dia ceritakan bahwa dia ingin 
melakukan hubungan sex sesukanya, dengan wanita-wanita yang tersedia disana dan 
yang paling penting, hal itu tidak lagi menjadi dosa. Namun si penata rambut 
mencibir dengan gayanya yang kemayu, Ha.. rupanya dia seorang banci: “Saya 
tidak tertarik dengan surga Anda..”, dan berkata: “Surga yang dipenuhi 
wanita-wanita muda tidak akan membuat saya bahagia, justru yang saya inginkan 
adalah surga yang diisi oleh laki-laki tampan berbadan kekar, dadanya bidang 
penuh otot-otot yang kenyal. Tiap hari saya akan berkencan dengan mereka, 
‘bersodomi-ria’, dan homoseksual tidak lagi diharamkan di surga…itulah yang 
saya impikan”.

“ Apa enaknya surga yang dipenuhi laki-laki tampan?, saya bisa mendapatkannya 
setiap hari di dunia”, demikian reaksi sang ‘tante girang’ begitu mendengar 
cerita si penata rambut tentang surga yang dia impikan. “tahukan Anda apa yang 
menjadi masalah saya sekarang?” dia melanjutkan : “lihatlah, usia saya sudah 
menjelang 50 tahun, sekalipun saya mati-matian merawat diri, indikasi ketuaan 
sudah mulai menyerang, kulit mulai bergelombang, lemak dipinggang datang tanpa 
permisi. Sekalipun saya sudah mengalokasikan anggaran ‘maintainance and repair’ 
dua kali lipat, namun saya pesimis bisa menahan hukum alam ini”. Suatu waktu 
nanti, laki-laki muda yang saya kencani akan menyingkir, mereka tentunya lebih 
memilih tante lain yang lebih muda. “Jadi surga yang saya impikan, adalah surga 
dimana saya tidak bisa menjadi tua, selalu remaja dan cantik abadi dan saya 
bisa memamerkan kecantikan abadi saya kepada orang lain dengan bangga”.

Tante girang tersebut kemudian bercerita kepada temannya, seorang wanita, 
bintang film cantik yang masih muda. Artis ini tertawa renyah mendengar surga 
impian sang tante, dia kemudian berkata : “ awet muda jelas menjadi keinginan 
saya juga, namun saya masih muda dan belum bisa merasakan bagaimana hebatnya 
mendapat serangan ketuaan seperti itu. Yang jelas sekarang saya ingin menikmati 
hidup sepuas-puasnya. Saya ingin berjalan-jalan keseluruh dunia, pagi hari saya 
sarapan di sebuah hotel mewah di London, sorenya berdiri memandang matahari 
terbenam di jendela cottage di Hawaii. Kalau lagi suntuk, saya menyepi di villa 
kepunyaan saya di Malibu, atau sebuah ‘penthouse’ di tengah kota Manhattan. 
Suatu saat saya akan menghabiskan duit, berbelanja di Ginza, Tokyo atau sekedar 
menikmati pergaulan di cafÈ-cafÈ Los Angeles dengan teman-teman artis-artis 
Hollywood. Begitu pagi hari saya terbangun, saya menemukan rekening saya di 
Bank telah bertambah karena
 bunga deposito, lebih besar jumlahnya dari uang yang saya habiskan kemaren”. 
Si artis melanjutkan angan-angannya dengan pandangan menerawang : “Sayang 
sekali saya tidak sekaya itu, jadi kalau Anda menanyakan surga seperti apa yang 
saya dambakan, seperti itulah, saya ingin punya harta yang tak terbatas dan 
saya bisa menikmatinya sepuas-puasnya”.

“Surga impianmu itu aneh”, demikian tanggapan Pak Konglomerat sambil rebahan di 
kasur hotel, setelah lelah berkencan dengan si artis. Mereka memang sering 
bertemu secara rahasia, mojok disuatu tempat tersembunyi. Buat keduanya 
hubungan yang mereka bangun sesuai kebutuhan masing-masing, suatu ‘simbiosis 
mutualisma’ demikian istilah biologinya. “Harta yang kamu mimpikan sudah saya 
punya”, dia melanjutkan, “ bahkan saat inipun saya tidak tahu berapa jumlah 
uang yang saya miliki karena setiap menit bertambah terus, saya punya rumah 
dimana-mana, villa di penjuru dunia, mampu membeli apapun yang saya inginkan. 
Namun lihatlah, ketika kita memesan makanan ‘room service’, saya harus 
memilih-milih dulu, kebanyakan menu yang tersedia tidak boleh saya makan. Mau 
nasi maksimum jumlahnya harus segenggam. Gara-gara kencing manis dan 
kolesterol, saya tidak bebas lagi menikmati apa yang saya miliki. Sampai mau 
kencanpun saya dihantui pikiran, apa saya
 ini masih perkasa??, Pak Konglomerat mengeluh :” maka surga yang saya impikan 
adalah tempat dimana saya tidak pernah sakit, selalu dalam kondisi prima dan 
segar. Tidak ada lagi pantangan makan, boleh beraktifitas semaunya, itulah 
surga buat saya”.. 

Pak Konglomerat bercerita tentang surga impiannya kepada seorang petinju, 
kebetulan sang petinju baru menyelesaikan pertandingan 12 rondenya, namun dia 
dipukul KO di ronde keempat. Dengan wajah lembam, si petinju mendengar cerita 
Pak Konglomerat sampai akhirnya dia menimpali : “Itu bukan surga saya, 
lihatlah, saya seorang yang berbadan sehat dan stamina prima. Tiap hari saya 
latihan keras meningkatkan kondisi, saya jarang sakit. Namun saya baru dihabisi 
oleh lawan saya yang lebih kuat, Cuma bertahan sampai ronde keempat”. Sambil 
meringis kesakitan si petinju berkata lagi : “ Surga yang saya impikan adalah 
kejayaan, suatu tempat dimana saya menjadi petinju tak terkalahkan sekalipun 
telah melakukan banyak pertandingan dengan jago-jago tinju termahsyur. Setiap 
lawan menggigil ketakutan begitu tahu akan berhadapan dengan saya. Dan ketika 
saya berjalan dikeramaian, semua mata memandang saya dengan kagum, beberapa 
malah menegur saya dengan memanggil
 ramah..hai Champ..!, itulah surga yang saya inginkan.”

Suatu ketika orang-orang ini bertemu, terjadi perdebatan hangat ketika mereka 
sampai kepada topik pembicaraan mengenai surga. Tentunya masing-masing bertahan 
dengan persepsinya sendiri terhadap apa yang mereka inginkan. Kelihatan bahwa 
akhirnya yang berada ‘diatas angin’ adalah si Arab badui, karena dia sering 
menyitir ayat-ayat Al Qur’an mengenai surga, bahwa surga adalah jannah (taman, 
kebun), makan buah-buahan sepuas-puasnya dan sungai-sungai yang mengalir. 
Merasa tidak puas, akhirnya mereka bersepakat untuk pergi mencari seorang 
ustadz menanyakan soal rumit ini. 

Kebetulan ustadz yang pertama kali mereka temukan adalah seorang ‘ustadz 
tekstual’, tamatan madrasah ibtidaiyah di kampung, ‘ustadz kaki lima’ demikian 
menurut sebagian orang. Setelah semuanya menceritakan permasalahan dan pendapat 
mereka, giliran ustadz bingung karena ini betul-betul masalah yang tidak dia 
sangka-sangka dan belum pernah ditanyakan orang-orang sebelumnya. Namun sebagai 
seorang muslim tekstual, dia kemudian meraih Al-Qur’an dari rak buku dan 
berdo’a, mudah-mudahan Allah membuka pikirannya dan mampu memberikan jawaban 
yang benar. Kemudian sang ustadz membuka Al Qur’an, terbuka pada surat An Nahl 
ayat 31 :

“(yaitu) surga ’Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya 
sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka 
kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa”

Merasa belum puas, sang ustadz mencoba lagi membalik-balikan halaman Al Qur’an 
tersebut dan dia kemudian berhenti pada surat Al Furqaan ayat 16:

“Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal 
(di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan 
(kepada-Nya)”

Karena sudah puas dan yakin akan bisa memberikan jawaban, Pak ustadz kita 
kemudian berkata : “Sekarang saya minta Anda semua berkonsentrasi dan pejamkan 
mata”. Agak terheran, mereka semua mengikuti perintah ustadz tersebut. 
“Sekarang bayangkanlah surga seperti apa yang kalian impikan” ustadz 
melanjutkan : “ Sudah…!?”, Mereka semua mengangguk karena sudah membayangkan 
kondisi seperti apa yang mereka inginkan di surga. Ustadz kemudian berkata : “ 
Nah.. apa yang sudah kalian bayangkan, kalikan sepuluh kali lipat, ketahuilah… 
kalian akan mendapatkan surga lebih dari itu,
karena dalam Al Qur’an, Allah telah berfirman sebanyak dua kali.. mereka akan 
mendapat segala apa yang mereka kehendaki…” 

Entah apa yang terjadi selanjutnya, namun setelah peristiwa dengan sang ustadz 
tersebut, sangat ajaib karena mereka semua telah berobah. Si Arab Badui menjadi 
seorang yang sangat rajin beribadah bahkan orang-orang sering menemukannya 
tengah beriktikaf di Mesjidil Haram, shalat dan berdo’a sebanyak mungkin. Si 
penjaga taman berubah menjadi seseorang yang berusaha menjaga pandangan dan 
pikirannya dari hal-hal yang mengundang nafsu syahwat, si penata rambut 
mendadak jadi orang sholeh menjauhkan diri dari tindakan homoseksual, si tante 
girang betul-betul berhenti memelihara ‘daun muda’ malah dia kemudian aktif 
menggalang kelompok pengajian ibu-ibu dengan aktifitas sosial yang sibuk, si 
artis telah memakai jilbab, tidak mau lagi mengumbar aurat, dia sekarang 
memilih-milih peran membintangi film yang bermutu dan jauh dari adegan membuka 
‘sekwilda’- sekitar wilayah dada. Pak Konglomerat terlihat makin giat berusaha 
dan berekspansi, namun satu hal,
 semua hasil keutungannya ternyata disalurkan kebeberapa yayasan sosial yang 
dia bentuk sendiri, yang bergerak di bidang bantuan bea siswa, anak terlantar, 
dakwah agama dan bencana alam, sedangkan dia sendiri menjalani hidup zuhud, 
sederhana dengan harta, rumah, pakaian secukupnya. Dan si petinju, dia tetap 
menjalani profesinya sebagai petinju, namun soal kalah menang bukan lagi 
menjadi beban pikirannya. Dia lebih berkonsentrasi untuk menempa dirinya 
sendiri agar tidak jadi bulan-bulanan lawannya, berlatih giat setiap hari, 
tidak kecewa kalau kalah dan tidak berbangga hati secara berlebihan kalau 
memperoleh kemenangan.

Mereka semua mendadak jadi ahli ibadah, rajin sholat, puasa, zakat dan hampir 
semuanya berhasil menunaikan ibadah haji. Mereka menjadi pribadi yang disenangi 
di lingkungannya, ramah, suka menolong, selalu aktif dalam kegiatan sosial, 
betul-betul menjadi rahmat bagi lingkungan. Pada akhir dua pertiga malam, 
mereka selalu bangun melakukan shalat tahajud, bersujud dihadapan Allah 
sedalam-dalamnya bahkan kerap diiringi oleh airmata yang mengalir, mereka 
berdo’a dengan penuh harap :” Yaa.. Allah, ijinkanlah kami ini menjadi hambamu 
yang patuh, berilah kami kekuatan untuk menghindari semua larangan-larangan-Mu, 
selamatkanlah kami dari kehidupan dunia yang menjerumuskan ini…dan limpahkanlah 
kepada kami surga-Mu, surga yang kami impikan……

Demikianlah ilustrasi cerita yang ditulis oleh sdr Archa

Kisah diatas merupakan kisah “tentang impian beberapa Manusia” yang saya kutip 
dari artikel dari www.swaramuslim.net sebagai gambaran bahwa setiap manusia 
punya harapan dan dambaan yang ia harap untuk didapatkan tetapi ternyata 
kenikmatan-kenikmatan keduniawain tersebut menggambarkan secara jelas bahwa 
semua adalah kenikmatan tersebut kalau dinilai dari sudut pandang kedunawian 
adalah kenikmatan semu / fatamorgana!

Tetapi seperti apa gambaran Syurga menurut Islam?
Gambaran syurga didalam Islam sering digambarkan seperti apa yang diharapkan 
orang-orang dalam kisah tersebut,yaitu : sungai yang mengalir,taman-taman yang 
indah,tentang bidadari dll

Seakan-akan gambaran syurga Islam bersifat Dunawiyah semata!
Sehingga sering dipersoalkan oleh mereka-kereka orang luar terutama oleh 
orang-orang Kristen,yang menurut mereka syurga Islam hanya bersifat memenuhi 
“kedagingan”semata!

Tetapi benarkah demikian?

Maka untuk menjawab tentang apa yang mereka persoalkan maka cara yang paling 
tepat adalah memahami Syurga menurut Islam secara utuh = tidak hanya memahami 
ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadist tentang syurga tidak secara sepotong tetapi 
secara utuh!
Dan setidaknya di kisah diatas disinggung sedikit bahwa “gambaran Syurga 
menurut Islam “ adalah :

*** “Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka 
kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan 
(kepada-Nya)”…….****

Jadi apa saja yang dikehendaki /diinginkan akan diberikan!

Apakah ia ingin seperti malaikat atau tidak ingin kawin dan dikawinkan 
(barangkali ada manusia yang ingin masuk syurga punya keinginan seperti itu ) 
akan dikabulkan.

Di dalam Islam jangankan hanya keinginan seperti Malaikat,sejak awal penciptaan 
Manusia sudah ditegaskan bahwa kedudukan “manusia justru lebih tinggi dari 
Malaikat”! karena tujuan manusia pertama diciptakan sangat jelas yaitu sebagai 
“khalifah” di Bumi!

Tetapi kedudukan lebih tinggi bagi manusia-manusia seperti kita dibutuhkan 
sebuah perjuangan /amal perbuatan dan keihklasan!

Dan keduanya harus seiring sejalan,karena punya perjuangan yang sungguh-sungguh 
tetapi tanpa didasari keihklasan maka perjuangan tersebut akan begitu mudahnya 
perjuangan tersebut dikotori oleh perjuangan-perjuangan yang menyimpang!

Dan keikhlasan tanpa disertai perjuangan sama juga O(kosong),karena Manusia 
sejak awal diciptakan sebagai khalifah,yang harus dinamis dalam melaksanakan 
kehidupan dan tidak statis,yang ia tidak berbuat apa-apa.

Tetapi kalau ia tidak mampu menjadi khalifah yang baik,bukan menjadi “pengelola 
dunia yang baik” maka kedudukannya jatuh ke derajat yang sangat rendah,bahkan 
kedudukannya lebih rendah dari pada binatang!

Dan Sang Pencipta tahu betul dengan “karakteristik ciptaannya” yaitu apa-apa 
yang ia dambakan agar bisa memotivasi mereka untuk senantiasa berjuang dengan 
dasar Ikhlas dan Ikhlas dalam perjuangan!

Jadi dalam memahami tentang “teks-teks” tentang syurga didalam Islam jangan 
hanya dipahami secara “tekstual .hurufiah” tetapi hendaknya dipahami betul 
kontekstual dan maknawiyah kata-kata di dalam ayat-ayat AL Qur’an maupun 
Hadist! Karena di ayat lain Al Qur’an maupun Hadist menjelaskan:

[56:60]Kami telah menentukan kematian diantara kamu dan Kami sekali-kali tidak 
dapat dikalahkan
[56:61] untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam 
dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) DALAM KEADAAN YANG KAMU TIDAK 
KETAHUI.

Jadi dalam hal ini bagaimana keadaan “manusia di akhirat nanti” tidak diketahui 
oleh Manusia sama dengan belum pernah terlihat oleh mata. Terdengar oleh 
telinga dan terbayang dalam pikiran manusia!

Lalu bagaimana penjelasan-penjelasan ayat-ayat lain tentang keadaan syurga yang 
ada sungai mengaliur dibawahnya. Bidadari dll?

Semua itu adalah penjelasan untuk kadar kemampuan manusia dalam memahami 
tentang kenikmatan!

Maka bisa kita logikakan seperti menjelaskan “manfaat computer’ pada orang 
primitive!
Tentu saja penjelasannya menyesuaikan dengan kemampuan pikir obyek “yang 
dijelaskan”

Bukankah salah satu tujuan beragama ada untuk mendapatkan kenikmatan Abadi??
Bagaimana agar Manusia termotifasi untuk mendapatkannya??
Salahkah untuk memberi iming-iming agar manusia termotifasi mendapatkannya 
sesuai dengan :kenikmatan yang dipahami didunia??
Agar manusia bersemangat mendapatkannya??
Maka justru sangat konyol sekali kalau ada yang menilai “penjelasan-penjelasan 
“ tersebut di ukur dengan norma “keduniaan” sekarang!
Saya akan memberi ilustrasi bahwa sebuah pekerjaan yang sama dilakukan waktu 
yang berbeda maka nilai pekerjaan tersebut berbeda nilainya!
Dan ilustrasi yang saya berikan tidak jauh dari “ilustrasi yang sering di 
permasalahkan” yaitu mengenai hubungan Intim antara laki-laki dan wanita!

Karena saya yakin yang aktif diforum ini orang-orang dewasa,jadi ilustrasi ini 
tidak akan disalah pahami!

1. Persoalan intim tersebut jangankan melakukan membicarakan saja termasuk tabu 
kalau yang berbicara adalah “anak yang belum cukup umur”
2 . orang yang sudah cukup umur dan punya pasangan, dan Ia melakukan hubungan 
tersebut tetapi hubungan tersebut belum di syahkan oleh agama yang diyakininya 
maka ia sudah berbuat Dosa besar = zina
3. orang yang sudah cukup umur dan sudah menikah tetapi ia berhubungan intim 
bukan dengan pasangan yang syah menurut keyakianannya maka sama saja berbuat 
dosa besar = zina
4. orang yang sudah cukup umur dan ia sudah punya pasangan tetap tetapi ia 
tidak mau menggauli pasangannya maka inipun juga telah berbuat dosa
5. orang yang sudah cukup umur dan berhubungan intim dengan pasangan yang syah 
maka itu sama sekali tidak dosa tetapi justru ia sedang melakukan salah satu 
kewajibannya sebagai suami istri.

Sekarang kita kaji secara ilmiah apakah berhubungan intim yang dilakukan suami 
istri yang syah dengan orang yang berhubungan intim yang dilakukan dengan 
pasangan yang bukan suami istri??
Adakah perbedaanya?
Tidak ada bukan??

Jadi kesimpulannya sesuatu tindakan /perbuatan tidak bisa dinilai secara 
generalisir sama dengan jika kita menilai apa yang terjadi “di akhirat” dengan 
ukuran dunia!
Itu sama saja menilai hubungan intim wanita suami istri yang syah dinilai dari 
sudut pandang / ukuran “orang yang belum menikah !
Jadi kalau ada orang yang mempersoalkan gambaran “syurga didalam Islam” di ukur 
dengan penilaian dunia alangkah konyolnya penilaian tersebut………………………

Justru kalau mau fair berdiskusi atau berharap akan mendapatkan “ kebenaran 
atau pencerahan “ maka alangkah baiknya kalau yang tidak setuju berani 
memberikan perbandingan dengan konsep Syurga menurut keyakinannya”
Kemudian tinggal terserah pembaca yang akan menilai Syurga yang mana yang 
membuat ia bersemangat untuk mendapatkannya…..



      

------------------------------------

Ingin bergabung di zamanku? Kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Klik: http://zamanku.blogspot.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/zamanku/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/zamanku/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke