RUPANYA BANYAK umat Islam yg bener2 living in denial. Aku jadi teringaat
membaca di library articles ttg 'The Six Day War' - Harb al Ayyam as
Sita -(1967) antara Israel yg diserbu oleh 7 negara Arab.

Tiny Israel (satu per 40 dari negara2 aggressor) dlm waktu 6 hari
berhasil tidak saja mengalahkan Mesir, Lebanon, Syrial, etc. tapi 100%
melumpuhkan AU Mesir, menghancurkan 1000 tank-nya dan menyebabkan
penyerahan puluhan ribu pasukan Mesir serta mencaplok territories dari
Mesir, Lebanon, Jordan dst.

Beberapa taon lalu aku membaca articles dari Suratkabar2 negara2
Islamiah (yg kalah perang tsb.). Mereka secara ngawur dan dusta
(mendustai bangsanya sendiri) menggambarkan hasil dari perng yg cuman 6
hari itu sebagain KEMENANGAN ISLAM.

Aku samasekali tidak terkejut ketika keluarga Amrozy mengadakan sukuran
atas kemenangan Amrozy cs. Di Sirat Rasul kalo aku gak salah ada juga
pesta kemenangan yg sebenarnya kekalahan dahsyat.

Gabriela Rantau.
.


--- In zamanku@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id\
=7905:keluarga-amrozi-adakan-syukuran-kemenangan&catid=1:nasional&Itemid\
=54
>
>       Keluarga Amrozi Adakan Syukuran "Kemenangan"
>
>       Tuesday, 11 November 2008 16:02
>       Ada yang istimewa di rumah keluarga Amrozi dan Ali Ghufron. Hari
kedua setelah pelaksanaan eksekusi mereka menggelar syukuran
"kemenangan". Bukan bersedih, justru bergembira. Lha kok?
>
>
>
>       Hidayatullah.com--Ada pemandangan menarik di hari kedua, Selasa
, (11 /11) sore.  Sekitar 50 an orang duduk berkumpul penuh hikmat di
rumah orangtua Amrozi, Mbok Tariyem.  Mereka menggelar acara syukuran
"kemenangan".
>
>       Acara bertajuk "Tasyakuran Kemenangan Umat Islam dalam Menyambut
Syahid (Insyaallah) Ali Ghufron dan Amrozi, Mereka Bukan Teroris",
digelar dalam rangka menyambut dan member dukungan terhadap keluarga
korban.
>
>       Acara dilaksanakan dengan sangat sederhana dan sepi dari liputan
media massa. Satu-satunya media yang beruntung melihat pemandangan ini
hanyalah hidayatullah.com.
>
>       Pelaksanaan tasyakuran dilakukan usai shalat Ashar itu hanya
dihadiri pihak keluarga dan sahabat terdekat. Acara diisi dengan
tausiyah beberapa sahabat dekat dan wakil keluarga.
>
>       "Acara ini dilaksanakan untuk menunjukkan bahwa kita tidak
bersedih, " ujar ustad Ashari.
>
>       Ia juga menampik berita-berita di berbagai media massa di mana
dijelaskan bahwa almarhum Ali Ghufron dan Amrozi digambarkan meninggal
dalam keadaan pucat. Gambaran seperti itu menurutnya hanya ditujukan
agar pihak keluarga dan sahabatnya dalam keadaan sedih dan takut.
Padahal yang terjadi tidaklah demikian.
>
>       "Mungkin bagi banyak kalangan, kehadiran almarhum tidak ada yang
menyambut, tidak ada yang simpati atau bahkan ditolak masyarakat.
Alhamdulillah, tidak seperti itu",  tambahnya. Bahkan menurutnya, yang
terjadi justru sebaliknya. Pelayat dan masyarakat yang hadir ribuan
orang sampai harus berjalan berkilo-kilo jaraknya. Berdasarkan pantauan
hidayatullah.com, sampai Selasa sore kemarin, pelayat yang datang masih
antri dari berbagai kota.
>
>       Selain itu, menurut Ashari, tasyakuran ini untuk mengenang
tauladan kedua almarhum. Diantaranya sikap konsisten, selalu menjauhkan
hal-hal yang subhat dan optimisme yang luar biasa terhadap perjuangan
Islam. "Sampai akhir hayat, mereka berdua tidak pernah memakan makanan
yang diberikan dari Lembaga Pemasyarakatan (LP)", tambahnya.
>
>       Menurut Ashari, apakah kedua almarhum diberi gelar syuhada atau
tidak, terserah masyarakat yang menilai. Tapi ketiganya (Imam Samudra,
Ali Ghufron dan Amrozi, red) telah menjadi "tauladan" sepanjang yang
diyakininya benar dan dibawa dengan konsisten.
>
>       Ashari kemudian menutup tausiyah nya dengan membacakan kisah
Ibnu Taimiyyah saat dimasukkan dalam jeruji besi oleh penguasa di sebuah
penjara di benteng Damaskus.
>
>       Menurutnya, kala itu Ibnu Taimiyah sempat berkata, "Apakah
gerangan yang akan diperbuat musuh-musuhku kepadaku? Syurgaku dan
kebunku ada di dadaku. Ke mana pun aku pergi, dia selalu bersamaku dan
tidak pernah meninggalkanku. Sesungguhnya penjaraku adalah tempat
khuluwat-ku, kematianku adalah mati syahid, dan terusirnya diriku dari
negeriku adalah rekreasiku".
>
>       Acara kemudian dilanjutkan dengan makan gulai kambing yang
merupakan sumbangan dari para kerabat dan sahabat dekat Amrozi dan Ali
Ghufron. [
>

Kirim email ke