ada baiknya orang-orang di papua segera diberi internet akses,
dan diberi pengetahuan mengakses internet....

sebab saya yakin agama bila didebatkan dalam dunia non maya
memang akan menjadi peperangan, sebab begitulah tujuan agama di
ciptakan, untuk mengontrol populasi manusia he he he...


AGNOSTIC




Setelah lelah bertarung argument agama

Setelah lelah bertarung dalam debat agama




tiba pada suatu kesimpulan....

agama ternyata memang salah satu sumber peperangan




akhirnya......




tetap memilih percaya tuhan tetapi tidak beragama

dalam versi kata-kata disebut AGNOSTIC




namun selalu muncul pertanyaan versi agama

yang belum terjawab.....




ini adalah transisi dari orang agamis menjadi

lebih faham dan mencari jati diri baru....




pertanyaan itu adalah....




siapa nabimu?
apa agamamu?
siapa tuhanmu?

ga masuk......


menjadi agnostic tetap
harus memilih nama tuhan

kalo ga tahu namanya, sebaiknya
cepat atau lambat harus masuk
ke atheist, hanya saran saja

di science pola fikir umumnya
adalah tidak ada tuhan

tetapi boleh orang science
percaya tuhan, tetapi memang
menjadi tidak science lagi
sebab di science tidak ada
yang namanya faith

faith = emosi - logic

tetapi di science ada
imajinasi dan tidak perlu
dipercayai (^_^)




angel michael




http://angelmichael69.blogspot.com/2007/11/adakah-tuhan-artikel-ini-juga\
-ada-di.html
<http://angelmichael69.blogspot.com/2007/11/adakah-tuhan-artikel-ini-jug\
a-ada-di.html>

Join Humanism Atheism Mailing List

Subscribe to Humanism-Atheism







Powered by groups.yahoo.com <../../../../../../>








==========================================
--- In zamanku@yahoogroups.com, "nurul huda maarif"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
http://andawat-papua.blogspot.com/2008/07/papua-terancam-konflik-agama.h\
tml
>
> 02 Juli 2008
> Papua Terancam Konflik Agama
>
> Wawancara Radio Nederland Wereldomroep
> dengan Thaha Muhammad Alhamid pada 17 Juni 2008
>
>
> "Di Papua ada potensi konflik antaragama dan golongan, karena hubungan
> antara muslim dan kristen di kawasan itu makin tegang". Demikian
tertera di
> laporan International Crisis Group (ICG).
>
> Menurut Thaha Muhammad Alhamid, Sekjen Presidium Dewan Papua, di Papua
> belakangan ini berdatangan apa yang disebut orang (sebagai) 'Kristen
Baru'
> dan 'Muslim Baru'. Mereka ini beraliran keras dan bisa menyulut
konflik
> seperti yang pernah terjadi di Maluku. Apa yang dimaksud dengan Muslim
Baru
> dan Kristen Baru itu? Ikutilah keterangan penggagas Majelis Muslim
Papua ini
> kepada Radio Nederland.
>
> Thaha Mohammad Alhamid [TMA]: Secara terbuka, memang konflik itu belum
> kelihatan. Tapi bahwa potensi itu ada, saya percaya. Karena memang
terakhir
> ini, atau paling tidak dalam sepuluh tahun terakhir, kita kenal,
mungkin
> istilah yang pas adalah 'Islam Baru' dan 'Kristen Baru', yang ada di
Papua
> memang menunjukkan gejala-gejala atau tanda-tanda yang jelas, bahwa
ruang
> perbedaan itu semakin tajam, semakin terbuka.
>
> Kita lihat tiba-tiba tumbuh di tanah Papua ini berbagai kelompok
pengajian
> yang eksklusif, kemudian ada juga gereja-gereja seperti di Sorong yang
> sangat mewah dan tidak banyak masyarakat Papua yang masuk di situ.
Kemudian
> juga ada pesantren-pesantren yang tiba-tiba bermunculan, bahkan banyak
> dipertanyakan. Kenapa ada pesantren di komunitas yang non muslim? Juga
> organisasi seperti Hizbut Tahrir, kemudian juga ada kelompok-kelompok
Salafi
> dan lain-lain. Itu sangat jelas sekali di Sorong, di daerah-daerah
seperti
> Manokwari juga di Fakfak, di Kaimana dan di Jayapura.
>
> Radio Nederland Wereldomroep[RNW]: Inikah yang Anda maksud, 'Muslim
Baru'
> dan 'Kristen Baru' itu ya?
>
>
> KETEGANGAN
>
> TMA: Ya. Kami memakai pandangan itu lantaran muslim Papua, yang
sekarang ini
> tergabung di dalam Majelis Muslim Papua adalah masyarakat Papua,
masyarakat
> asli yang beragama islam dan tumbuh dalam semangat religiusitas, yang
> moderat, yang ada di dalam pelataran budaya bersama-sama dengan
> saudara-saudaranya yang beragama nasrani.
>
> Demikian juga sebaliknya pada saudara-saudara yang beragama nasrani,
yang
> memang tumbuh dalam semangat Papua bersama-sama dengan masyarakat
muslim
> tanpa membangun perbedaan-perbedaan. Ini terbukti sekian puluh tahun
tidak
> pernah ada ketegangan, tidak pernah ada konflik. Ketakutan itu baru
mulai
> terasa sekarang ini.
>
> RNW: Kalau begitu, ini akan bisa mengarah kepada konflik seperti
terjadi di
> daerah lain seperti di Maluku, begitu ya?
>
> TMA: Potensinya sangat pas. Menurut saya justru berada di puncak
> kekhawatiran, dan ini kalau memang ada trigger (penyulut, red), bisa
> meledak. Satu contoh misalnya ketika tahun yang lalu rencana
pembangunan
> masjid raya di Manokwari yang kemudian ditentang dengan sangat keras
oleh
> saudara-saudara kaum nasrani. Dan sesudah itu muncul apa yang dikenal
dengan
> Perda Kota Injil. Itu juga direspon beragam oleh beberapa
kelompok-kelompok
> garis keras dari muslim yang berada di luar Papua. Mereka itu merespon
> dengan pandangan jihad.
>
> RNW: Apakah ada upaya-upaya seperti Anda yang muslim lama, dan yang
sudah
> lama di sana, yang berakar di sana untuk mengusahakan supaya jangan
terjadi
> eskalasi?
>
>
> MEMBANGUN DIALOG
>
> TMA: Tahun lalu, setelah pada tahun 1999 sejumlah aktivis dari
kalangan
> muslim Papua mendorong terbentuknya itu Solidaritas Muslim Papua. Dan
tahun
> yang lalu digelar muktamar yang pertama dan terbentuklah Majelis
Muslim
> Papua dengan platform yaitu moderat, toleran, dialog, partisipasi dari
> masyarakat adat. Yang notabene itu lebih banyak masyarakat nasrani,
sangat
> besar sekali.
>
> Kita harap bahwa kelak lembaga ini melakukan proses penjembatanan
hubungan
> antarsubkultur. Tapi juga komunikasi dalam kerangka 'Papua Tanah
Damai' yang
> selama ini didukung oleh pimpinan agama, gereja-gereja, juga majelis
ulama,
> dan seterusnya. Itu terus-menerus membangun dialog-dialog walau pun
saya
> percaya bahwa di dalam kegiatan itu belum semua komponen-komponen ini
> terlibatkan. Tetapi ada komitmen yang kuat dari masyarakat Papua untuk
> menjaga agar Papua menjadi tanah damai.
>
> RNW: Apakah ada peranan pemerintah dalam hal ini supaya menghindari
jangan
> terjadi eskalasi?
>
> TMA: Ya, seharusnya banyak peran yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah,
> agar supaya tidak terjadi konflik. Tetapi kita juga tahu di lain
pihak,
> pemerintah punya kepentingan. Menjelang pemilu sebentar lagi dengan
begitu
> banyak partai, itu tentu menawarkan banyak kemungkinan. Hal yang utama
saya
> kira adalah komitmen yang sungguh-sungguh dari masyarakat dari
> kelompok-kelompok civil society. Pemerintah diharapkan menjadi
fasilitator.
>

Kirim email ke