Refleksi: Apakah para petinggi negara baik sipil maupun militer akan menjadi orang-orang teladan suci yang dapat dipercayai, tidak akan korupsi, tidak akan lagi tipu-tipu rakyat akan giat bekerja dengan sepenuh hati untuk kemakmuran, kedaiman, keamanan dan kenyaman hidup rakyat ?
http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=841&ik=31 Selasa 30 September 2008, Jam: 6:16:00 Kembali Bersih dan Suci ALHAMDULILLAH besok kita bisa bersama-sama merayakan Idul Fitri. Lulus dari ujian selama sebulan penuh berpuasa, sesuai dengan titah Allah Swt. Dari Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 183, kita tahu bahwa tujuan Allah menitahkan berpuasa agar kita menjadi orang-orang yang takwa. Dan untuk orang-orang yang takwa Allah menjamin akan memberikan solusi dari tiap kesulitan yang dihadapi, dan akan diberikan rezeki dari sumber yang tidak terduga. Janji Allah itu juga tertera di dalam Al-Quran. Bahkan di dalam dua Surat yang berbeda. Dan ketakwaan juga dijadikan Allah sebagai barometer untuk menentukan kemuliaan seseorang di sisi-Nya. Selain itu puasa juga menjadi semacam 'kawah candradimuka' untuk menggembleng dan membersihkan setiap jiwa seorang mukmin, orang yang beriman. Karena itu selepas puasa mereka memasuki kondisi fitri, kondisi kembali bersih dan suci. Itulah sesungguhnya hakikat Idul Fitri, sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab yang aslinya 'id al-fithr. Kata 'id dalam bahasa Arab mempunyai akar yang sama dengan kata 'awdah atau 'awdatun. Juga kata 'adah atau 'adatun, dan isti'adatun. Dari kata inilah bahasa Indonesia menyerap kata 'adat istiadat.' Kata 'id dan semua kata dengan akar yang sama itu, berarti 'kembali' atau 'terulang.' Karena sebagai hari raya, Idul Fitri berulang kembali secara periodik setiap tahun. Sedangkan fithrah ( fitrah ) sama dengan khilqah yang berarti 'ciptaan' atau 'penciptaan yang suci.' Karena itu sebagai Sang Maha Pencipta, Allah Swt juga disebut 'Al-Khaliq.' Yang mencipta atau mendesain manusia dengan suci. Dengan demikian, benarlah pemaknaan yang menyatakan bahwa Idul Fitri adalah kembali kepada kesucian. Kepada fitrah kemanusiaan ketika awal diciptakan oleh Allah Swt. Bahkan ada yang menafsirkan secara kultural mengapa pada Idul Fitri itu secara fisik orang terangsang untuk 'mudik.' Kata mereka, karena ada dorongan naluriah untuk 'kembali' ke asal. Dengan memahami Idul Fitri sebagai kembali kepada fitrah, yaitu kembali pada kondisi bersih dan suci, apalagi dikaitkan dengan takwa yang merupakan mahkota utama kehidupan manusia, alangkah celaka dan nistanya orang-orang yang setelah Idul Fitri kembali kepada kehidupan yang kotor. Kembali korupsi, menyogok dan disogok, menipu, memakan hak orang lain dan berlaku sewenang-wenang terhadap sesama manusia. Apalagi terhadap bawahan yang merupakan amanat titipan Allah Swt. Insya Allah pada Idul Fitri tahun ini kita semua menjadi orang yang berhak menerima ucapan Minal Aidin wal Faizin. Karena hanya orang-orang yang faizin, yang menang melawan hawa nafsu selama berpuasa dan seterusnya sajalah yang berhak menerima ucapan luhur tersebut. Amin. redaksi