Hari Selasa, 3 Maret 2009, pukul 23.00 di program ‘Nama dan Persitiwa’, tvOne akan menayangkan peristiwa “SERANGAN UMUM 1 MARET 1949.” Nara sumber a.l. 1. Bambang Purnomo, adik kandung alm. Bambang Sugeng (tahun 1948/1949 berpangkat Kolonel dan adalah Panglima Divisi III/Gubernur Militer III) 2. Batara R Hutagalung, putra dr. Wiliater Hutagalung [tahun 1948/1949 berpangkat Letnan Kolonel dan adalah Perwira Teritorial di Kementerian Pertahanan, kemudian diangkat menjadi Kepala Staf “Q” (Kwartiermeestergeneraal Staf “Q”)]. Selama masa Orde Baru Suharto mengklaim, bahwa dialah penggagas, pemberi perintah dan pemegang kendali seluruh operasi. Juga telah dibuat film ‘Janur Kuning’ untuk glorifikasi Suharto. Kemudian film tersebut setiap tahun ditayangkan di televisi menjadi “tayangan wajib.” Sangat banyak artikel dan buku yang menulis bahwa Suhartolah penggagas dan yang memerintahkan serangan tersebut. History menjadi His story. Sejak Suharto lengser tahun 1998, muncul versi kedua. Beberapa pihak menyatakan, bahwa penggagas, pemberi perintah dan pemegang kendali seluruh operasi militer tersebut adalah Hamengku Buwono IX. Semua yang dahulu diklaim oleh Suharto, dilimpahkan kepada HB IX. Kemudian muncul versi ketiga. Dalam Konferensi Nasional Sejarah ke VII di Jakarta, 28 – 31 Oktober 2001, Batara R Hutagalung menyampaikan makalah dengan judul ‘FAKTA BARU MENGENAI SERANGAN UMUM 1 MARET 1949.’ Dilampirkan beberapa dokumen, yang membuktikan, bahwa pemberi perintah dan pemegang kendali seluruh operasi militer besar-besaran di seluruh wilayah Divisi III/Gubernur Militer III adalah Panglima Divisi III/Gubernur Militer III Kolonel Bambang Sugeng. Dalam persiapan dan pelaksanaan operasi militer tersebut, sangat banyak pihak yang ikut berperan, termasuk rakyat yang mendukung dengan suply makanan dan Palang Merah Indonesia (PMI). Ini sesuai dengan konsep Pertahanan Rakyat Total, yang tertuang dalam Perintah Siasat No. 1, tertanggal 12 Juni 1948, yang disusun oleh Kolonel A.H. Nasution, dan ditandatangani oleh Panglima Besar Letnan Jenderal Sudirman. Konsep tersebut merupakan antisipasi terhadap agresi militer Belanda, yang kemudian dilancarkan pada 19 Desember 1948. Ada tiga dokumen yang membuktikan, bahwa semua serangan umum yang dilancarkan di seluruh wilayah Divisi III, diperintahkan dan dikendalikan oleh Panglima Divisi III Kolonel Bambang Sugeng. Pertama, Perintah Siasat No. 4 tertanggal 15. Januari 1919, untuk melancarkan Serangan Umum tanggal 17 Januari 1949 di seluruh wilayah Divisi III. Kedua, Instruksi Rahasia tertanggal 18 Februari 1949 kepada Komandan Wehrkreis I, Kol. M. Bahrun, sehubungan dengan instruksi kepada komandan Wehrkris III Letkol Suharto agar melakukan serangan terhadap Ibukota Yogyakarta antara tanggal 25.2. – 1.3.1949. Grand design dari konsep ‘Serangan Spektakuler” (istilah yang digunakan waktu itu. Lihat catatan harian TB Simatupang tertanggal 18.2.1949 dalam bukunya “Laporan Dari Banaran”) adalah Letkol dr. Wiliater Hutagalung, Perwira Teritorial yang kemudian diangkat menjadi Kepala Staf “Q.” Ketiga adalah Perintah Siasat No. 9, tertanggal 15. Maret 1949 kepada komandan Wehrkreis I dan II agar meningkatkan serangan di daerah masing-masing, dalam rangka memberikan dukungan kepada Wehrkreis III, di bawah Letkol Suharto, yang harus berkali-kali melakukan serangan terhadap pertahanan Belanda di Yogyakarta, yang dimulai tanggal 1 Maret 1949. Semoga di masa depan, dengan diungkapnya dokumen-dokumen tersebut, perang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, yang merupakan Perang Rakyat Semesta, tidak direduksi untuk glorifikasi satu atau dua orang saja. Buku ‘SERANGAN UMUM 1 MARET 1949’ yang ditulis oleh Batara R Hutagalung, yang melampirkan dokumen-dokumen tersebut, akan segera terbit. Naskah buku telah diserahkan kepada penerbit. Sekitar 700 halaman. Ringkasan tulisan tersebut dapat dibaca di weblog: http://batarahutagalung.blogspot.com BRH