Refleksi: Diberitakan bahawa Jemah haji kali ini di monitor oleh wakil-wakil DPR dan juga menteri Depag. Sekalipun dimonitor puluhan jemaah asal Samarinda tersesat. Jadi apa yang dimonitorkan selain alasan untuk melakukan ibadah haji atas biaya negara yang sebenarnya dilarang memakai biaya negara untuk melakukan ibadah ini. Tetapi apa mau dibilang bila anggota dewan penipu rakyat (DPR) dan boss sarang penyamun (Depag) berkongkalikong.
http://www.sapos.co.id/berita/index.asp?IDKategori=1&id=3725 Rabu, 10 Desember 2008 Puluhan Jemaah Samarinda Tersesat Pasca Melontar Jumrah SETELAH wukuf di Padang Arafah dan bermalam di Muzdalifah pada 9 Dzulhijjah lalu, sebagian jamaah haji Indonesia kembali melontar jumrah. Melempar batu dengan sasaran tiga tempat yakni, jumrah ula, wustha, aqabah. Masing-masing jamaah melemparkan batu sebanyaknya 21 buah. Sebagian jamaah telah melaksanakannya kemarin. Demikian dilaporkan Elbadiansyah, pembimbing ibadah haji asal Samarinda yang tergabung pada keloter 2 Emabrkasi Balikpapan. Menariknya, pasca pelaksanaan jumrah tersebut, tak sedikit jamaah asal Samarinda yang tersesat. Mengenai hal ini, Elbadiansyah mengungkapkan hal ini sudah lumrah terjadi di Tanah Suci Makkah selama pelaksanaan rangkaian ibadah haji. Kata Kepala Kantor Departemen Agama Kota Samarinda itu, pada pelaksanaan ibadah haji sebelumnya, jamaah juga sering mengalami hal serupa. "Pasca pelaksanaan melontar yang dilakukan pada hari pertama 10 Dzulhijjah lalu, kami banyak menerima laporan jika puluhah jamaah mengalami tersesat. Namun sekarang semuanya sudah tidak ada masalah," terang Elbadiansyah. Disinggung soal keamanan, dijelaskan Elbadiansyah, pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah membangun tempat melontar jumrah hingga beberapa tingkat. Mereka juga mengatur arus jamaah dengan pemisahan yang ketat. Antara yang berangkat dan yang kembali agar tidak sampai berpapasan. Ini untuk menghindari terjadinya tabrakan seperti insiden Mina beberapa tahun silam. Sekedar diketahui, insiden Mina telah beberapa kali terjadi. Pada 2006 sebanyak 364 jemaah meninggal. Dua tahun sebelumnya yakni 2004, di tempat yang sama sekurangnya 251 jamaah haji tewas. Musibah terbesar dalam peristiwa Mina ini terjadi pada musim haji 1990 silam. Saat itu sebanyak 1.426 jemaah tewas. Ratusan jamaah diantaranya, asal Indonesia. Lebih jauh Elbadiansyah mengatakan, jarak antara pemondokan dengan lokasi pelontaran mencapai 3 kilometer. Beberapa jamaah yang sudah uzur atau lanjut usia, terpaksa harus diwakilkan. "Karena jarak antara pemondokan dengan lokasi pelontaran cukup jauh, tak sedikit jamaah yang hanya diwakilkan saat melaksanakan melontar," lanjutnya. Setelah ini, selanjutnya jemaah akan melakukan tawaf ibadah sa'i dan tawaf wada' yang dilaksanakan mulai 11 hingga 17 Dzulhijjah. Sementara itu, untuk kloter 2 jemaah asal Samarinda Embarkasi Balikpapan, menurut rencana akan kembali ke tanah air pada 15 Desember mendatang. (a