Untuk menghentikan teror di Indonesia bahkan di muka bumi kita harus mencabut sumber teror yang hakiki sampai ke akar-akarnya dan harus diakui bahwa sumber teror itu adalah ajaran Islam dan al-Quran. Karena orang Islam diteror masuk neraka kalau berani murtad bahkan tidak ikut mencoblos pun (Golput) diteror dimasukkan ke neraka oleh MUI, pada umumnya orang Islam yang taat hidup dalam ketakutan atau dibawah tekanan teror. Nah dalam hubungan dengan G-30-S yang ditakuti oleh orang Islam adalah terbongkarnya pembantaian orang-orang PKI oleh orang Islam. Jadi mereka takut setengah mati hal itu terungkap. Kalau seandainya sumber teror, yaitu ajaran Islam dan al-Quran hilang dari muka bumi minimal dari tanah Indonesia, orang akan lebih mudah mengungkap pembunuhan besar-besaran yang dilakukan di tahun 1965-1967. Salam Damai. Silahkan buka http://memahamiperbedaanagama.blogspot.com/ untuk informasi lebih lanjut.
--- On Mon, 2/9/09, Arnold <arnoldluk...@yahoo.com> wrote: From: Arnold <arnoldluk...@yahoo.com> Subject: Re: [HKSIS] FW : YPKP 65 ; HENTIKAN TEROR, HENTIKAN INTIMIDASI To: hk...@yahoogroups.com Date: Monday, February 9, 2009, 6:38 PM "YPKP 65 ; HENTIKAN TEROR, HENTIKAN INTIMIDASI" Akan tetapi bila masalahnya soal Palestina??? ??????? Mungkin YPKP 65(naif)HENTIKAN TEROR hanya iktu2an tidak tahu masalahnya sehingga simpati malah mendukung aksi TEROR kaum HAMAS yang dikenal dunia sebagai EVIL. Bila YPKP 65 mendukung Hamas maka: YPKP 65 equal dengan Hamas teroris. //AL --- On Mon, 2/9/09, Arnold <arnoldlukito@ yahoo.com> wrote: From: Arnold <arnoldlukito@ yahoo.com> Subject: Re: [HKSIS] FW : YPKP 65 ; HENTIKAN TEROR, HENTIKAN INTIMIDASI To: hk...@yahoogroups. com Date: Monday, February 9, 2009, 10:18 AM Bila tetap mendapatkan kesulitan: Lakukan secara private, undang seorang wartawan yang mendukung pelanggaran HAM. Kemudian taruh dalam Youtube beserta setiap wajah muka2 Polisi dan nama2 mereka, agar generasi selanjutnya dapat mengetahui tentang unspoken GENOCIDE 65 yang pernah terjadi di Indonesia. Seharusnya bapak2 dari Indonesia membawa masalah ini kedunia Internasional dan PBB, bukankah Indonesia bangga sebagai anggota Human Rights Council di PBB??? //AL --- On Mon, 2/9/09, arif.harsana@ t-online. de <arif.harsana@ t-online. de> wrote: From: arif.harsana@ t-online. de <arif.harsana@ t-online. de> Subject: [HKSIS] FW : YPKP 65 ; HENTIKAN TEROR, HENTIKAN INTIMIDASI To: "temu_eropa" <temu_er...@yahoogro ups.com>, "indonesia_damai" <indonesia_damai@ yahoogroups. com>, "LISI" <l...@yahoogroups. com>, "HKSIS" <hk...@yahoogroups. com> Date: Monday, February 9, 2009, 9:37 AM YAYASAN PENELITIAN KORBAN PEMBUNUHAN 1965/1966 Indonesian Institute for The Study of 1965/1966 Massacre SK Menkumham No.C-125.HT. 01.02.TH 2007 Tanggal 19 Januari 2007 Jalan M.H.Thamrin Gang Mulia no. 21 Kp. Warung Mangga, Panunggangan Kecamatan Pinang, Tangerang 15143 Indonesia Phone : (+62 -21) 53121770, Fax 021-53121770 E-mail ypkp_1...@yahoo. com Tangerang 8 Februari 2009 Surat No: 10/sek/II/09 PROTES KERAS ATAS PEMBUBARAN RAPAT YPKP 65 OLEH APARAT KEPOLISIAN. HENTIKAN TEROR, HENTIKAN INTIMIDASI Kawan-Kawan pegiat HAM dan pejuang Demokrasi yang terhormat,. Adalah sangat tidak bisa dipercaya, bahwa di alam reformasi, keterbukaan dan kondisi dimana banyak orang mengusung issue menjunjung tinggi norma-norma HAM serta demokrasi, aparat kepolisian justru membubarkan rapat YPKP 65 ( Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 ) sebuah organisasi berbentuk yayasan yang berbadan hukum, terdaftar di Departemen Hukum dan HAM, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. C-125 HT.01.02 TH 2007 Tanggal 19 Januari 2007, dan telah diumumkan dalam Berita Negara/Lembaran Negara RI tanggal 5 Juni 2007 No.45 Pada hari Minggu 25 Januari 2009 jam 12.30 aparat intel berjumlah 3 orang berpakaian preman dan seorang polisi berseragam mendatangi kantor YPKP 65 pusat di Jl. MH.Thamrin gang Mulia No.21, RT.01/RW.02 Kampung Warung Mangga, Desa Panunggangan, Kecamatan Pinang, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. ( Baca lampiran ). Kedatangan mereka adalah untuk membubarkan rapat pengurus YPKP 65 yang terdiri dari hanya 5 orang. Hebat sekali, seperti layaknya polisi PID di jaman kolonial Belanda, atau Kenpeitai di jaman pendudukan Jepang. Dengan pongahnya, salah seorang intel itu mengatakan bahwa rapat harus ada izin, dan sekarang rapat harus bubar.. Sejak kapan ada aturan seperti itu? Padahal, yang ada adalah cukup pemberitahuan. Itu pun kalau melibatkan massa yang lebih dari 50 orang., rapat umum besar di lapangan terbuka. Ini di dalam ruangan tertutup. Sungguh sangat tidak masuk akal, dan sungguh sangat berlebihan. Dengan perlakuan yang aneh ini, saya mengatakan : “Benar, bapak-bapak polisi mengatakan demikian? Tolong tuliskan nama bapak-bapak polisi. Saya tidak terima perlakuan ini. Saya akan jelaskan kepada Kapolres. Anda-anda tidaklah paham aturan perundang-undangan” Bukan itu saja, semalam sebelumnya, rumah saya yang juga sebagai kantor YPKP 65 telah dimonitor oleh intel polisi sampai tengah malam. Ini menurut laporan ketua RT setempat yang cukup bersimpati kepada saya. Lima hari sebelumnya , yaitu pada hari Selasa 20 Januari 2009 Saya mulai sadar bahwa diri saya diawasi pertama-tama sejak saya ikut aksi di Bundaran Hotel Indonesia terkait keikutseraan saya dalam aksi solidaritas untuk Palestina dan aksi penutupan penjara Guantanamo. Kejadiannya sekitar pagi hari, ada dua orang yang mengaku dari aparat kepolisian datang mengendarai sepeda motor masuk ke dalam rumah saya, mereka memperkenalkan diri dari Kepolisian Sektor (Polsek) Cipondoh. Setelah mereka selesai memperkenalkan diri, kemudian saya mempersilahkan untuk duduk, karena saya tidak pernah mengenal mereka sebelumnya, kemudian saya bertanya ada apa dan apa maksud kehadirannya kemari?. Mereka tidak menjawab panjang lebar, pada intinya mereka hanya menanyakan apa benar ini rumah pak Bedjo?, kemudian menanyakan ada berapa banyak jumlah massa yang akan dibawa untuk aksi Guantanamo besok di kedubes AS. Atas pertanyaan tersebut, selanjutnya saya jawab, sebenarnya aksinya dilaksanakan hari ini, tetapi karena ada kendala tehnis aksi ditunda besok. Dan tidak ada massa yang akan saya kerahkan, dari Tangerang hanya saya sendiri. Korban 65 orangnya sudah tua-tua, tidak mungkin mau ikut aksi. Mendengar jawaban saya tersebut, selanjutnya salah satu diantara mereka mengutarakan alasan, bahwa sebagai aparat kepolisian ingin turut mengamankan jalannya pengerahan massa.. Tidak lama berselang, datang lagi dua orang intel berpakaian preman mengendarai sepeda motor dan memperkenalkan diri dari polsek Cipondoh, salah satunya bernama Rahmat. Namun kedatangan yang kedua ini tidak berlangsung lama. Keesokan harinya, Rabu 21 Januari 2009, saya sudah dalam perjalanan ke Jakarta naik bus, di tengah perjalanan, tiba-tiba HP saya berbunyi, setelah saya angkat orang tersebut menjawab dan mengaku namanya Rahmat (salah satu intel yang menemui saya sehari sebelumnya). Dia kembali menanyakan jumlah massa kepada saya, namun karena saya tidak membawa massa, kemudian saya jawab “silahkan kalau mau ikut aksi ke Jakarta”. Tidak lama kemudian dia menutup telponnya. Kejadian yang saya alami ini, ternyata juga dialami oleh kawan saya bung Heru Suprapto, seorang muda yang berpikiran kritis terhadap Pemilu. Dalam orasinya ia selalu katakan Tolak Pemilu. Ia juga dikuntit oleh intel. Dengan kejadian ini, tentu saja mengacaukan sistim komunikasi di antara kita, kita harus lebih waspada dan berhati-hati. Kejadian ini membuat istriku takut, tidak bisa tidur dan tidak bernafsu makan. Dengan demikian yang nyata-nyata membuat keresahan adalah pihak aparat keamanan. YPKP 65 mencatat berulangkali mendapatkan teror dan intimidasi baik dari aparat keamanan mau pun massa yang menamakan dirinya ormas Islam. Pada tahun 2000, ketika menerima kunjungan kehormatan mantan Ibu Negara Perancis Madame Francois Mitterand di kantor YPKP 65 yang terletak di jalan Pajajaran, Karawaci, Tangerang, selang beberapa hari kemudian, kantor dibakar oleh ormas Front Anti Komunis. Masih di tahun 2000, rencana upacara pemakaman kembali kerangka jenasah hasil temuan penggalian kuburan massal yang akan dimakamkan di Temanggung, tiba-tiba diserang dan digagalkan oleh Forum Islamiyah Ukhuwiyah. Seorang relawan yang juga sebagai sesepuh YPKP 65 Temanggung Bapak Wirawan diteror, rumahnya dirusak dan barang-barang berharga miliknya dirampok. Bapak Wirawan sampai-sampai harus mengungsi dan minta perlindungan Gus Dur. Rapat-rapat yang dilakukan oleh jaringan YPKP 65 daerah di awal pembentukan jaringan kerja pada tahun 1999 sampai 2002 juga tidak luput dari teror dan intimidasi. Misalnya di Batang, Pekalongan Jawa Tengah. Pertemuan YPKP 65 di Karang Sembung, Kuningan, Jawa Barat. Ketika ketua YPKP 65 pusat hadir di diskusi yang diselenggarakan kawan-kawan korban 1965 Kabupaten Tasikmalaya, aparat Koramil setempat juga gusar, mempertanyakan maksud kehadirannya. Teror dan intimidasi juga tertuang dalam media spanduk-spanduk besar yang terpangpang di seantero kota-kota di kabupaten dan kecamatan yang bertuliskan Awas Bahaya Laten Komunis, Awas Munculnya PKI Gaya Baru, dst, dst.nya. Berkenaan dengan kejadian pembubaran rapat YPKP 65 di kantor pusat Tangerang oleh oknum-oknum aparat kepolisian pada hari Minggu 25 Januari 2009, dengan ini secara tegas kita protes keras dan tidak menerima tindakan sewenang-wenang itu. Bahwa kebebasan berkumpul, kebebasan berserikat, kebebasan mengemukakan pendapat adalah dijamin oleh Undang-Undang Dasar RI tahun 1945 pasal 28. Bahkan tidak hanya itu, negara kita juga telah meratifikasi berbagai dokumen HAM internasional, diantaranya Kovenan Hak Sipil dan Politik yang kemudian menjadi Undang- Undang Nomor 12 tahun 2005, bahwa Negara wajib melindungi warganegaranya, tidak boleh menangkap, menyiksa apalagi membubarkan rapat secara sewenang-wenang itu. Kepada segenap pegiat HAM, pejuang cita-cita Demokrasi, kawan-kawan mahasiswa, pemuda, buruh, tani, kaum perempuan, intelektual, yang selama ini bahu-membahu dalam setiap aksi-aksi solidaritas kemanusiaanperjuang an demokrasi bersama dengan YPKP 65 agar tetap mempertinggi kewaspadaan, memperkokoh barisan dan persatuan. Rezim otoritarian orde baru yang represif sedang sekarat, ingin terus melanggengkan kekuasaannya. Terimakasih atas support dan solidaritasnya. Salam, Bedjo Untung Ketua YPKP 65 pusat *** ------------ --------- --------- ------ Berita dan Tulisan yang disiarkan HKSIS-Group, sekadar untuk diketahui dan sebagai bahan pertimbangan kawan-kawan, tidak berarti pasti mewakili pendapat dan pendirian HKSIS.Yahoo! Groups Links