Etnis China itu kalau saya katakan memakai taktik bunglon mungkin kurang tepat akan tetapi selalu condong kepada pemerintah yang berkuasa saat itu. Bila pemerintah yang berkuasa tumbang mereka pun tumbang dan mulai lagi dengan group baru lalu saling menyalahkan dan masing-masing merasa lebih pintar dari yang lain saling menggurui belum lagi ditambah dengan berbagai falsafah kuno bahkan tongkat Sun Go Khong juga ikutan.
Yang lebih tak lazim adalah selalu mencari amannya. Mereka bisa membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Perjuangannya nggak jelas kabur berkabut bukan kabur lari maksudnya. Begitu junjungannya naik senangnya luar biasa, apa yang ada juga disumbangkan. Begitu junjungannya meninggalkan mereka maka hilanglah semua selera...sama saja ketika kampanye Mega lalu SBY. Wah Mega begini, begitu...lupa belum lama dia ngangkat Mega ke langit ke-7. Lalu begitu juga dengan SBY. Alasannya akan kegagalan SBY karena SBY dikelilingi oleh orang-orang yg nggak benar....lha bukankah sebelum jadi president SBY sdh tahu? Dan kalau sekarang mereka dipolitisasi itu dianggap biasa karena memang mereka menikmatinya. Yang jadi tolak ukur bukan perjuangan lagi tapi bisnis apa yang bisa gue raih.......persis sama dengan pemerintahan OBAMA saat ini moral sudah hilang.... Kalau mereka itu lebih konsisten atas perjuangannya wah peluang sangat besar untuk merubah perekonomian dan kemjaun lainya Indonesia. Mental nyogok itu lho yang harus dikurangi... Salam... HH ----- Original Message ----- From: "Yap Hong-Gie" <ouweh...@centrin.net.id> To: <tionghoa-...@yahoogroups.com> Sent: Friday, February 20, 2009 12:46 PM Subject: [t-net] [SH] Jangan Politisasi Etnis Tionghoa untuk Kampanye Cap Go Meh, puncak perayaan Imlek yang memiliki makna keagamaan, dijadikan ajang kampanye politik oleh sejumlah kalangan elit, dengan "memperdagangkan" (suara) etnis Cina. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/11/pol05.html Rabu, 11 Februari 2009 Jangan Politisasi Etnis Tionghoa untuk Kampanye Jakarta-Sejumlah elemen organisasi pemuda Tionghoa meminta politisasi etnis dalam kampanye 2009 dihentikan. Mereka merujuk pada peringatan Hari Cap Go Meh beberapa waktu lalu yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Perayaan itu seperti sengaja memberi kesan bahwa semua etnis Tionghoa mendukung satu partai tertentu," ujar Ketua Umum Jaringan Tionghoa Muda (JTM) Indonesia Alexander Ferri, Selasa (10/2). Menurutnya, format acara perayaan Cap Go Meh di Kemayoran Expo, Jakarta, Jumat pekan lalu, seperti diarahkan untuk mendukung calon presiden (capres) dari partai tertentu. Hal ini, disebutkan Alexander dapat menimbulkan kesan bahwa semua orang Tionghoa di Indonesia berafiliasi pada satu kekuatan politik. Dia mengatakan, hadirnya beberapa tokoh Tionghoa yang lebih senior dalam acara itu, tidak boleh mengatasnamakan seluruh etnis Tionghoa. "Ini berbahaya. Kami minta para senior tidak bermanufer, karena nanti akan menyulitkan kami para generasi muda Tionghoa di negeri ini," ujarnya. Kekeliruan Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Antidiskriminasi Wahyu Effendi mengatakan klaim sejumlah kalangan Tionghoa mendukung partai politik (parpol) tertentu dapat menimbulkan segregasi politik berdasarkan etnis. Baginya, itu merupakan kekeliruan, karena sebenarnya etnis Tionghoa pun memiliki pandangan politik yang berbeda-beda. "Orang Tionghoa itu sangat beragam dan bebas berafiliasi politik ke mana pun, jangan dikesankan semuanya sama," ujar Wahyu. Apalagi, klaim bahwa tidak ada diksriminasi sama sekali juga tidak benar. Sebab, meski gradasi perlakuan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa makin berkurang, masih ada diskriminasi kepada golongan lain semisal pemeluk agama kepercayaan, bahkan diskrimnasi terhadap orang cacat. Jadi, orang Tionghoa tidak bisa langsung mengklaim tidak ada diskriminasi di zaman pemerintahan Yudhoyono saat ini. Dia menyatakan klaim identitas dan etnisitas sangat berbahaya dan harus dihentikan karena justru dapat menyulut ketegangan etnis. "Sangat berbahaya jika etnis tertentu diidentikkan dengan sebuah partai," ujarnya. Seperti diketahui, dalam puncak perayaan Cap Go Meh di Jakarta pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turut hadir. Dalam perayaan itu banyak terdapat simbol-simbol ucapan terima kasih kepada Yudhoyono karena dianggap telah menghapus perlakuan diskriminasi melalui lahirnya sejumlah undang-undang (UU), semisal UU Antidiskriminasi dan UU Kewarganegaraan. (vidi vici) Copyright © Sinar Harapan 2008 ------------------------------------ Motto : Persahabatan, Perdamaian dan Harmoni # Mohon selalu berbahasa santun dan sopan, kunjungi rumah kita di http://tionghoa-net.blogspot.com # # Isi tulisan merupakan tanggung jawab penuh masing-masing penulis atau member yang memposting tulisan dalam milis Tionghoa-Net # Subscribe : tionghoa-net-subscr...@yahoogroups.com Unsubscribe : tionghoa-net-unsubscr...@yahoogroups.com Yahoo! Groups Links