Jip Hengky Jana P, M.B.A. : Sulit Memahami Doktrin Trinitas

Meski dilahirkan sebagai keturunan Tionghoa yang secara turun-temurun menganut 
agama Budha, tetapi saya tidak mendalami ajaran agama nenek moyang kami itu. 
Saya justru lebih paham ajaran gereja. Hal ini bisa dimaklumi, karena 
masyarakat keturunan Tionghoa sekarang lebih banyak yang meninggalkan agama 
nenek moyangnya, dan lebih memilih agama Kristen sebagai pegangan hidupnya. 
Alasannya, karena agama Kristen dianggap lebih ringan pelaksanaan ibadahnya.

Faktor itu pula yang menyebabkan saya lebih banyak bergaul dengan kawan-kawan 
yang beragama Kristen, balk yang Katolik Roma, Protestan, Pantekosta, Advent, 
dan sebagainya. Selain itu, faktor pendidikan formal juga sangat mempengaruhi 
keimanan saya. Saya semakin jauh dari wihara dan klenteng (rumah ibadah orang 
Tionghoa).

Pendidikan formal saya, sejak TK sampai SMA, saya ialui di lembaga pendidikan 
Katolik. Sampai usia remaja, meski saya tak pernah dibaptis, tetapi saya sudah 
merasa sebagai umat Kristen (Katolik) daripada sebagai jemaat wihara (umat 
Budha).

Saya dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1969 di Semarang, Jawa Tengah. Keluarga 
saya keturunan Tionghoa yang sukses sebagai pengusaha foto dan percetakan. 
Seperti umumnya masyarakat keturunan Tionghoa, kedua orang tua saya memeluk 
agama nenek moyang yang telah dianut turun temurun, yakni agama Budha.

Tidak berbeda dengan keluarga Tionghoa yang lain, dalam hal pendidikan agarna, 
keluarga saya juga tidak pernah menanamkan keimanan (agama Budha) yang 
mendalam. lni barangkali sekadar tradisi saja bahwa nenek moyang kami 
mewariskan kebudayaannya itu kepada keturunannya. Dalam ajaran agama Budha 
sepertinya tidak ada norma-norma khusus yang mengatur pelaksanaan ibadah. Ya, 
seperti aliran kepercayaan saja. Sehingga, tidak sedikit orang Tionghoa yang 
notabene pemeluk agama Budha, tetapi masih meyakini ajaran lain sebagai 
agamanya, umumnya agama Kristen.

Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, kedua orang tua kami mengharapkan 
agar saya berhasil dalam hidup dan menjadi teladan bagi kedua adik saya. Sebab 
itulah, ketika mengijak usia 5 tahun saya dimasukkan ke Taman Kanak Kanak 
favorit di kota Semarang, yakni TK Kanisius Kebondalem, selama dua tahun. SD 
dan SMP pun saya tempuh di lembaga yang sama.


Aktivis Gereja

Stammat SMP saya pun melanjutkan studi di SMA Katolik Kebondalem. Lembaga 
pendidikan ini termasuk paling dibanjiri peminat. Jadi, merupakan gengsi 
tersendiri bila diterima di sekolah itu. Saat belajar di SMA itulah saya 
benar-benar menjadi umat Katolik. Bukan lagi sebagai pemeluk Budha.

Kegiatan-kegiatan gereja, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat 
selalu saya ikuti dengan tekun. Saya tidak peduli, walaupun tidak pernah 
dibaptis. Bahkan, di sekolah sava termasuk siswa yang aktif mengikuti kegiatan 
keagamaan, baik di OSIS (seperti peringatan hari besar agama Kristen) dan juga 
kegiatan misa di gereja atau kapel sekolah yang rutin diadakan seminggu sekali.

Rupanya, Tuhan berkenan menolong saya dari jalan yang sesat. Beberapa tahun 
yang lalu setelah saya tamat SMA, saga sering merenung tentang ajaran trinitas 
yang menjadi landasan pokok iman kristiani. Sava merasa sulit memahami ajaran 
itu. Teryata banyak sekali kejanggalan yang saya temukan.


Mempelajari Islam

Tuhan Yang Maha Agung membuka pintu hati saya. Di saat saya meragukan kebenaran 
ajaran trinitas itu, saya seperti ditunjukkan untuk mempelajari Islam sebagai 
perbandingan. Dan ternyata, masya Allah, luar biasa. Dalam Al-Qur'an dan hadits 
telah diatur hukum bagi sekalian alam yang benar adanya.

Tidak lama setelah mendalami kandungan Al-Qur'an, saya secara rutin belajar 
agama (Islam) pada seorang guru ngaji. Masih berstatus sebagai mahasiswa 
STIE-PPMTT (Pusat Pendidikan Manajemen dan Teknik Terapan), saya mengucapkan 
ikrar dua kalimat syahdat beserta seluruh keluarga.

Alhamdulillah, salah satu adik saya, Jip Christianto Jana P, telah tamat dari 
Pondok Pesantren Modem Gontor, jawa Timur, dan kini kuliah di Akademi 
Perindustrian Yogyakarta Jurusan Teknik Mesin. Sedangkan adik saya yang bungsu, 
Jip Rudi Jana P., kini rnasih belajar di Pondok Pesantren as-Salam Surakarta.

Sedangkan, saya sendiri setelah menamatkan pendidikan manajemen dan meraih 
gelar Master of Bussines Administration (M.B.A.), kini berwiraswasta di bidang 
percetakan. Harapan saya, semoga keluarga kami senantiasa diterangi petunjuk-Nya


Shalom,
Tawangalun.

Kirim email ke