Kalau saya ketemu Kathryn pasti saya kandani bahwa Yesus ditaman Getzemani itu 
berdoanya  sujud,bukannya ndemok jidat,hidung lantas dada sambil gumam:Hyang 
Romo,Hyang Putro,Hyang Roh Suci.Tapi kalau solatnya Islam itu podo dg Nabinya.

Shalom,
Tawangalun.


Katagori : Journey to Islam

Oleh : Redaksi 20 Mar 2009 - 2:00 pm 



Terlalu banyak analogi menjelaskan Yesus = Tuhan Kathryn
Bouchard dibesarkan dalam lingkungan keluarga Katolik yang moderat.
Kedua orangtuanya adalah guru sekolah Katolik. Hubungan antar keluarg
mereka terbilang akrab satu sama lain. 



Kathryn yang asal Kanada menghabiskan masa remajanya di London dan
Ontario. Seperti penganut Katolik lainnya, ia pergi ke gereja setiap
hari minggu, sekolah di sekolah Katolik hingga ke jenjang universitas.
Kathyrn kuliah di Brescia University College, sebuah perguruan tinggi
Kristen khusus perempuan yang berafiliasi dengan Universitas Western
Ontario.



"Meski saya dibesarkan dalam lingkungan Katolik, orangtua mendorong
saya untuk berteman dengan beragam orang dari berbagai latar belakang
dan boleh menanyakan apa saja berkaitan dengan kehidupan dan agama,"
kata Kathryn.



Konsep Trinitas Yang Tak Masuk Akal
Ia mulai mempelajari
agama-agama dalam usia yang relatif masih mudah ketika ia berusia 16
atau 17 tahun dan masih duduk di sekolah menengah. Kathryn mengatakan,
ia tidak mau menjadi bagian dari sebuah agama hanya karena ia sudah
menganut agama itu sejak ia dilahirkan. Itulah sebabnya, Kathryn tidak
sungkan mempelajari beragam agama mulai dari Hindu, Budha sampai
Yudaisme. Ketika itu, ia hanya sedikt saja mengeksplorasi agama Islam.



Alasan Kathryn mempelajari beragam agama, salah satunya karena banyak
hal dalam ajaran Katolik yang tidak dipahami Kathryn. "Kami sering
kedatangan pendeta di sekolah dan kami melakukan pengakuan dosa. Saya pernah 
bertanya pada seorang pendeta,'Saya betul-betul tidak paham dengan konsep 
Trinitas. Bisakah Anda menjelaskannya?' Tapi pendeta itu menjawab 'Yakini 
saja'. Mereka tidak memberikan jawabannya," tutur Kathryn.



Ia belum mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang konsep Trinitas
dalam agama Kristen, hingga ia di bangku kuliah dan mempelajari
berbagai ilmu di seminari dan mempelajari teologi agama Katolik.



"Jika saya menanyakan tentang Trinitas, mereka akan
menjawab 'ayah dan ibumu saling mencintai, ketika mereka memiliki anak,
itu seperti tiga dalam satu dengan identitas berbeda'. 



Jadi, banyak sekali analogi yang diberikan untuk menjelaskan bagaimana
Yesus bisa menjadi Tuhan dan menjadi anak Tuhan dan menjadi dirinya
sendiri. Saya pikir banyak penganut Kristen yang menerima konsep ini
tanpa memahaminya, " ujar Kathryn.



Ia lalu menanyakan konsep Trinitas ke beberapa temannya dan ia mendapat jawaban 
bahwa konsep Trinitas ada dan ditetapkan sebagai dasar kepercayaan dalam agama 
Kristen setelah Yesus wafat. 



Sebuah jawaban yang mengejutkan Kathryn, karena itu artinya
semua dasar dalam ajaran Kristen adalah ciptaan manusia. Yesus semasa
hidupnya tidak pernah bilang dirinya adalah anak Tuhan dan tidak pernah
mengatakan bahwa dirinya Tuhan.



"Saya membaca Gospel Mathias pertama dan dalam Gospel itu Yesus tidak
direferensikan sebagai anak Tuhan, tapi anak seorang manusia. Tapi
dalam Gospel yang ditulis setelah Yesus wafat, banyak sekali disebutkan
bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Dan disebutkan pula bahwa ada alasan
politis dibalik argumen konsep Trinitas," papar Kathryn.




Yesus & Tuhan (Allah), 2 oknum yang berbedaIa melanjutkan,"Saya
juga menemukan bahwa Yesus berdoa dan memohon pertolongan pada Tuhan.
Jika Yesus minta pertolongan pada Tuhan, lalu bagaimana Yesus bisa
menjadi Tuhan. Ini tidak masuk akal buat saya."



Mengenal Islam



Setelah menyelesaikan studinya di Ontario, Kathryn pindah ke Montreal
dan di kota ini ia bertemu dengan banyak Muslim dari berbagai latar
belakang mulai dari Eropa, Afrika dan Karibia. Keberagaman ini membuka
mata Kathryn bahwa pemeluk Islam ternyata berasal dari berbagai latar
belakang kebangsaaan. Fakta ini mendorongnya untuk lebih banyak belajar
tentang Muslim dan latar belakang mereka.



Kathryn mulai membaca banyak referensi tentang Islam. Tapi ia menemukan
bahwa contoh-contoh ekstrim tentang Islam di internet sehingga ia
sempat berkomentar "Saya tidak mau menjadi bagian dari agama ini
(Islam)." Oleh sang ayah, Kathryn disuruh terus membaca karena menurut
sang ayah, dalam banyak hal sering terjadi salah penafsiran.



Kathryn pun melanjutkan pencariannya tentang Islam. Ia bergabung dengan
situs "Muslimahs", sebuah situs internasional yang beranggotakan para
Muslimah maupun para mualaf dari berbagai negara. Dari situs inilah ia
banyak belajar dan bertanya tentang Islam.



Kathryn mengatakan banyak hal yang ingin ia ketahui tentang ajaran
Islam. Misalnya, apa saja persamaan dan perbedaan ajaran Islam dan
Kristen, bagaimana posisi Yesus dalam Islam, siapa Nabi Muhammad,
masalah poligami dan berbagai isu Islam yang muncul pasca serangan 11
September 2001 di AS.



Selama kuliah di Montreal, Kathryn belajar banyak hal tentang Islam.
Ketika ia pulang ke London, orangtuanya mengira bahwa Kathryn hanya
rindu kembali ke rumah dan bukan untuk memperdalam minatnya pada Islam.
Kathryn lalu membeli al-Quran dan buku-buku hadist. Pada ayahnya, ia
bilang bahwa al-Quran bukan buatan manusia, ketika membaca al-Quran
sepertinya Tuhan sedang bicara pada kita.



"Anda merasa bahwa ada juga kebenaran yang ditulis dalam alkitab, tapi
Anda tidak akan merasa bahwa itu semua tidak ditulis langsung oleh
Tuhan. Sedangkan al-Quran, Anda akan merasakan kebenaran yang
sesungguhnya," ujar Kathryn.



"Saya juga menemukan banyak ilmu pengetahuan yang sudah lebih dulu
diungkap oleh al-Quran dan baru muncul kemudian dalam kehidupan
manusia. Saya pikir, al-Quran diturunkan pada manusia dengan tingkat
emosional dan logis. Islam mendorong umatnya untuk berpikir dan mencari
ilmu," sambung Kathryn.



Kathryn pun mulai belajar salat, datang ke ceramah-ceramah agama dan
mengontak masjid terdekat untuk mencari informasi apakah masjid itu
punya program untuk orang-orang sepertinya dirinya, yang berminat pada
agama Islam.



"Pertama kali saya masuk ke masjid, saya menangis. Saya merasakan ada
energi yang begitu besar yang tidak saya rasakan ketika saya ke
gerejat," kisah Kathryn yang kemudian belajar membaca al-Quran di
masjid itu. Ia terus belajar dan bergaul dengan para warga Muslim.
Sedikit demi sedikit, Kathryn bisa mengubah gaya hidupnya.



Ditanya apakah orangtuanya keberatan dengan perubahan dirinya. Kathryn
mengaku butuh waktu cukup panjang untuk meyakinkan orangtuanya bahwa ia
tidak menjauh dari keluarganya jika memeluk Islam.



Mengucap Dua Kalimat Syahadat




pengajian di Islamic Center bimbingan Dr Munir El-KassemKathryn
mengungkapkan bahwa ia sendiri tidak pernah menyangka akhirnya
memutuskan masuk Islam dan itu semua terjadi begitu saja. Saat itu, di
bulan Juni tahun 2008, seperti biasanya ia datang ke pengajian mingguan
di sebuah Islamic Center. Ia sama sekali berniat mengucapkan
dua kalimat syahadat hari itu. Tapi ketika ia tiba di gedung Islamic
Center, banyak sekali orang-orang yang telah ia kenal hadir.



Hari itu, tema pengajian adalah umrah. Banyak anak-anak muda Muslim
yang datang dan menceritakan pengalaman mereka ikut umrah serta
bagaimana hidup mereka berubah setelah umrah. Pengajian dibimbing oleh Dr Munir 
El-Kassem.
Saat Dr El-Kassem bertanya apakah ada diantara para hadirin yang ingin
mengajukan pertanyaan, Kathryn dengan spontan mengangkat tangan dan
berkata,"Bisakah saya mengucapkan syahadat?" Kathryn sempat kaget
sendiri dengan pertanyaan itu karena ia merasa tidak merencanakannya.
Semua terjadi begitu saja, spontan.



"Seketika ruangan menjadi sunyi dan saya pikir Dr El-Kassem juga
terkejut. Saya memang mengenakan kerudung setiap kali datang pengajian
sebagai bentuk penghormatan saya pada Islam. Dr El-Kassem lalu meminta
saya maju ke depan dan menceritakan di depan hadirin bagaimana saya
bisa sampai pada Islam," tutur Kathryn.



Kathryn mengaku gemetar ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. "Tapi
saya merasa hati saya begitu lapang, penuh dengan cahaya ibarat sebuah
pintu hati yang terbuka. Saya mereka sudah mengambil jalan yang benar,"
ungkap Kathryn.



Itulah hari bersejarah bagi Kathryn, hari dimana ia memulai kehidupan
sebagai seorang Muslimah. Tahun pertama menjalankan puasa di bulan
Ramadhan, diakui Kathryn sangat berat. Namun ia merasa bahagia setelah
menjadi seorang Muslim. Kathryn mengaku hidupnyan lebih teratur,
disiplin dan sehat karena ia tidak lagi makan daging babi dan minum
minuman beralkohol. Kathryn juga mengatakan bahwa ia kini tahu apa
sebenarnya tujuan dan mau kemana arah hidupnya.
(ln/iol/readislam/eramuslim)



Kirim email ke