----- Original Message ----- 
  From: reg_ar 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Friday, November 28, 2008 9:38 PM
  Subject: [media-jateng] Memahami riba perbankan



  Memahami riba perbankan, pintu masuk untuk memahami kenapa Bank Syariah riba

  /**********************************************************************/
  Kalau Anda senang menambah pengetahuan dan terbuka terhadap sesuatu hal yang 
baru serta tertarik dalam bidang ekonomi, bahasan di bawah ini mungkin bisa 
menambah wawasan, Insya Allah.
  
/********************************************************************************/

  Sebelum mulai membaca/melihat kumpulan kompilasi artikel/buku/video berikut 
ini. Lebih baik jernihkan pikiran Anda semua dari prasangka2 jelek dan 
niatkanlah untuk mencari/menambah ilmu yang barangkali tidak akan pernah kita 
dapatkan dari bangku sekolah, kuliah, berita di koran, pemerintah, dan sumber2 
"standar" lainnya. Pada awalnya, saya pun rada kaget dan sedikit shock bahwa 
info2 dibawah ini tidak pernah saya dapatkan sebelumnya dari media biasa. 
Alhamdulillah ada internet perpustakaan umum terbesar di dunia.

  Hidup kita di zaman ini tidak bisa lepas dari perbankan dan uang kertas. Dua 
hal tersebut saling berkaitan dan menyokong. Perbankan bagaikan jantung dan 
uang kertas adalah darah-nya. Satu sama lain tidak dapat berdiri sendiri. 
Pertanyaan sederhananya, tahukah Anda sebenarnya apa sebenarnya yang dilakukan 
oleh perbankan? Sehingga ada yang mengatakan perbankan adalah lembaga riba? 
Sebagian besar umat islam sekarang barangkali hanya tahu bahwa riba = bunga, 
titik. Dari pondasi inilah, muncul bank Islam/Syariah, yaitu Bank tanpa bunga = 
bank tanpa riba.

  Sayangnya, bukan sekedar masalah "bunga" yang menjadi masalah dalam kegiatan 
perbankan. Bahkan seluruh isi kegiatan inti perbankan itu sendiri adalah RIBA 
dan penipuan. Kaget? Sama. Saya juga begitu dulu. Alhamdulillah sekarang sudah 
tahu. namun tidak cukup sampai di sini. Pada awalnya (sebelum memahami seluk 
beluk bank, kecuali riba bunga), saya pun mengakui bahwa Bank Islam adalah 
sebuah solusi. Namun setelah memahami isi perbankan dan membandingkannya dgn 
bank islam, ternyata apa yang dilakukan sama saja. Bahkan mungkin lebih parah 
karena dgn adanya bank islam pintu riba terbuka dengan sangat lebar tanpa umat 
islam menyadarinya.

  Untuk memahami mengapa bank islam di sebut riba, kita perlu benar2 memahami 
bagaimana Bank bekerja. Sebab kalau kita cuman memahami riba bank adalah 
"bunga" semata, memang sangat sulit menyadari riba-perbankan islam. Tidak 
terlihat adanya kesalahan di sana. Sebab konsep utama bank islam adalah "bank 
tanpa bunga". Sebaliknya, kalau kita berhasil memahami cara kerja perbankan, 
dengan mudah dapat kita pahami bahwa bank konvensional dan bank islam secara 
umum sama sekali tidak berbeda. Hanya mengganti label (merek dagang). Kita 
dapat melakukan komparasi terhadap apa yg dilakukan bank konvensional dan apa 
yang dilakukan bank islam.

  Ok. prolognya cukup.

  Hal-hal yang menyebabkan perbankan adalah lembaga riba yang harus kita 
perangi:

  1. Perbankan adalah pencipta uang kertas riba.

  Baru dengar bahwa uang kertas adalah RIBA? kalau Anda kaget atau shock, tidak 
apa2. Itu reaksi wajar. Yang harus dipertanyakan adalah setelah kaget, apa yg 
Anda lakukan? Apakah: 1) mengabaikan info tsb;  2) berusaha menggali lebih 
dalam. Kalau pilihan 1 yg Anda pilih, tidak usah lanjutkan membaca karena 
percuma saja. Sebaliknya kalau Anda tertarik, silakan baca sumber2 berikut ini:

  Sejarah singkat uang kertas bisa dibaca di sini:

  http://wakalasauqi.blogspot.com/2008/05/sejarah-uang-kertas-1.html
  http://wakalasauqi.blogspot.com/2008/05/sejarah-uang-kertas-2.html

  Fatwa terhadap uang kertas:

  http://www.shaykhabdalqadir.com/content/articles/Art029_04112004.html

  dan terjemahannya:

  http://islamhariini.org/muamalat/muaAR02.htm

  Ingin melihat uang kertas dan perbankan dari sisi film dokumenter?
  Download saja video "The Money Masters". http://www.themoneymasters.com
  Video 2 sesi, toal 3 jam-an yang menceritakan ttg sejarah uang kertas dan 
perbankan. Tapi cukup besar, 1.5GB. Cari di google pakai torrent.

  Beberapa buku sederhana berbahasa indonesia yang bisa dibaca sebagai 
"pengantar" adalah:
  - Kembali Ke Dinar
  - Satanic Finance
  - Apa yg Dilakukan Pemerintah Terhadap Uang Kita?

  Gerakan di USA yg "menandingi uang fiat dollar"

  http://www.libertydollar.org

  Zaman ini, Bank Sentral lah yang menerbitkan uang kertas. Uang2 riba tersebut 
diedarkan melalui bank-bank lain yang berada di bawah bank sentral. Selain 
riba, salah satu kejahatan lainnya adalah MONOPOLI penciptaan uang kertas.


  2. Sistem Fractional Reserve. menciptakan uang dari kehampaan (creating money 
out of thin air). Lebih jahat dari uang kertas karena kalau uang kertas, paling 
tidak masih ada fisiknya, kalau ini, benar2 tidak ada fisiknya, hanya berupa 
angka-angka di komputer.

  Inti dari sistem ini adalah:
  - Semakin banyak kita menabung di bank, semakin banyak uang beredar (inflasi)
  - Semakin banyak kita berhutang bank, semakin banyak uang beredar (inflasi)
  10.000.000 rupiah yang kita tabung/pinjam bisa menghasilkan (katakanlah) 
100.000.000 rupiah. Efek utamanya adalah INFLASI.

  Untuk memahami apa sebenarnya sistem ini, silakan baca artikel terjemahan 
sederhana berikut :

  
http://wakalasauqi.blogspot.com/2008/06/fractional-reserve-banking-dan-krisis.html

  Di internet juga banyak berbagai sumber yang menerangkan tentang Fractional 
Reserve Banking. Tinggal tanya ke google.
  namun, beberapa sumber berikut bisa dijadikan referensi dasar:

  Video "Money as Debt". menceritakan ttg Uang sebagai Hutang. 300MB-an. Google 
and torrent.
  http://www.moneyasdebt.net

  3. Bunga pinjaman riba. Sepertinya tidak perlu dibahas.

  4. Penipuan perbankan ttg "status" tabungan.
  Ada yg menyatakan "pahami fungsi perbankan sebagai lembaga INTERMEDIASI". 
Mohon maaf sebelumnya, sekali lagi saya pakai analogi zina. Pernah dengar 
istilah "pelacur" dan "PSK"? Apa beda di antara keduanya? SAMA SAJA orangnya. 
Bedanya hanyalah "PSK" merupakan istilah untuk memperhalus ungkapan "pelacur". 
Demikian halnya dengan istilah "lembaga intermediasi". Itu hanyalah istilah 
untuk mengaburkan "penipuan perbankan terhadap tabungan nasabah". Maaf, bukan 
berarti yg mencetuskan istilah tsb lah (di forum ini) yg dianggap mengaburkan 
hal sebenarnya. Bukan begitu dan jangan salah tanggap. Maksudnya adalah, 
pemahaman masyarakat awam dikaburkan dengan istilah "lembaga intermediasi", 
istilah yg (mungkin) diciptakan oleh para bankir demi menyembunyikan kejadian 
sebenarnya.

  Apa yg sebenarnya terjadi?
  - Nasabah menitipkan uangnya. PERJANJIANNYA ADALAH TITIPAN/TABUNGAN.
  - Bank BERJANJI bahwa uang nasabah dapat diambil kapan saja (waktu kerja, 
untuk menyederhanakan masalah, anggaplah tabungan biasa)
  - Bank menggunakan uang nasabah untuk menjalankan bisnisnya (PADAHAL ITU UANG 
TITIPAN)
  - Akibat sistem fractional reserve, SEBAGIAN BESAR nasabah TIDAK AKAN PERNAH 
dapat memperoleh uangnya kembali karena memang uangnya secara fisik sudah tidak 
ada. Dengan perlindungan Bank Sentral, apabila terjadi rush perbankan, bank 
sentral akan menciptakan uang kertas baru sebanyak yang diminta oleh nasabah. 
Akibatnya, inflasi menggila kembali. Contoh paling gress adalah BLBI.

  Secara konsep, hal di atas tidak ada bedanya dengan PENIPUAN dan PENCURIAN. 
Namun dengan istilah "lembaga intermediasi", kegiatan jahat tersebut dikaburkan 
sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak menyadarinya.

  Mungkin ada yg bertanya "apa salahnya?" Tidak ada salahnya kalau bank secara 
jujur berkata ke nasabah: "Pak, uang titipan Anda kami pakai dan dengan sistem 
kami, kalau sebagian besar nasabah secara bersamaan mengambil uangnya, 
kemungkinan besar uang bapak tidak akann bisa kami kembalikan. Itu resikonya. 
Masih mau menabung di sini Pak?". Masalahnya masyarakat awam tidak tahu hal 
tersebut dan tidak pernah diceritakan.

  Buku bagus ini bisa dijadikan acuan dasar tentang seluk beluk sistem 
perbankan:
  http://www.mises.org/Books/mysteryofbanking.pdf


  
################################################################################################

  Sebagai bahan bacaan lanjut, Ilusi Demokrasi dari Zaim Saidi bisa dijadikan 
referensi berikutnya. Hanya saja, buku ini cukup "berat" yang mensyaratkan Anda 
harus benar2 paham dulu terhadap poin2 di atas kalau tidak dijamin "pusing". 
Namun, buku ini membuka "jendela" baru yang lebih dalam mengenai hubungan 
perbankan dan negara demokrasi. Sebuah kenyataan lain yang mungkin lebih pahit 
dari sistem perbankan itu sendiri. Bahasannya relatif akan sulit kalau kita 
tidak bisa "menerima" kenyataan dan pemahaman tentang kejahatan perbankan dan 
uang kertas.

  
################################################################################################

  Apabila poin2 di atas bisa dipahami dengan baik. Tidak sulit untuk melihat 
bahwa kita tidak butuh perbankan dan uang kertas.

  Daftar referensi di atas mungkin hanya sekedar referensi awal. Apabila 
tertarik, referensi2 terkait dapat diperoleh lebih banyak di internet asalkan 
mau mencari dan mempelajarinya.

  Catatan: mengenai buku, kalau dari awal Anda anggap saya jualan sehingga 
tidak mau membacanya, Anda bisa beli dari tempat lain tidak harus dari saya, 
piece, niatkan mencari ilmu. Yiiihaaaa!

  Pertanyaan dasar sebelum membandingkannya dengan bank islam: Apakah Anda 
sudah mengerti tentang kejahatan perbankan berdasarkan poin2 di atas? 
(YA/TIDAK). Kalau ada yang mau dibahas, silakan dibahas namun fokuskan kepada 
"cara bank bekerja dan uang kertas" saja dulu. Jangan langsung melompat 
membandingkan ke Bank islam. Sebab, kesimpulan itu dapat Anda lakukan sendiri 
setelah memahami sepenuhnya poin2 di atas. Yang pasti, kalau Anda "belum bisa 
melihat sepenuhnya" kejahatan perbankan dan uang kertas, saya akan memaklumi 
kalau Anda tidak menerima Bank Islam dianggap riba. Sebaliknya kalau Anda 
mengaku sudah bisa memahami sepenuh hati ttg kejahatan perbankan dan uang 
kertas dan masih menganggap "bank islam" adalah solusi, terus terang saya 
mempertanyakan kualitas pemahaman Anda.


  
################################################################################################




   

Kirim email ke