Keterputusan merupakan hikmah beragama yang tertinggi. Memutuskan ikatan-katan 
primordial dan identitas merupakan awal dan sekalian akhir dari beragama yang 
otentik. Agama mengalami keterputusan konsep dan aplikasi dengan fitrah manusia 
dan kemanusiaan. Hubungan dengan sesama manusia melompat kepada hubungan dengan 
TUHAN. Padahal hubungan yang sesungguhnya dari agama manusia adalah hubungan 
dengan alam semesta dimana manusia menjadi bagian integralnya. Hubungan dengan 
alam semesta inilah yang tidak dimilki agama selama ini. Padahal 
hubungan manusia, malaikat dan jin dengan TUHAN hanyalah dapat diasosiasikan 
dengan alam semesta ciptaanNYA. Hanya sebagian kecil dari ummatNYA yang dapat 
berhubungan dengan TUHAN seperti Yesus/Isa, Sulaiman, Muhammad, Daud, Musa, 
Ibrahim, Nuh, Adam, Budha yang berhubungan dengan TUHAN melalui peristiwa trans 
spiritualitas tertinggi/kenaikan/Mi'raj. Selama ini seakan-akan hubungan dengan 
TUHAN menjadi wilayah semuanya,
 padahal itu hanyalah ilusi belaka karena TUHAN hanya dapat dijangkau oleh 
sebagian besar ummatNYA melalui hubungan-hubungan kosmologis di alam semesta 
ciptaanNYA. Persepsi beragama bahwa agama mengatur hubungan dengan TUHAN adalah 
kecelakaan sejarah terbesar. Hubungan dengan TUHAN hanya dari dan kepada para 
utusanNYA tadi. Keterputusan ini dapat disambung oleh peristiwa 
pengutuhan/safaat akan relasi-relasi kealamsemestaan. Yang tidak dimiliki oleh 
agama selama ini.  Hubungan dengan alam semesta yang utuh merupakan keniscayaan 
dengan capaian keilmuan dan keilmiahan, yang menyambungkan 
kemahaimanan/ketidaksampaian/keterputusan iman manusia, malaikat dan jin kepada 
TUHAN dengan amal ibadah dengan sesama. 
Selamat datang dan bekerjalah proses safaat ini dengan proses kembali dari 
semua ummatNYA ke dunia.   

Global Future Institute
Harry Samputra Agus


      

Kirim email ke