http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/04/Ekonomi_dan_Bisnis/krn.20090304.158587.id.html

Pemberantasan Kemiskinan Tidak Mencapai Target
Target pesimistisnya bisa 14 persen.
JAKARTA -- Target pengentasan warga miskin tahun ini dipastikan tak akan 
tercapai. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional hanya berani 
mentargetkan tingkat kemiskinan 2009 sebesar 12-13,5 persen. Padahal rencana 
pembangunan jangka menengah 2004-2009 menggariskan angka kemiskinan pada 2009 
sebesar 8,2 persen. 

Berbicara dalam rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Daerah pada Senin lalu, 
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta mengatakan tahun 
lalu tingkat kemiskinan masih 15,4 persen. "Dengan stimulus fiskal, diharapkan 
bisa ditekan jadi 12-13,5 persen. Ini target optimistis, tapi pesimistisnya 
bisa 14 persen," katanya. 

Paskah menuturkan, melalui berbagai program peningkatan kesejahteraan rakyat 
dan pengurangan tingkat kemiskinan, pemerintah berharap dapat kembali 
menggenjot pertumbuhan ekonomi, yang semakin rendah. Untuk menghadapi krisis 
keuangan, ujar dia, diperlukan landasan hukum dan kontrol yang kuat. 

Deputi Bidang Evaluasi Pembangunan Bambang Widianto menambahkan, target 
pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meliputi tiga sasaran, yakni 
aman-damai, masyarakat adil-demokratis, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. 
Target pertama dan kedua, kata dia, relatif telah tercapai. 

"Tapi untuk peningkatan kesejahteraan masih akan menjadi pekerjaan rumah yang 
paling berat, terutama pengentasan warga miskin," ujarnya. 

Bambang mengatakan salah satu indikator kesejahteraan adalah tingkat 
kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, kata dia, telah berdampak 
pada pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akibatnya, tingkat kemiskinan 
sukar ditekan. "Akan sukar juga mencapai target 8,2 persen," kata Bambang. 

Sejak tiga tahun lalu, kata dia, pemerintah sebenarnya telah menggarap 
program-program pengentasan warga miskin. Program-program tersebut terdiri atas 
sasaran individu dan rumah tangga, seperti Bantuan Langsung Tunai, Asuransi 
Kesehatan Masyarakat Miskin, beasiswa, sampai beras untuk rakyat miskin. 

Program lainnya ditujukan pada kelompok usaha, seperti Program Nasional 
Pemberdayaan Masyarakat. Dan terakhir ditujukan untuk dunia usaha, yakni Kredit 
Usaha Rakyat. "Totalnya sekitar Rp 40 triliun," ujar Bambang. 

Tapi, menurut Bambang, tak semua program itu bisa habis terserap. Dia 
mencontohkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, yang dianggarkan Rp 12 
triliun. Pada program ini seharusnya dana menjangkau lebih dari 5.000 
kecamatan. Namun, hingga akhir tahun ini baru sekitar 3.800 kecamatan yang 
telah menyerap. "Kami harap stimulus bisa mempercepat peningkatan 
kesejahteraan," kata Bambang. 

Senior Economist Bank Dunia Vivi Alatas pernah mengungkapkan, berkaca pada 
krisis moneter 1998, imbas terbesar krisis kali ini akan terjadi pada struktur 
pasar tenaga kerja. "Memang ada PHK, tapi angka pengangguran stabil. Hanya 
struktur pasar tenaga kerjanya yang berubah," kata dia. Ia menegaskan, yang 
terkena dampak PHK bukan orang miskin, melainkan masyarakat menengah di wilayah 
perkotaan. AGOENG WIJAYA | LINA BUKIT 

Jumlah dan persentase penduduk miskin Tahun  Jumlah 
      (juta)  Persentase
      (persen)  
      1998  49,5  24,23  
      1999  47,97  23,43  
      2000  38,7  19,14  
      2001  37,9  18,41  
      2002  38,4  18,2  
      2003  37,3  17,42  
      2004  36,1  16,66  
      2005  35,1  15,97  
      2006  39,3  17,75  
      2007  37,17  16,58  
      2008  34,96  15,42  
SUMBER: BPS

Kirim email ke