(1) Antara Kebutuhan dan Keinginan

Saya memiliki sebuah pembatas halaman buku (bookmark) yang bertuliskan :
'Kebahagiaan adalah memiliki apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan'.
Kebutuhan adalah suatu 'standar' untuk hidup yang mungkin sangat individual 
sifatnya.
Bagi seseorang bisa makan setiap hari dengan lauk sederhana adalah kebutuhan 
utama.
Tapi bagi orang lain makan dengan lauk yang memenuhi gizi adalah suatu 
kebutuhan.
Jika kemudian kebutuhan itu telah terpenuhi dan ia mendambakan lebih dari yang 
dibutuhkan
itu merupakan keinginan.

Keinginan merupakan pintu masuk bagi hawa nafsu yang menimbulkan ketagihan, 
ketamakan.
Keinginan yang tak terbatas mendorong perilaku yang senantiasa gelisah dalam 
hidupnya. 
Ada kegembiraan, gairah memuncak di hati, kala menginginkan-mengidamkan 
sesuatu. 
Tapi setelah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah didapatkan itu, seolah 
tidak ada lagi 
artinya, ketika ada lagi keinginan yang lain. 
Kegembiraan, gairah yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk 
mendapatkan keinginan. 
Begitu selalu seterusnya, selalu banyak godaan-godaan dan kemudian datang 
keinginan baru.

Tidak pernah merasa puas. Senantiasa timbul keinginan-keinginan lain yang sulit 
dibendung.
Padahal keinginan itu bukan merupakan kebutuhan. Sehingga akhirnya diupayakan 
segala cara untuk 
memperoleh keinginan itu.
Keinginan pada puncaknya akan menyengsarakan karena akan menjadikan pelakunya 
tidak pandai 
bersyukur. Padahal jika kita pandai bersyukur Allah akan menambah nikmatNya [QS 
Ibraahiim; 14:7]

Ustad Yusuf Mansur dengan indahnya mengatakan bahwa untuk mencapai kebahagiaan 
lebih baik 
membatasi keinginan daripada menurutinya-memanjakannya.
Bahwa keinginan itu adalah bentuk hawa nafsu yang seharusnya jangan diikuti; 
karena justru 
menyesatkan dari jalan Allah [QS Shaad; 38:26] - [lm-16]
------------------------------------------------
l.meilany
090909/19ramadhan1430h




 

Kirim email ke