http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=6264

2009-03-24 
Rp 20 M Jadi Cawapres JK? 


Pemunculan Jusuf Kalla (JK) sebagai capres seakan menghapus mitos bahwa 
Presiden Indonesia harus dari Jawa. JK berasal dari luar Jawa, yaitu Sulawesi 
Selatan. Namun, kelihatannya JK butuh dukungan suara dari Jawa, karena jumlah 
pemilih di Pulau Jawa lebih dari setengah jumlah pemilih secara nasional. Kubu 
Partai Golkar yakin, Indonesia bagian timur bisa "dikuasai", karena selama ini 
merupakan menyumbang terbesar suara Partai Golkar.

Muncullah nama yang disebut-sebut menjadi calon pendamping JK, yakni mantan 
Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan mantan Panglima TNI Endiartono Sutarto.

Pekan lalu, sejumlah pengurus DPD Partai Golkar, yakni Gandung Pardiman 
(Yogyakarta), Uu Rukmana (Jabar), Bambang Sadono (Jateng), Alzier Dianis 
Tabrani, dan Zulfadhli (Kalbar) bertemu dengan Sutiyoso di Jalan Diponegoro 43, 
Jakarta Pusat.

Selama ini rumah tersebut menjadi salah satu posko pemenangan Sutiyoso menjadi 
capres.

Pada prinsipnya, wakil dari daerah tersebut menginginkan pendamping JK mantan 
militer dan berasal dari Jawa. Menurut mereka, Sutiyoso sangat tepat untuk 
mendampingi JK.

Namun menurut sumber SP, tidak mudah bagi Bang Yos menjadi pendamping JK, 
karena selain harus bisa memenangkan Partai Golkar di Jawa, mantan Pangdam Jaya 
itu juga harus mengeluarkan dana Rp 20 miliar sebagai uang mahar. Sutiyoso 
menyanggupinya dan dibayar dengan cara diangsur.

Mengenai uang mahar tersebut, salah satu anggota tim sukses Sutiyoso, Mayjen 
TNI (Purn) Benny Mandalika membantahnya. "Tidak benar itu. Tetapi kalau ada DPD 
Partai Golkar yang menginginkan Sutiyoso menjadi pendamping JK, itu benar. Soal 
uang, itu hanya isu," kata Benny.

Terlepas benar atau tidak isu tersebut, yang jelas JK membutuhkan cawapres 
figur mantan militer dan orang Jawa. [M-16]


Kirim email ke