Refleksi: Megawati sudah diketahui hasil pemerintahannya, sama halnya juga dengan Yudhoyono, yang belum diketahui ialah Prabowo. Bagaimana pun mereka ini semua Pancasilais. Selain itu juga ketiga-tiganya pernah berbakti kepada rezim Pak Harto. Mungkin saja Pancasila Prabowo lebih baik dari mereka berdua, siapa tahu? Tidak banyak beda antara mereka.
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/12/pol06.html Persaingan Mega-Yudhoyono Untungkan Prabowo Jakarta-Mantan Pangkostrad Prabowo Subianto berpeluang mengulang kesuksesan Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi presiden pada Pemilu 2009. Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Yudhyono dan resistensi yang tinggi terhadap Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berpeluang memberikan keuntungan tersendiri bagi Prabowo. Mantan anggota FPDIP Permadi di Kantor DPP Partai Gerindra-Jakarta, Rabu (11/2), mengatakan, peluang Megawati bersaing dengan Yudhoyono tak lebih dari pengalaman yang terjadi pada tahun 2004. Namun, Yudhoyono akan kalah bersaing jika ada calon alternatif yang muncul. "Saya lihat, peluang Pak Prabowo sangat besar. Prabowo itu Soekarno kecil, perpaduan dari kemampuan Soekarno dan Soeharto," kata Permadi. Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo pun memiliki peluang memeroleh suara yang signifikan pada pemilu legislatif mendatang. Pada Pemilu 2004, Partai Demokrat mampu meraih suara tujuh persen karena faktor figur Yudhoyono. "Pak Prabowo bersama Partai Gerindra memiliki peluang mengulang sukses Partai Demokrat dengan Yudhoyono," kata Permadi. Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Revrisond Baswir dalam diskusi "Kegagalan Sistem Ekonomi Indonesia" di Gerindra Centre, Jakarta, mengatakan, tantangan Partai Gerindra ke depan adalah bagaimana menjalankan ekonomi kerakyatan yang saat ini masih sebatas wacana di tingkat elite politik menjelang kampanye. Partai tersebut harus menjadi pelopor untuk menghentikan liberalisasi pasar di Indonesia dan melakukan nasionalisasi atas sektor-sektor penting ekonomi yang saat ini dikuasai pihak asing. Dalam berbagai kesempatan, Prabowo memang menolak adanya privatisasi. Namun, menurut Revrisond, hal itu masih menuntut pembuktian. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, modal asing tidak bisa dielakkan untuk mendorong tumbuhnya ekonomi dalam negeri. "Tetapi harus ada batas-batas tertentu. Modal asing tidak bisa merambah sektor-sektor strategis seperti yang kita praktikkan selama ini," kata Ahmad Muzani. (inno jemabut)