Refleksi : Apakah penilitian University of Pittsburg berlaku untuk NKRI yang 
rakyatnya sekalipun optimis tetapi  banyak kekurangan dalam kehidupan 
sehari-hari?

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/03/08/07232215/orang.pesimistis.lebih.cepat.mati

Minggu, 8 Maret 2009 | 07:23 WIB

Orang Pesimistis Lebih Cepat Mati

ORANG yang optimistis hidup lebih lama, bahkan lebih sehat dibandingkan orang 
yang pesimistis. Demikian kata beberapa peneliti AS, Kamis (5/3), dalam sebuah 
studi.

Para peneliti di University of Pittsburgh mengkaji angka rata-rata kematian dan 
kondisi kesehatan kronis di kalangan pasien dalam studi Women's Health 
Initiative-yang telah mengikuti perkembangan lebih dari 100.000 perempuan yang 
berusia 50 tahun ke atas sejak 1994.

Perempuan yang memiliki sifat optimistis-orang yang memperkirakan sesuatu yang 
baik dan bukan hal buruk yang akan terjadi- sebanyak14 persen kurang mungkin 
untuk meninggal akibat penyebab apa pun dibandingkan dengan orang yang 
pesimistis, dan 30 persen kurang mungkin untuk menghembuskan napas akibat sakit 
jantung setelah delapan tahun pengamatan dalam studi tersebut.

Orang yang optimistis juga kurang mungkin untuk menghadapi tekanan darah 
tinggi, diabetes, atau menghisap rokok. Tim yang dipimpin oleh Dr Hilary Tindle 
itu juga meneliti perempuan yang sangat tak percaya kepada orang lain-satu 
kelompok yang mereka sebut "bermusuhan sangat sinis"-dan membandingkan mereka 
dengan perempuan yang lebih memercayai orang lain.

Perempuan di dalam kelompok bermusuhan secara sinis cenderung untuk setuju 
dengan pertanyaan, seperti "Saya sering kali harus menerima perintah dari 
seseorang yang tak mengetahui sebanyak yang saya ketahui" atau "Paling aman tak 
memercayai seorang pun", kata Tindle dalam suatu wawancara telepon dengan 
wartawan kantor berita Inggris, Reuters.

"Pertanyaan ini membuktikan rasa tak percaya umum kepada orang lain," kata 
Tindle yang menyajikan studinya pada Kamis dalam pertemuan tahunan American 
Psychosomatic Society di Chicago. Pola berpikir semacam itu merenggut korban.

"Perempuan yang bermusuhan secara sinis 16 persen lebih mungkin untuk meninggal 
(selama masa studi) dibandingkan dengan perempuan yang tak terlalu bermusuhan 
secara sinis," kata Tindle. Mereka juga sebanyak 23 persen lebih mungkin 
menemui ajal akibat kanker.
        
Tindle mengatakan, studi itu tak membuktikan sikap negatif mengakibatkan dampak 
kesehatan negatif, tapi ia mengatakan semua temuan tersebut benar-benar akan 
memperlihatkan keterkaitan pada suatu hari nanti.

"Saya kira kita benar-benar memerlukan penelitian lebih lanjut guna merancang 
pengobatan yang akan ditujukan kepada sikap manusia guna melihat apakah semua 
itu dapat diubah dan apakah perubahan itu bermanfaat bagi kesehatan," katanya.

Tindle mengatakan, meskipun seorang pesimitis mungkin berpendapat, "Takdir saya 
sudah diputuskan. Tak ada yang dapat saya lakukan, saya tak yakin itu benar. 
Kita 'kan tidak tahu."

ABI 

Kirim email ke