http://www.mediaindonesia.com/read/2009/04/04/68327/70/13/Pemilu_yang_Mengkhawatirkan


Pemilu yang Mengkhawatirkan 


Selasa, 07 April 2009 00:00 WIB      
PEMILU kini  berada pada dua kutub yang berlawanan. Satu kutub yakin pemilu 
siap dilaksanakan pada 9 April mendatang. Sebaliknya kutub lain, orang 
meragukan apakah pemilu bisa diselenggarakan secara luber dan jurdil. 

Kutub optimistis tentu saja datang dari pihak penyelenggara pemilu, yakni 
Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hingga H-3, KPU menegaskan semua logistik akan 
sampai di tempat pemungutan suara (TPS) pada H-1 atau 8 April 2009. 

KPU sah-sah saja menggenggam erat optimismenya, setidaknya di tingkat verbal. 
Sayangnya, rasa optimistis KPU itu kurang didukung akurasi dan transparansi 
data. 

Sebagai contoh, hasil validasi daftar pemilih tetap (DPT) saja sampai sekarang 
belum juga diumumkan. Soal logistik apalagi. Padahal, KPU semestinya secara 
berkala mengumumkan kesiapan logistik. Misalnya, pada H sekian sudah berapa 
persen logistik sampai ke tujuan. 

Padahal transparansi dan akurasi kesiapan merupakan bagian penting dari pesta 
demokrasi lima tahunan itu. Sayangnya, berbagai kritikan yang ditujukan kepada 
KPU, justru disikapi dengan cuek atau sikap defensif. 

Faktor itulah yang mendorong lahirnya kutub yang cenderung pesimistis terhadap 
pelaksanaan pemilu kali ini. Mereka bukan hanya datang dari publik atau partai 
politik peserta pemilu, melainkan juga dari badan kelengkapan penyelenggara 
pemilu seperti Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). 

Mereka melancarkan kritik karena KPU memang kedodoran sejak dari segi 
persiapan. Misalnya saja, kendati hari pemilu tinggal hitungan jari, tidak 
sedikit calon pemilih yang belum mengetahui bagaimana caranya mencontreng. 

Pemilih bahkan banyak yang belum mengetahui lokasi TPS-nya karena surat 
pemberitahuan untuk memilih belum juga datang. Atau bahkan sebaliknya, seorang 
anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Yogyakarta justru 
memperoleh dua surat pemberitahuan untuk memilih. 

Buruknya kinerja KPU juga terlihat dari tidak transparannya KPU dalam mencetak 
surat suara. Sampai kini, KPU belum pernah mengumumkan secara terbuka berapa 
surat suara yang dicetak, berapa yang sudah didistribusikan, dan berapa surat 
suara yang rusak. 

Fakta lain ada daerah yang kekurangan surat suara, ada yang belum menerima 
kotak suara, dan ada pula yang kekurangan tinta. 
Beragam masalah yang muncul baik mengenai DPT, logistik, maupun yang lain 
mencerminkan KPU sekarang memang buruk dalam mengelola administrasi dan tidak 
becus dalam menyosialisasikan pemilu. 

Pengalaman panjang bangsa ini dalam melaksanakan pemilu sayangnya memang belum 
menghasilkan KPU yang lebih tangkas dan cerdas. 

Label sebagai negara demokrasi terbesar di dunia kini terancam tercoreng oleh 
kinerja KPU yang tidak becus menyiapkan dan melaksanakan pemilu. Bahkan, bisa 
dikatakan, inilah KPU terburuk sepanjang sejarah pemilu di Tanah Air. 

Itu sebabnya muncul pandangan bahwa pemilu sekarang berada di ambang 
ketidakpastian. Namun, beres-tidaknya pelaksanaan pemilu bukan hanya tanggung 
jawab KPU, melainkan juga tanggung jawab pemerintahan sekarang.

Kirim email ke