> Romo maryo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Entah besar atau kecil, mudah atau sulit, berat atau
> ringan, banyak atau sedikit, hemat saya setiap orang
> atau pribadi memiliki tugas atau pekerjaan yang harus
> dilaksanakan dengan baik dan sukses.

Benar sekali, seperti juga terorist jihad Islam punya kewajiban2
sebagai tugasnya, antara lain meledakkan bomb di pasar, di cafe, dan
di tempat2 umum lainnya.

Terlepas apakah banyak atau sedikit yang mati, yang penting tugas itu
dilaksanakan.  Makin banyak yang mati, makin sukses, makin sedikit
yang mati makin sedikit juga pahalanya.

Dilain pihak, para petugas "War on Terror" juga punya tugas yaitu
mengejar semua terorist kemanapun larinya tidak bisa hilang atau sembunyi.

Tergantung siapa yang lebih sukses, kalo polisinya sukses maka
teroristnya yang celaka juga sebaliknya.

Ny. Muslim binti Muskitawati






Sabda
> Yesus hari ini mengajak dan memanggil kita semua untuk melaksanakan
tugas atau
> pekerjaan apapun dan dimanapun sebaik mungkin, sehingga memuaskan
diri kita
> sendiri maupun sesama yang kena dampak tugas atau pekerjaan kita.
Tugas atau
> pekerjaan yang kita terima adalah kasih karunia atau anugerah Allah,
yang kita
> terima dari orang lain (orangtua, atasan, pemimpin, dst..), maka
baiklah kita
> hayati dan laksanakan sebagai anugerah Allah. Dengan kata lain
segala tingkah
> laku dan tindakan kita bagaikan ibadah: sarana-prasarana kerja kita
hayati atau
> perlakukan sebagai sarana ibadah, rekan hidup dan kerja kita hayati
sebagai
> rekan beribadah, suasana hidup dan kerja bagaikan suasana ibadah,
dst.. Sikap
> dan tindakan yang baik dalam beribadah antara lain mempersembahkan diri
> seutuhnya kepada Tuhan dan aneka kegiatan selama ibadah, maka
hendaknya sikap
> dan tindakan yang demikian itu juga kita wujudkan dalam menghayati atau
> melaksanakan tugas dan pekerjaan apapun dan dimanapun. Dengan demikian
> diharapkan dengan dan melalui tugas atau pekerjaan kita semakin
suci, semakin
> mengasihi dan dikasihi oleh Tuhan dan sesama kita. “Setiap orang
yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia
> berkelimpahan”(Mat 25:29), demikian sabda Yesus. Sekali lagi
apapun yang
> kita punyai atau miliki, marilah kita hayati sebagai anugerah Allah
dan kita
> fungsikan untuk membantu tujuan kita diciptakan, yaitu keselamatan
jiwa kita
> sendiri maupun sesama dan saudara-saudari kita. Hendaknya juga
jangan meremehkan
> tugas atau pekerjaan yang sederhana, sebagaimana harus dilakukan
oleh para
> pembantu atau pelayan rumah tangga atau kantor, seperti menyapu,
mengepel,
> menyiram tanaman, mencuci alat-alat masak dan makanan atau pakaian,
dst…
> Bukankah ketika pembantu atau pelayan cuti atau libur, kita yang
dilayani dan
> dibantu akan merasa kehilangan dan sadar betapa besar nilai kerja
atau tugas
> para pembantu atau pelayan?
> 
> ·   “Apa yang
> bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang
berhikmat, dan
> apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang
kuat, dan apa
> yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah,
bahkan apa yang
> tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,
supaya jangan
> ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah” ,
demikian pesan atau peringatan Paulus kepada umat
> di Korintus, kepada kita semua. Orang yang bermental duniawi atau
bisnis memang
> menilai lebih tinggi mereka yang kaya, bertitel sarjana/pandai,
berpangkat atau
> berkedudukan daripada yang miskin, bodoh dan rakyat biasa. Yang
bodoh, lemah,
> tidak terpandang dan tidak berarti bagi di mata dunia atau orang
bermental
> duniawi atau bisnis, pada umumnya adalah para pelaksana atau pekerja
kasar yang
> handal, rajin, tekun dst… Perhatikan dan cermati para penggali,
tukang batu
> beserta pembantunya, petugas kebersihan di kampong atau kota, buruh
pabrik, dst.. Memang mereka yang pandai dan
> berhikmat yang merencanakan atau merancangkan pekerjaan, namun tanpa
para
> pekerja kasar tersebut maka rencana atau rancangan tinggal dalam
impian atau
> tulisan serta tidak pernah menjadi kenyataana atau terwujud. Rasanya
yang
> unggul dalam hidup beriman atau hidup sehari-hari adalah para
pelaksana atau
> pekerja. Para pemimpin atau petinggi sering hanya mau mengdiri
> undangan untuk berpesta, sedangkan undangan untuk bekerja kasar atau
> gotong-royong membersihkan lingkungan hidup pada umumnya mereka
mangkir dengan
> berbagai alasan; dan mereka yang dinilai bodoh, tak berhikmat dan tak
> terpandang di mata dunia yang harus bekerja. Undangan pesta yang dataing
> pemimpin, sedangkan undangan bekerja yang datang anggota.
> 
>  
> 
> Jakarta, 30 Agustus 2008 
>  
>


Kirim email ke