Kartini Mengaku Sebagai Buddha dan Catholic tapi Kritik Islam Kartini diangkat menjadi pahlawan Wanita Indonesia bukan karena perjuangan fisiknya, melainkan perjuangan ideologi-nya, perjuangan mengubah mind-set bangsanya, perjuangan membebaskan penjajahan kepercayaan bangsanya. Dia bukan cuma mengagumi bahkan juga mengaku penganut Catholic, penganut Buddhisme, dan paling keras sikapnya adalah kritik terhadap Islam dan Quran-nya. Dia mengutuk pemingitan wanita, pemaksaan cara2 memakai baju, mengutuk larangan wanita untuk sekolah. Dan jangan lupa, Kartini juga menolak menghafalkan Al-Quran.
http://www.wisatamelayu.com/id/news.php?a=Y0ZtbS8g= Berbeda dengan rekan2 wanitanya yang dianggap sebagai pahlawan wanita kita seperti Cut Nya' Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya yang kesemuanya melakukan perjuangan fisik yang se-mata2 diperalat suami karena para suami sebenarnya adalah pegawai Belanda yang mengetahui budaya Barat sangat menghormati wanita sehingga menggunakan isterinya untuk melawan Belanda. Seperti suami Cut Nya' Dhien adalah pegawai Belanda yang menurut Belanda ditembak oleh para pemberontak Aceh, sebaliknya oleh pemerintah RI dinyatakan ditembak Belanda. Siapa yang benar pada kenyataannya, Cut Nya' Dhien diselamatkan Belanda ke Cirebon untuk menikmati pensiun suami sampai dia mati dikuburkan di Cirebon. Banyak surat2 Kartini kepada temannya di Belanda dan Eropah dalam bahasa Belanda dan Inggris telah diterbitkan secara luas baik di Amerika maupun di Belanda sendiri. http://id.wikipedia.org/wiki/J.H._Abendanon Salah satu teman yang paling akrab dengannya adalah wanita Belanda keturunan Yahudi, Mrs. Abendanon Mandri yang suaminya Mr. JH Abendanon kemudian diangkat pemerintah Belanda menjadi Menteri Kebudayaan untuk Hindia Belanda. Suami isteri Abendanon inilah yang berkeliling seluruh Eropah dan Amerika untuk menemui teman2 Kartini yang tersebar di seluruh Eropah, Amerika terutama Belanda. Dari surat2nya itulah diperoleh pengakuan dari Kartini bahwa dia adalah sebagai penganut Catholic, tapi dilain saat juga kepada temannya dia mengaku sebagai penganut Buddha. http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini Yang paling menonjol dari sikap Kartini adalah keberaniannya mengkritik Quran dan Islam, yang sampai dizaman sekarang pun belum ada orang Indonesia yang berani melakukannya bahkan dianggap mengkritik saja sudah tidak bisa selamat dari penjara, apalagi kritik terbuka seperti yang dilakukan Kartini. Jangan heran, tidak semua surat2 Kartini bisa diterbitkan di Indonesia dalam bahasa Indonesia. Karena banyak kritik2 beliau tentang Islam malah disensor dan dilarang pemerintah sekarang untuk disebar luaskan. Bahwa pengangkatan Kartini sebagai ideal wanita Indonesia bukanlah tanpa perhitungan oleh Sukarno dan Muhammad Yamin, kedua orang ini sudah dari jauh2 memasang ranjau untuk me-mustahilkan kemungkinan tegaknya Syariah Islam di Indonesia. Sewaktu partai2 Islam pendukung Syariah Islam banyak menguasai kursi dipemerintahan, hampir saja berhasil untuk menggantikan Kartini sebagai ideal wanita Indonesia menjadi figure Cut Nyak Dhien. Sayang usul2 itu akhirnya gagal, karena figure idealisme wanita Indonesia sifatnya ideologi atau mindset sedangkan Cut Nyak Dhien ibaratnya hanyalah perampok, pemberontak, gerombolan yang kemudian dianggap sebagai pahlawan se-mata2 karena melawan Belanda, padahal Cut Nyak Dhien sendiri sebetulnya dianggap mata2 Belanda dulu2nya. Ny. Muslim binti Muskitawati.