Rindu datangnya karena pancaindra
marah datangnya karena panca indra
sedih datangnya karena panca indra
cinta datangnya karena panca indra

kalo ngupas mesti dari awal..supaya hasil analisa ngga nanggung kaya
anak kecil.

--- In zamanku@yahoogroups.com, "Iman K." <alexander_soebr...@...>
wrote:
>
> Salam...
> Â
> Kita telah mengetahui bahwa salah satu alat yang diperlukan oleh
manusia untuk mengetahui alam sekitarnya adalah pancaindra. Kehilangan
satu indra akan menyebabkan hilangnya satu ilmu yang terkait secara
langsung dengan indra tersebut.
> Â
> Sekarang pertanyaannya adalah, apakah jika semua indra kita berfungsi
normal maka secara otomatis kita bisa mengetahui hakikat dari sesuatu?
Jawabannya tentu saja tidak.
> Â
> Dalam banyak hal pancaindra tidak bisa dijadikan sebagai patokan untuk
mengetahui keapa-an objek yang ingin kita ketahui. Tidak semua hal bisa
diteliti dan dibawa ke laboratorium untuk dilihat dengan mikroskop.
> Â
> Orang tidak akan sanggup memperlihatkan bukti bagaimana bentuknya
rindu, marah, sedih, cinta dan lain-lain kecuali hanya menunjukkan
gejala atau perumpamaan-perumpamaan yang bisa dimengerti sebagai rasa
rindu, marah, sedih dan cinta.
> Â
> Jikapun sains ingin meneliti bukti-bukti dari sesuatu yang bersifat
abstrak, maka sains hanya bisa meneliti kepada effek atau kecenderungan
melekul, hormon, darah atau semacamnya yang berhubungan dengan
bagian-bagian phisik atau organ tubuh seseorang.
> Â
> Melihat persoalan ini, maka tentunya kita membutuhkan alat lain
sebagai pendamping indra, yaitu akal atau rasio.
> Â
> Dengan rasio kita akan mampu memilah dan menguraikan semua informasi
yang sudah terekam oleh pancaindra. Dalam mengolah informasi tersebut
kita biasanya membuat katagori-katagori untuk mempermudah mengenali
semua persoalan yang telah dimediasi oleh indra tersebut. Yang ini kita
masukkan kedalam katagori kuantitas dan yang itu kita masukkan dalam
katagori kualitas.
> Â
> Misalnya, untuk ukuran luas persegi kita namai meter persegi, untuk
ukuran jarak kita namai meter, untuk berat kita namai kilogram dan
kesemuaanya itu kita masukkan kedalam katagori kuantitas. Ramah, suka
senyum, galak dan lain-lain kita masukkan kedalam katagori kualitas.
> Â
> Untuk sesuatu yang tidak bisa kita katagorikan kedalam katagori
kuantitas ataupun kualitas kita masukkan kedalam katagori relatif.
Beribu-ribu perkara kita masukkan kedalam katagori relatif dan untuk
perkara-perkara yang tidak masuk kedalam katagori kuantitas, kualitas
ataupun relatif kita kelompokkan kedalam kelompok yang lain, yaitu
katagori substansi.
> Â
> Tentang pengkatagorian ini sendiri sebenarnya banyak pendapat dan
sudut pandang sehingga tidak semua ilmuwan seragam didalam pembuatan
katagori-katagorinya. Aristoteles misalnya, dia membuat 10 katagori dan
ilmuwan yang lain mengatakan 5 katagori, Hegel dengan katagorinya
sendiri, Kant juga demikian..
> Â
> Pengkatagorian ini adalah merupakan aktivitas rasio dan pemikiran yang
sifatnya rasional. Rasio memproses sesuatu dari yang sifatnya partial
menjadi general dan kemudian universal.
> Â
> Mungkin tidak semua dari kita mengetahui ataupun menyadari bahwa rasio
memiliki kecanggihan yang sangat luar biasa dalam urusan melepas
(tajrid). Dengan mengetahui sedikit saja kemampuan melepas (tajrid)
rasio maka sesungguhnya sangat mudah untuk mementahkan teori matrialisme
yang berpangkal kepada pembuktian indrawi semata.
> Â
> Kita tahu bahwa hampir semua perkara di alam objektif/alam nyata ini
sebenarnya hanya ada satu perkara dan tidak mungkin dapat
dipisah-pisahkan.
> Â
> Misalnya :
> Â
> “ada Budi” , “ada Alexander” , “ada
Kursi” .
> “5 mobil” , “10 orang” , “1000
supporter”
> Â
> Contoh yang kita lihat diatas, di alam nyata itu hanyalah satu
perkara. Kita tidak bisa pisahkan 2 hal yang berbeda pada perkara
tersebut pada alam nyata.
> Â
> Kita tidak bisa pisahkan antara “Ada” dan
“Budi” , kita tidak mungkin mengatakan “ yang ini
adalah si ADA dan yang itu adalah si BUDI”
> Atau..
> Â
> Kita tidak bisa mengatakan “ yang ini adalah si 5 dan yang itu
adalah si MOBIL”. Di alam nyata “2 hal” tersebut
adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan.
> Â
> Kita tidak bisa menghadirkan “ADA” untuk disaksikan atau
menyaksikan sesuatu tanpa dikaitkan kepada sesuatu yang lain, seperti
mobil, Alexander, Budi  dan seterusnya.
> Â
> Pun demikian, kita tidak bisa menghadirkan 5 untuk disaksikan atau
menyaksikan kecuali di ikatkan kepada ‘benda’ objektif
seperti mobil, orang, angka, supporter dan lain-lain.
> Â
> Realitas yang hanya ada satu pada alam objektif tersebut bisa kita
pisahkan atau lepaskan (tajrib) menjadi 2 di alam rasio. Di alam rasio
kita bisa saja menghadirkan 5 tanpa mengikatkan kepada benda apapun.
Kita bisa mengatakan 5x5=25 dengan tanpa mengatakan 25 mobil, motor dan
lain-lain.
> Sampai disini kita sudah bisa melihat bahwa, ruang gerak dan liputan
yang bisa diolah oleh rasio ternyata jauh melampaui ruang gerak yang
bisa disampaikan oleh indra.
> Â
> Dan secara tidak langsung kita juga sudah bisa melihat hubungan
kekerabatan yang begitu dekat antara alat indra (baca :menghadirkan
mobil ) dan alat rasio ( baca :menghadirkan 5 ) untuk wilayah dan
otoritas  masing-masing alat mengetahui tersebut.
>
> Salam,
> Â
> Â
>
> Iman K.
> www.parapemikir.com
> Â
>
>
>       Try cool new skins, plus more space for friends.
> Download Singapore Yahoo! Messenger now!
> http://sg.messenger.yahoo.com
>

Kirim email ke