Presdir Bank maspion converse



25 September 2007

Allah memang berhak untuk membuka hati siapa saja untuk menerima
ajaran Islam secara kaffah. Begitu juga dengan Herman Halim, Presdir
Bank Maspion ini terbuka hatinya dan memutuskan untuk menjadi Muslim.
"Saya masuk Islam Tanggal 27 Agustus. Saya bersyahadat di Masjid Ceng
Hoo Surabaya dan disaksikan oleh banyak orang," tuturnya kepada NURANI
saat ditemui di kantornya.

Ketertarikan Herman Halim akan Islam memang berangkat dari perenungan
panjang. Namun, ia mengaku lebih banyak dipengaruhi Andrew anak keduanya.

Herman menerangkan bahwa saat dirinya bersyahadat, ia tidak disertai
dengan keluarganya. "Saya berangkat ke sana sendiri. Untungnya, teman
saya di PITI Masjid Ceng Hoo banyak. Jadi sudah dipersiapkan. Bahkan
Pak Ali Markus, memberikan selamat ketika saya sudah bersyahadat,"
terangnya sambil tersenyum.

Saat ditanya tentang tanggapan keluarga ketika dirinya menjadi Muslim,
Herman Halim menerangkan bahwa pihak keluarga sebenarnya mengkritik,
namun tidak berani secara frontal. "Setahu saya, mereka hanya berani
mengkritik atau menyindir. Mereka tidak berani bertanya secara
frontal. Mungkin karena saya saudara tertua. Jadi mereka segan dengan
saya," ungkapnya.

Ditanya soal ketertarikannya kepada Islam, pemilik nama Lim Xiao Ming
ini mengatakan bahwa dirinya mengenal Islam sejak enam tahun lalu,
dari kesukaannya membaca buku-buku agama. "Saya memang senang membaca
segala buku agama, mulai dari agama Budha, Kong Hucu, Kristen, dan
Islam," terangnya.

Ayah dua anak ini mengatakan bahwa dari kesukaannya membaca buku-buku
agama inilah dia mulai menyerap intisari dari agama. "Dari pembacaan
dan perenungan semua intisari agama yang saya serap, bahwa semua agama
itu benar dan mengajarkan kebaikan (namanya juga mualaf – amanah).
Cuma penyampaiannya bermacam-macam,' terangnya

Setelah merenung sekian lama, akhirnya pimpinan Bank Maspion ini
memilih Islam menjadi keyakinannya setelah ia memeluk agama Kristen.
"Saya melihat Islam adalah agama terakhir, dan ia mengambil dari semua
intisari agamayang telah ada. Sehingga ajaran Islam begitu lugas dan
mudah diserap secara kaidah," terangnya.

Ketika ditanya tentang latar belakang agama keluarga Herman Halim, ia
menjelaskan bahwa keluarganya memeluk beberapa agama. "Dalam keluarga
saya tidak fanatik memeluk satu agama. Saya dulu agamanya Kristen.
Sedangkan saudara saya ada yang Budha ada juga yang Kong Hucu. Malah,
istri saya beragama Budha," terangnya.

Sikap inilah yang dipegang teguh Herman Halim dalam membentuk karakter
keluarganya. Bahkan soal menganut agama, ia tidak pernah memaksakan
kepada kedua anaknya. "Anak saya, saya bebaskan dalam memilih agama.
Saya tidak pernah melarang hal itu," ujarnya.

Terpengaruh Anak
Ketertarikan Herman Halim akan Islam memang berangkat dari perenungan
panjang. Namun, ia mengaku lebih banyak dipengaruhi Andrew anak
keduanya. Awalnya Herman Halim keget dan menanyakan tentang keinginan
anak keduanya memeluk agama Islam. Namun, Andrew bisa meyakinkan ayah
dan keluarganya tentang niatnya menjadi Muslim.

"Apa perbedaannya dengan agama yang kamu yakini selama ini ?" tanya
Herman Halim kepada Andrew saat itu. "Saya pernah mencoba memeluk
beberapa agama. Namun Islamlah yang membuat saya lebih tenang dan pas.
Dan saya bisa lebih gampang menangkap ajaran Islam daripada yang
lain," ujar Herman yang menirukan pendapat Andrew.

Dari diskusi antara anak dan ayah inilah, Herman terus mencari dan
mencari jawaban atas argumen yang dikemukakan oleh Andrew. "Saya
mengenal Islam lebih banyak setelah Andrew menerangkan kepada saya dan
keluarga tentang ajaran Islam sesungguhnya," ujarnya.

"Saya juga heran, padahal ia sejak kecil sudah ada di Australia. Namun
ia begitu kuat saat menerangkan tentang bagaimana ajaran Islam,"
tambahnya. Herman menerangkan, dalam menjelaskan agama Islam, Andrew
Halim ini membawa Al Quran dan Injil. "Ia membandingkan antara ayat
per ayat. Bahkan, beberapa dari paman dan bibinya tidak bisa menyela
dan menjawab pertanyaan Andrew," terangnya.

Dari pertemuan antara Andrew dan keluarga yang juga dihadiri oleh
Herman Halim itulah akhirnya wacana tentang kebenaran Islam mulai
terungkap. "Sejak itu saya jadi tekun belajar Islam. Saya baca Al
Quran yang terjemahan dari Bahasa Inggris dan Tionghoa. Saya terus
mencari apa yang dikatakan Andrew," terangnya.

Menurut Herman Halim, Andrew bukan tipe orang yang mudah percaya
dengan sesuatu. "Andrew itu, untuk percaya dan yakin biasanya sudah
melalui penelitian dan perbandingan antara baik dan buruknya," terangnya.

Makanya, Herman Halim yakin bahwa apa yang diyakini anaknya adalah
suatu kebenaran yang pasti. "Saat saya beritahu saya menjadi Muslim,
ia begitu senang. Ia menyebut lafal Allahu Akbar berulang-ulang. Ia
begitu senang saya masuk Islam," paparnya.

Lebih Tenang
Herman Halim saat ini mengaku lebih tenang batinnya setelah
mengucapkan dua kalimat Syahadat. "Pertama kali saya melaksanakan
salat, hati saya rasanya tenteram dan damai. Tidak pernah saya
merasakan hal seperti ini sebelumnya. Meski saya tidak fasih cara
melafalkan Arabnya, namun saya tahu arti Bahasa Indonesianya,"
paparnya sembari memejamkan mata.

"Saat shalat hati saya damai, sehingga bisa melepas kejenuhan dan
stres saat bekerja. Saya lebih mantap dalam mengerjakan tugas-tugas
kerja," tambahnya.

Yang paling menarik bagi bagi pemilik nama asli Lim Xiao Ming ini
dalam mempelajari Islam adalah cara menghafal bacaan salat. "Kalau
salatnya sih sudah bisa dipelajari. Tapi kalau melafalkannya, ini saya
masih kaku. Butuh waktu yang banyak," ujarnya. "Kalau lupa bacaannya,
bukunya saya baca, lalu saya kembalikan lagi. Lucu pokoknya kalau
melihat saya belajar salat," tambahnya sambil tertawa.

Namun, Bapak dari Albert Halim dan Andrew Halim ini tidak menyerah. Ia
bertekad untuk bisa melafalkan bacaan Al Quran serta belajar membaca
Al Quran. "Saya berencana mendatangkan guru privat Bahasa Arab. Dan
saya ingin sekali bisa melafalkan bacaan salat," niatnya. (Tabloid NURANI)
source : swaramuslim

Diambil dari kumpulan kisah mualaf tabloid Nurani, yang diterbitkan ke
dalam buku Hidayah Allah untuk Para Pendeta, JP Books, Surabaya.
(1) Komentar
9 Juni 2007

Shalom,
Tawangalun.
Opo Genduk tdk terheran heran jare Islam itu memperkosa Cino kok malah
converse ki piye?



Kirim email ke