Sore menjelang… gerimis menghantar… Sebuah kegelisahan menggangguku lagi, 
kegelisahan untuk menguak alam dengan pikiran. Ada jarak yang terjadi di antara 
kami! Kedalaman-ku terhubung tapi tidak dengan pikiran. Aku terlalu cemas 
rupanya, aku telah membatasi waktuku di sini sehingga alam enggan berbicara 
kepadaku. Keterbatasan waktuku, rencanaku yang lain di depan, membuat hatiku 
terlalu berisi untuk keindahan yang satu ini. Enyah-lah kecemasan, segala 
rencana dan keterbatasan; semua dari kalian memberatkan kantong kegelisahanku! 
Lebih baik aku tinggal dalam hutan dimana tak sejengkal tanah pun milik siapa – 
siapa… 
Halus… halus sekali, secara bergiliran sesuatu di kedalaman menghantui dan 
menusuk – nusuk setiap momen hidupku. Sambil menahan, aku selalu bekerja untuk 
kekaryaan-ku… Inilah momen – momen dimana aku berada di ujung jiwaku. Apakah 
aku harus meloncat dan melupakan  semuanya, wahai hujan sore yang menahan?! 
Kudapati terjadi kegagalan di puncak perjalananku kali ini, karena segala yang 
halus memiliki kekuatan yang sangat besar pada permukaan tanah yang kuinjak 
ini! Keterbatasan waktu sudah merupakan halangan bagiku, apalagi di dalamnya 
terdapat tujuan. Maafkan aku gemuruh dan guntur , itukah jawabanmu baru saja?! 
Kebimbangan masih bergelayut dengan cengkeraman yang kuat di segala cabang 
jiwaku. 
"Pelepasan tidak akan terjadi, andai jiwamu tidak sekalian dibuang, karena 
sifat mencengkram itu sendiri adalah dasar hidup dan tempat makan dari sebuah 
jiwa" bisik hujan yang tiba – tiba menumpahkan dirinya bebas, lebat pada kolam 
rumput di hadapanku… Rumput hijau di tepian kolam dengan kristal air yang 
bening. 
"Lihatlah diriku, bebas jatuh seluruhnya, sehingga menjernihkan seluruh isi 
kolam, tidakkah engkau melihat segala tanaman air dan teratai tumbuh subur 
berkat tetesan dariku?" bisik sepercik air hujan terbawa angin yang hinggap di 
keningku… 
Berat… teramat berat aku harus hidup mengembara seperti mereka – mereka ini, 
jiwaku masih berdenyut pada tubuhku. Memang benar apa yang dikatakan pengembara 
yang kutemui beberapa hari yang lalu. Menjauhkan diri dari pintu rumahnya 
adalah ancaman pada kemurnian-ku… KEsadaran-ku memang sebanding dengan 
KEsadaran sang pengembara, tapi kemurnian kekaryaannya lebih jernih dari pada 
kekaryaanku… Roh dan tubuh bekerja, jiwa hanyalah sebuah penyesuaian… Senyuman 
pengembara kemarin, ternyata sebuah isyarat, ia tidak menolak, tapi membiarkan 
diriku menemukan jawabannya… Sore ini, aku mengurungkan niat untuk mencari, 
karena aku tertahan oleh sebuah pencarian yang datang kepadaku… Bersama dengan 
itu pula, hujan pun mulai reda dan sang pengembara semakin menjauh dariku. 
Jiwaku kembali menguasai tubuh, setelah hujan membangunkan roh tubuh untuk 
memberontak pada jiwa baru saja… Kusadari semua itu! Karena air pasang, ombak 
dapat melewati batu karang dan
 menghantam daratan… 
  
Katharsis-holydiary (17102008-15: 30) 
http://katharsis- holydiary. blogspot. com 
http://daily- spiritualstory. blogspot. com


      Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke