Saya sebenernya ada sedikit kecurigaan mengapa para
Islam...terutama kalangan sunni...begitu getolnya
memusuhi AHMADIYAH.....

Mereka semua berlaga hakim dengan berbekal panji kuasa
Fatwa ulama..berlaga pemegang lisensi tunggal dari
HAKIM yang maha KUASA!

Benarkah Ini masalah Agama?

Tidakkah ada kepentingan POLITIK Suatu negara yang
terancam dengan perkembangan Ahmadiyah?

Apakah mungkin motif terbesar dari fatwa SESATNYA
AHMADIYAH adalah justru motif ekonomi yang dibungkus
rapi dengan baju AGAMA?

Satu-satunya Negara didunia ini yang akan sangat
terganggu dengan majunya AHMADIYAH hanyalah ARAB
SAUDI!!!!

Pendapatan utama SAUDI ARABIA adalah dari
MINYAK...namun MINYAK tidak selamanya ada...dan
primadona berikutnya adalah dari HAJI, UMROH dan
belanja para pendatang ke ARAB SAUDI!!!!

Ya...ada kemungkinan bahwa ini hanya semata2 masalah
QIBLAT!...

Kalau Ahmadiyah jaya maka Qiblat tidak di Mekkah namun
pindah ke India!!!!

Hilanglah kuasa agung mereka!
Hilanglah berkah monopoli primadona mereka!

Kalau benar...Ah...alangkah KASIHANnya! mereka yang
berjibaku untuk memusuhi Ahmadiyah!

Ibarat pungguk merindukan bulan!...berharap Surga
sarat aurat namun ternyata salah urat!

Ah...alangkah Kasihannya!

--- uztad murtad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Kesalahan FATAL ummat muslim dan orang islam, adalah
> : Terlalu text-book dgn Quran dan Hadits... 
> Segala sesuatu harus sesuai dgn DALIL2, HUKUM2 &
> AYAT2 yang ada di quran... disinilah ummat islam
> TERJEBAK sendiri oleh Qurannya
> Terjebak dalam arti : Allah hanya SEBATAS Quran
> saja... tidak lebih dan tidak kurang
> kalo pemahamannya sudah begini... dimana arti allah
> yg Maha Kuasa ? kalo kemampuan allah cuma sebatas yg
> ada di quran saja...
> Itulah sebabnya mereka sulit menerima teori
> evolusi... karena tidak ada di Quran
>  
> Ketika menyaksikan debat Ahmadiyah di TV... saya
> salut dgn ummat Ahmadiyah ini... begitu kuat mereka
> pada prinsipnya... walaupun dikatakan SESAT mereka
> tidak sakit hati, tidak marah, tidak dendam...
> justru dari ummat islam yg me-ledak2 saat diskusi
> tanpa menyadari dirinya sendiri.. sudah menunjukkan
> perangainya yg biadab...
> Ngotot dgn qurannya yg sebenarnya sedang terjebak
> oleh pemahamannya sendiri...
> Ummat islam tidak bisa berpikir bhw Allah itu
> unlimited... jadi tidak sebatas quran saja
>  
> Saya salut dengan ummat Ahmadiyah.. karena walaupun
> diumpat sebagai sesat, mereka tetap halus dan
> berpegang pada prinsipnya... boleh dikatakan :
> "Penilaian ummat mayoritas belum tentu benar" 
> Sekali lagi "Salut" kepada kaum minoritas
> (Ahmadiyah)... biarlah ALAM yang menilai Siapa yg
> sesat dan siapa yg benar...
>  
> murtad nich !!!
> 
> --- On Mon, 23/6/08, riri cute
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Saturday, June 21, 2008
>  
> 
> Ahmadiyah Debat Kusir
>  
> 
> 
> 
> Dalam beberapa acara debat Ahmadiyah yang saya
> saksikan di televisi, saya melihat kelompok JAI
> lebih senang debat kusir daripada membahas masalah
> yang substansial. Mereka lebih senang memperdebatkan
> HAM, penafsiran, SKB, atau sejenisnya. Mereka sering
> menghindar ketika lawan debat mereka mempersoalkan
> masalah seputar kenabian Mirza Ghulam Ahmad,
> Tadzkirah, dan takfir. 
>  
> Kenabian Mirza Ghulam Ahmad
>  
> Tidak ada satupun dalil naqli yang menyebutkan
> Nubuwah Mirza Ghulam Ahmad. Jika ada, maka hal itu
> akan diketahui secara umum oleh umat Islam seluruh
> dunia dari dulu hingga sekarang. 
>  
> Yang ada adalah dalil yang menyebutkan bahwa Nabi
> Muhammad Saw. sebagai Nabi penutup dan tidak ada
> Nabi setelahnya. Ini merupakan kesepakatan para
> ulama (ijma’ul ulama) dari dulu hingga sekarang
> dan tidak akan berubah hingga akhir zaman. 
>  
> Jadi, jika ada orang yang mengakui dirinya sebagai
> Nabi setelah Nabi Muhammad, maka dia adalah pendusta
> dan pengikutnya di cap sesat dan kafir. 
>  
> Mirza tidak ada bedanya dengan Musailamah, Syuja,
> Thulaihah bin Khuwailid, Jundab bin Kaltsum, Kahmisy
> al-Kilaby, Abu Ja’wanah al-Amiri, Hudzail bin
> Ya’fur, Hudzail bin Wasi’, Mukhtar bin Ubaid,
> Handhalah bin Yazid al-Kufi, Lia Eden, Ahmad
> Mushaddeq, atau Nabi-Nabi palsu lainnya. 
>  
> Oleh karena itu, mereka tidak berhak mengatakan
> bahwa diri mereka muslim.
>  
> Ini adalah harga mati (qath’iy) bagi setiap
> muslim. 
>  
> Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya akan ada
> pada umatku tiga puluh orang pendusta. Masing-masing
> mengaku sebagai nabi. Padahal, akulah penutup para
> nabi, tidak ada lagi nabi sesudahku.” (HR Abu
> Dawud).  
>  
> Kelompok Mu’tazilah sendiri tidak pernah
> mengatakan bahwa akan datang seorang Nabi setelah
> Nabi Muhammad. Begitupun dengan kelompok Syiah. 
>  
> Apalagi Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Adalah suatu hal
> yang aneh ketika kelompok Kristen ikut campur pada
> masalah ini. 
>  
> Padahal orang-orang Kristen menyebut Nabi Muhammad
> sebagai Nabi palsu, sedangkan Mirza tidak mereka
> sebut Nabi palsu. Ini sungguh aneh. 
>  
> Sebenarnya apa mau mereka? Jika mereka mau bersikap
> konsisten, seharusnya mereka juga menolak kenabian
> Mirza Ghulam Ahmad, bukannya malah membela
> Ahmadiyah. 
>  
> Cendekiawan Muslim Pakistan, Dr. Muhammad Iqbal
> pernah ditanya oleh Jawaharlal Nehru mengapa kaum
> Muslimin bersikap keras untuk memisahkan Ahmadiyah
> dari Islam? Iqbal menjawab, “Ahmadiyah
> berkeinginan untuk membentuk dari umat Nabi Arabi
> (Muhammad saw) satu umat yang baru bagi Nabi
> Hindi.” 
>  
> Iqbal dalam bukunya Islam and Ahmadism juga
> mengatakan, Setiap kelompok masyarakat keagamaan
> yang secara historik timbul dari Islam, yang
> mengakui kenabian baru sebagai landasannya dan
> menyatakan semua ummat Muslim yang tidak mengakui
> kebenaran wahyunya itu sebagai orang-orang kafir,
> sudah semestinya dianggap oleh setiap Muslim sebagai
> bahaya besar terhadap solidaritas Islam. Hal itu
> memang sudah semestinya, karena integritas ummat
> Islam dijamin oleh Gagasan Kenabian Terakhir
> (Khatamun Nabiyyin) itu sendiri.” 
>  
> Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir al-Manar,
> Juz II, menyatakan, “Mereka (Ahmadiyah) itu ada
> dua golongan. Segolongan menyatakan (Mirza Ghulam
> Ahmad) al-Qadiyani adalah pembaharu dan bukannya
> nabi. Mereka ini ialah ahli bid’ah. Segolongan
> lagi menyatakan bahwa ia adalah seorang (Nabi) yang
> diberi wahyu oleh Allah. Mereka ini adalah
> orang-orang kafir, murtad.” 
>  
> Tadzkirah
> Kedudukan Tadzkirah bagi orang Ahmadiyah tidak ada
> bedanya dengan kedudukan Kitab suci al-Quran bagi
> kaum Muslimin. Tadzkirah berisikan “wahyu-wahyu”
> Tuhan yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad.
> Begitupun dengan al-Quran yang berisikan wahyu yang
> diturunkan kepada Nabi Muhammad. 
>  
> Jika demikian, Tadzkirah sejajar dengan al-Quran
> atau minimal hadits qudsi. Kalau memang diposisikan
> sebagai hadits qudsi, tentu Tadzkirah tidak lepas
> dari kritik. Karena hadits qudsi sendiri kadang
> dikritik dari segi sanad dan matannya, seperti
> halnya hadits-hadits lainnya. 
>  
> Hadits menurut tingkatannya ada yang mungkar,
> maudhu, dhaif, hasan, hasan shahih, dan shahih. 
>  
> Para ulama sepakat, bahwa hadits yang mungkar dan
> maudhu (palsu) dinyatakan batil untuk diamalkan.
> Sedangkan untuk hadits dhaif para ulama berbeda
> pendapat, sebagian mengatakan menolak secara
> menyeluruh, sebagian lagi menerima hanya untuk
> motivasi beramal.
>  
>  
> Dan matan hadits tidak bisa dilepaskan dari
> al-Quran. Para ulama telah sepakat jika ada hadits
> yang bertentangan dengan al-Quran, maka hadits
> tersebut tertolak. Lantas, bagaimana dengan
> Tadzkirah, apakah juga telah dilakukan upaya di
> atas? Apakah pengikutnya sudah paham betul dengan
> isi Tadzkirah dan al-Quran? Ataukah pengikutnya
> telah “menuhankan” pimpinan-pimpinan Ahmadiyah
> seperti halnya orang-orang Yahudi dan Nasrani
> “menuhankan” pendeta-pendetanya. 
>  
> Saya mendengar ucapan dari seorang pendukung
> Ahmadiyah yang merupakan peneliti Wahid Institute
> bahwa dirinya belum meneliti tentang ajaran
> Ahmadiyah. 
>  
> Lantas, mengapa dia bisa menjadi bagian dari pembela
> Ahmadiyah sementara dia sendiri tidak tahu Ahmadiyah
> itu benar atau salah. Pantas saja ketika ditanyakan
> kepadanya apakah Ahmadiyah itu benar atau salah, dia
> tidak bisa mengatakan bahwa Ahmadiyah itu benar atau
> salah. Jadi, patokan kebenaran yang dia pegang itu
> apa? 
>  
> Begitupun yang terjadi dengan orang-orang dari
> Jaringan Islam Liberal (JIL) ketika mewawancarai
> seorang pengurus JAI, pertanyaan-pertanya an yang
> mereka ajukan datar-datar saja dan terlihat mereka
> benar-benar tidak mengetahui ajaran Ahmadiyah itu
> seperti apa. 
>  
> Kalau mereka tahu ajaran Ahmadiyah seperti apa,
> niscaya mereka akan “mengejar” orang Ahmadiyah
> itu dengan rentetan pertanyaan yang sambung
> menyambung. 
>  
> Misalnya saja ditanyakan tentang ekslusifitas
> Ahmadiyah, orang Ahmadiyah kemudian mengatakan tidak
> benar Ahmadiyah ekslusif. Nah, seharusnya JIL
> kembali bertanya, bukankah menurut kitab Ahmadiyah
> anu, anu, dan anu disebutkan begini dan begini (yang
> intinya menyebutkan bahwa Ahmadiyah ekslusif). 
>  
> Nyatanya kan tidak, JIL merasa cukup dengan satu
> pertanyaan saja. Oleh karena itu, JIL tidak bisa
> disebut pewawancara yang objektif dan menginginkan
> kebenaran sesungguhnya. JIL yang katanya terdiri
> orang-orang pinter ternyata blo’on dan bener-bener
> keblinger.    
>  
> Takfir Ahmadiyah Terhadap kaum Muslimin
> Mirza Ghulam Ahmad berkata, “Dan dari sejumlah
> ilham-ilham itu, ada diantaranya yang didalamnya
> sejumlah ulama yang menentangku dinamakan Yahudi dan
> Nasrani.” (Hamamat al-Bushra, hal. 19). 
>  
> Dan katanya, “Maka barangsiapa yang tidak percaya
> pada wahyu yang diterima Imam yang ijanjikan (Ghulam
> Ahmad), maka sungguh ia telah sesat,
> sesesat-sesatnya, dan ia akan mati dalam kematian
> jahiliyah, dan ia mengutamakan keraguan atas
> keyakinan.” (Mawahib al-Rahman, hal. 38). 
>  
> Ghulam Ahmad juga mengaku, “Dan termasuk di antara
> tanda-tanda (kebenaran dakwahku) yang nampak dalam
> zaman ini ialah matinya orang-orang yang menentangku
> dan menyakitiku serta memusuhiku
> habis-habisan.” (semua orang juga akan mati-aiN)
>  
> Dan katanya lagi, “Maka barangsiapa yang tidak
> percaya pada wahyu yang diterima Imam yang
> dijanjikan (Ghulam Ahmad), maka sungguh ia telah
> sesat, sesesat-sesatnya, dan ia akan mati dalam
> kematian jahiliyah, dan ia mengutamakan keraguan
> atas keyakinan.” (Mirza Ghulam Ahmad, Mawahib
> al-Rahman, hal. 38). 
>  
> Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad mengatakan,
> ”Apabila iman bukan semata-mata karena mengikuti
> dengaran dari tuturan ibu-bapak, melainkan hasil
> penyelidikan dan pengamatan, niscaya kita mengambil
> salah satu dari kedua hal yaitu mengingkari semua
> nabi atau menerima pengakuan Hadhrat Masih Mau’ud
> a.s.” (Da’watul Amir: Surat Kepada Kebenaran,
> hlm. 374).
>  
> Dalam Surat Edaran Jemaat Ahmadiyah Indonesia
> tanggal 25 Ihsan 1362/25 Juni 1983 M, No. 583/DP83,
> perihal Petunjuk-petunjuk Huzur tentang Tabligh dan
> Tarbiyah Jama’ah, dinyatakan, 
>  
> “Harus dicari pendekatan langsung dalam
> pertablighan. Hendaknya diberitahukan dengan tegas
> dan jelas bahwa sekarang dunia tidak dapat selamat
> tanpa menerima Ahmadiyah. Dunia akan terpaksa
> menerima Pimpinan Ahmadiyah. Tanpa Ahmadiyah dunia
> akan dihimpit oleh musibah dan kesusahan dan jika
> tidak mau juga menerima Ahmadiyah, tentu akan
> mengalami kehancuran.” 
>  
> Bagaimana menurut pandangan Anda setelah membaca
> pernyataan Mirza ini? Apakah Anda tidak marah?
> Seluruh kaum muslimin yang menolak Ahmadiyah dari
> generasi awal hingga akhir zaman dinyatakan sesat,
> kafir, Nasrani, Yahudi, dan mati dalam keadaan
> jahiliyah. 
>  
> Apakah Anda masih tidak marah? Baiklah, bagaimana
> jika ayah dan ibu Anda dikatakan sebagai pelacur
> padahal kenyataannya tidak, apakah Anda masih tidak
> marah? Jika Anda tidak marah, berarti ada yang salah
> pada diri Anda. Lantas, bagaimana jika Ahmadiyah
> dengan jelas-jelas melecehkan Rasulullah dan menodai
> agama Anda? 
>  
> Dr. Muhammad Iqbal berkata, “Orang yang mengakui
> mendapatkan wahyu seperti itu adalah orang yang
> tidak patuh kepada Islam. Karena kelompok Qadiani
> mempercayai pendiri gerakan Ahmadiyah sebagai
> penerima wahyu semacam itu, berarti mereka
> menyatakan bahwa seluruh dunia Islam adalah
> kafir.”  
>  
> Kesimpulan
> Berdasarkan keputusan Konferensi Organisasi Islam
> se-Dunia  pada tahun 1985 dan keputusan Rabithah
> Alam Islami yang dihadiri oleh tokoh dan ulama
> seluruh dunia pada tahun 1394 H/ 1974 M telah
> menetapkan bahwa Ahmadiyah adalah sekte yang
> menyesatkan dan tidak ada kaitan dengan agama Islam.
> 
>  
> Hasil muktamar memutuskan “Kufurnya kelompok ini
> dan keluar dari Islam. Meminta kepada kaum muslimin
> berhati-hati terhadap bahaya kelompok ini dan tidak
> bermu’amalah dengan pengikut Ahmadiyah, serta
> tidak menguburkan pengikut kelompok ini di pekuburan
> kaum Muslimin.” 
> 
> 
> Pada 7 September 1974, Majelis Nasional Pakistan
> menetapkan dalam Konstitusi Pakistan, bahwa semua
> orang yang tidak percaya kepada Nabi Terakhir
> Muhammad secara mutlak dan tanpa syarat telah keluar
> dari kelompok umat Islam.
>  
> Keputusan Munas Alim Ulama  se-Indonesia tahun 1980
> telah memutuskan bahwa Ahmadiyah adalah kelompok di
> luar Islam, sesat dan menyesatkan. Ini dituangkan
> dalam Keputusan No 05/Kep/Munas II/MUI/1980 (pada 17
> Rajab 1400H/1 Juni 1980M, ditandatangani oleh Ketua
> MUI Prof. Dr. Hamka dan Sekretaris Drs H. Kafrawi
> MA, juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI (Menag)
> Alamsyah R. Prawiranegara) . 
>  
> Di samping itu juga ada Surat Edaran Dirjen Bimas
> Islam dan Urusan Haji Departemen Agama No
> D/B4.01/5099/ 84, tgl 20 September 1984 , yang
> berisi penegasan supaya ulama menjelaskan 
> tentang sesatnya Jemaat Ahmadiyah. 
>  
> 
> 
> 
> Posted at 03:08 pm by mafaza
> 
> 
> 
> 
> Get the name you always wanted with the new y7mail
> email address.
> 
> Send instant messages to your online friends
> http://uk.messenger.yahoo.com 



      

Kirim email ke