M :
Betul, tp bukan hanya itu aja.
Kalo gue bilang, sains sedikit peminat, karena di indonesia, yg selalu
ditekankan adalah ekonomi.
Contoh2 org yg sering diexpose adalah org2 yg berhasil secara ekonomi.
Dan buku2 yg terbit pun kebanyakan adalah buku ttg misalnya bagaimana
menjadi kaya, dsb.
Fokusnya adalah ekonomi.

Sains sebenernya gak perlu lab super canggih, tp hanya perlu rasa
ingin tau yg besar, dan sesuatu yg menarik untuk di teliti.
Ini yg jarang dilakukan di pendidikan indonesia.
Di koran, cukup banyak contoh dimana ada org indonesia berhasil
menciptakan sesuatu yg berguna dgn peralatan seadanya.

Teknologi jgn langsung berarti harus sama  dg amerika yg sangat canggih.
Teknologi yg cocok di indonesia adalah teknologi tepat guna, yg gak
harus sangat canggih, tp teknologi sederhana, asal tepat guna, maka
itu cocok buat indonesia.

Sistem pendidikan indonesialah yg harus diperbaiki. Sistem yg membuat
sains atau ilmu apapun menjadi menarik. Atau sistem yg dpt membuat
para siswa tertarik dgn sains.

CMIIW.


On 11/4/08, ttbnice <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Kalo ada peningkatan jumlah mahasiswa sains, lalu apa masa depan yang
> akan diberi oleh negara? Orang2 sains tentunya memiliki passion dalam
> bidang sains. MEreka akan berjingkrak2 jika diberi dana tak terbatas
> untuk melakukan berbagai percobaan. MEreka akan menari2 jika diberi
> laboratorium super canggih.
>
> RI masih menyediakan sarana dan prasarana yg gegap gempita hanya untuk
> politikus, penjahat kerah putih, fpi dan fbr, dan banyak orang goblok
> lainnya. Bukan scientis.
>
>
>
>
>
> --- In zamanku@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Refleksi: . Mahasiswa  sains ilmu  duniawi al Kafirum tentunya
> berkekurangan karena tidak dibutukan di dunia seberang!
>>
>> Koran Tempo
>>
>> Edisi 04 November 2008
>>
>> Indonesia Kekurangan Mahasiswa Sains
>>
>>
>> JAKARTA -- Indonesia masih kekurangan mahasiswa yang memilih bidang
> studi sains. Saat ini, kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
> Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal, dari sekitar 4,3 juta
> jumlah mahasiswa di seluruh Indonesia, hanya 5 persen atau sekitar 215
> ribu orang mahasiswa yang mengambil jurusan sains.
>>
>> Kurangnya peminat jurusan sains, Fasli menambahkan, juga terlihat
> dari hasil ujian masuk perguruan tinggi. Biasanya pendaftar jurusan
> sains jauh di bawah kapasitas yang disediakan oleh perguruan tinggi.
> "Hanya beberapa perguruan tinggi yang memang kapasitasnya terpenuhi,"
> katanya.
>>
>> "Padahal, untuk mengembangkan daya saing bangsa di bidang sains,
> Indonesia butuh minimal 10 persen mahasiswa sains," kata dia setelah
> membuka Olimpiade Sains Nasional Tingkat Perguruan Tinggi Se-Indonesia
> 2008 di Balai Sidang Universitas Indonesia Depok kemarin.
>>
>> Kemampuan sains pelajar Indonesia, ia melanjutkan, masih tergolong
> rendah karena terbatas pada hafalan, bukan menganalisis soal. Fakta
> itu terlihat dari hasil tes Program for International Student
> Assessment 2003 terhadap siswa kelas II sekolah menengah pertama di 58
> negara yang menguji kemampuan berpikir anak-anak.
>>
>> "Hasilnya, pelajar Indonesia masih berada pada level 1-4 tingkat
> kecanggihan berpikir, yang artinya hanya sebatas menghafal," ujarnya.
> Itu juga berarti, pada bidang sains, pelajar Indonesia masih belum
> bisa mengaitkan sebuah teori untuk memecahkan masalah sehari-hari.
>>
>> "Fakta itu juga membuktikan bahwa pelajaran sains belum diajarkan
> secara kontekstual sehingga belum menjadi pelajaran yang menyenangkan
> bagi anak," dia menambahkan. Untuk itu, kata Fasli, diperlukan metode
> pembelajaran yang kreatif, aktif, dan menyenangkan. Departemen
> Pendidikan, ujarnya, akan meningkatkan kualitas guru sains dengan
> memberikan beasiswa. REH ATEMALEM SUSANTI
>>
>
>
>

-- 
Sent from my mobile device

Kirim email ke