Refleksi:  Bukankah pemerintah sekarang teridiri dari  para pengusaha, apakah 
aktivitas mereka untuk membantu pengusaha masih minimal ataukah mau  hanya 
sendiri memonopolikan kesempatan berbisnis?

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/14/sh01.html

Pengusaha Minta Capres Mumpuni    

Oleh
Ellen Piri/Vidi Vici



Jakarta - Kalangan pengusaha umumnya menilai partai politik (parpol) belum 
memiliki platform ekonomi yang konkret. Namun, sisi positifnya, parpol dianggap 
mau bekerja sama dengan pengusaha untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi.  CEO 
Garudafood Sudhamek AWS mengungkapkan, dalam situasi perekonomian yang sangat 
sulit ini, pengusaha mengajukan syarat calon presiden (capres) yang mumpuni, 
untuk menjadi pemimpin harus mempunyai jiwa memimpin, bisa melayani serta 
visioner dan berwawasan luas. "Harus mempunyai strategi jangka panjang yang 
jelas dalam pembangunan nasional," katanya kepada SH, Sabtu (14/2).


Selain itu, katanya, figur capres juga harus memenuhi kriteria bersih dari 
korupsi, mempunyai kapasitas eksekusi, konsisten, dan tahan gempuran, serta 
yang paling penting mampu memberikan kepastian dan kemudahan bagi dunia usaha. 
Sudhamek berharap, presiden mendatang jangan hanya memerhatikan pentingnya 
produktivitas, tapi juga persoalan inefisiensi. Sejak Republik ini merdeka, 
katanya, inefisiensi belum pernah ditangani secara konseptual, komprehensif, 
dan serius. 


"Pendekatan terbaik untuk menangani hal itu adalah melalui Supply Chain 
Management (SCM)," kata Sudhamek yang juga Komite Tetap Kadin. Dia menjelaskan, 
SCM merupakan pendekatan end to end yang dapat meniadakan inefisiensi. Jadi, 
kata dia, bersifat lintas sektoral, institusional, pusat-daerah, dan 
departemental. 
Oleh sebab itu, lanjutnya, pembenahan SCM hanya bisa berhasil bila langsung 
dipimpin oleh presiden sendiri. Sebagai ilustrasi, biaya SCM di Indonesia 
diperkirakan sekitar 19% dari Sales, sedangkan di Amerika hanya 9,2%. "Artinya, 
terjadi higher cost of economy 10% di Indonesia," kata dia. 

"Surprise"
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi seusai dialog 
bertema Pengusaha Bertanya, Parpol Menjawab yang diselenggarakan Apindo, Jumat 
(13/2) mengatakan, cukup surprise ketika Ketua Umum Megawati Soekarnoputri 
bersedia memenuhi undangan pengusaha untuk melakukan dialog. 
"Selama ini kita mengenal Megawati lebih banyak diam, tapi sekarang dengan 
paparan visi ekonominya kita mengetahui apa yang akan mereka lakukan kalau 
berkuasa nanti," kata Sofyan.


Parpol yang hadir memaparkan visi dan misi ekonomi PDI Perjuangan (PDIP) dan 
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam dua sesi terpisah. Dialog kedua partai 
masing-masing dipimpin ketua umumnya, yakni Megawati Soekarnoputri (PDIP) dan 
Tifatul Sembiring (PKS). Dia mengakui, tidak mungkin memaparkan program konkret 
hanya dalam dua jam. Paling tidak, lanjutnya, pertanyaan para penelis bisa 
menjadi masukan bagi para partai.  PKS menawarkan konsep ekonomi egaliter yang 
menyejahterakan dan memberi keadilan kepada rakyat. PKS juga menjanjikan 
keterbukaan dan sikap menerima terhadap semua kelompok. 
Dalam dialog itu, isu ketenagakerjaan menjadi sorotan utama di samping 
infrastruktur, energi dan investasi. Pengusaha mempertanyakan UU 
Ketenagakerjaan yang dianggap lebih berpihak pada kepentingan buruh. 


Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Haryadi Sukamdani yang menjadi panelis dalam 
sesi dengan PKS menegaskan, masalah ketenagakerjaan akan selalu ada bila UU 
Nomor 13 Tahun 2003 terus dipertahankan. Sebab pengusaha harus mengalokasikan 
32% dari struktur biaya untuk kepentingan buruh. "Sampai kapan pun ini akan 
menjadi masalah," tegasnya. Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang 
Investasi Chris Kanter mengatakan, UU Ketenagakerjaan sudah jelas berdampak 
buruk, yang belum solusinya. Pemerintah saat ini juga tidak bisa 
memperbaikinya. 


Namun, partai PDIP dan PKS berpendapat sama untuk mengatasi masalah ini 
diserahkan kepada tripartit. Tetapi jawaban ini dinilai tidak konkret. Chris 
mengatakan sebab bila menekankan tripartit dengan serikat pekerja sekitar 100 
orang, sulit untuk mencapai kesepakatan. Bahkan, analisis yang dilakukan lima 
perguruan tinggi sudah menyatakan UU Ketenagakerjaan harus direvisi.


"PDIP mengakui ada masalah dalam UU Ketenagakerjaan itu. Prinsipnya, kedua 
partai siap berunding lagi untuk menguji UU Ketenagakerjaan," kata Hariyadi. 
Salah satu yang cukup konkret dari PKS, diakui Hariyadi, adalah keinginan untuk 
melakukan tax amnesty. Meski diawali dengan pernyataan yang berbelit-belit, 
akhirnya Tifatul menegaskan tax amnesty bisa dilakukan untuk kepentingan 
bangsa. 


Pada bagian lain diskusi di Four Season Hotel ini, tampil Ketua Umum Partai 
Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Dalam paparan visi ekonominya, 
Muhaimin mengatakan sektor pertanian akan menjadi prioritas PKB jika kelak 
memenangkan pemilihan umum dan duduk di pemerintahan. Salah satu caranya dengan 
memberikan insentif kepada bank agar bersedia memberikan kredit lebih besar di 
industri pertanian.


Menurut Muhaimin, sektor pertanian harus menjadi konsentrasi pemerintah 
berkuasa. Sebab, Indonesia adalah negeri agraris dan juga mempunyai sumber daya 
alam memadai di bidang itu. Dia mengingatkan pentingnya penguatan produktivitas 
masyarakat dengan keberanian membuka lahan pertanian baru.  "Kita juga butuh 
keberanian mengubah lahan tidur," ujar Muhaimin, yang didampingi tim ekonomi 
PKB, yaitu Eko Putra Sanjoyo, Achmad Nuraini Yustik dan Nurasyid. Sementara 
panelis tanya jawab tersebut adalah Erwin Aksa, Bambang Ismawan, Arwin Rasyid, 
Shanti Poesposoetjipto AM Kusumo, dan Peter Faning. Panelis Arwin Rasyid 
mengatakan sektor pertanian sulit berkembang tanpa didukung perbankan, karena 
itu perlu ada insentif pemerintah kepada bank agar berani memberikan kredit 
kepada petani.


Dia prihatin karena alokasi pinjaman bank kepada petani masih sekitar 7 persen 
dari total pemberian kredit. Selain itu dari total APBN hanya Rp 65 triliun 
mengalir ke pertanian. Oleh karena itu petani harus lebih didukung lagi. (naomi 
siagi

Kirim email ke