http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=969&ik=31


Pasar Sabtu Minggu Untuk Korban PHK 


Kamis 5 Maret 2009, Jam: 9:03:00 
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) pada tahun ini diprediksi bakal 
setinggi tsunami di Pangandaran, Jawa Barat, akibat industri gulung tikar 
secara massal bersamaan. Memang belum sedasyat Aceh, tetapi tsunami Pengandaran 
juga melahirkan beragam penderitaan. 

Penderitaan korban PHK sesungguhnya tidak jauh beda dengan penderitaan korban 
tsunami. Malah korban PHK hingga kini belum jelas mau jadi apa? Bantuan 
pemerintah pusat maupun daerah, masih di atas kertas. Hidup mengandalkan uang 
pesangon? Paling cuma cukup satu dua bulan belaka. 

Betul, banyak korban PHK sukses justru setelah membuka usaha. Mereka kerapkali 
ditampilkan di media massa. Ada yang jadi pengusaha jamu, minuman ringan sampai 
makanan, mengaku penghasilannya lebih besar ketimbang masih menjadi karyawan. 
Tapi mereka yang disebut sukses hanyalah segelintir saja. 

Tak sedikit yang menjadi tukang ojek , hidupnya semakin kembang- kempis. 
Mencoba adu nasib berdagang di Kaki-5 ternyata terus-terusan dikejar trantib 
dengan alasan mengganggu keindahan. Mereka yang sudah terpepet malah jadi 
penodong, pencuri, menjual narkoba dan tindakan kriminal lainnya. 

Padahal korban PHK akibat krisis global ini sesungguhnya termasuk bencana 
karena datang secara tiba-tiba. Bedanya, visualisasi korban PHK tidak sedasyat 
gunung meletus, gempa atau gelombang tsunami yang memotret ketragisan alam dan 
kehidupan seisinya. Merenggut banyak nyawa. Tetapi dampaknya sama. 

Oleh karena itu, segeralah pemerintah mengulurkan tangan buat mereka. Jangan 
sibuk tebar pesona. Jangan hanya janji-janji belaka. Apalagi janji menjadi TKI 
ke luar negeri? Di negara tujuan saja menghadapi kendala serupa. Misalnya 
Singapura, tahun ini 10.000 warganegaranya bakal kehilangan pekerjaan. 

Menciptakan lapangan pekerjaan memang tidaklah mudah. Tapi setidaknya memberi 
kelonggaran di era sulit salah satu solusi membantu rakyat yang menderita. 
Misalnya, biarkanlah mereka menjadi pedagang Kaki-5, dari pada jadi maling atau 
rampok. Tugas pemerintah daerah menata supaya tampak tertib. Bukan menggusur 
apalagi main tendang. 

Ingat, pada era krisis moneter, Jakarta menciptakan lapangan pekerjaan dengan 
membuat Pasar Sabtu-Minggu. Mulai dari walikota, camat sampai lurah menyediakan 
lahan untuk korban PHK berjualan. Pada waktu itu, upaya ini setidaknya mampu 
untuk memperpanjang nafas kehidupan korban PHK. 

Nah, apa salahnya Pasar Sabtu Minggu direalisasikan lagi sampai denyut nadi 
ekonomi bergerak kembali. 

Kirim email ke