http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2008101301340416
Senin, 13 Oktober 2008 Sikap Rasional Hadapi Krisis! "PRESIDEN Yudhoyono mengajak kita agar tenang, bersikap rasional menghadapi krisis global!" ujar Umar. "Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan Rabu lalu akibat pelaku pasar panik, hingga bertindak irasional! Sebab itu, BEI ditutup sampai pelaku pasar kembali tenang dan bertindak didasari sikap rasional!" "Pesan Presiden itu sepenuhnya benar! Tindakan didasari sikap rasional lebih mampu melakukan pilihan lebih tepat!" sambut Amir "Namun, sikap rasional itu selalu merupakan hasil suatu proses rasionalisasi! Berharap orang bersikap rasional harus melakukan rasionalisasi pada penyebab kepanikan atau tindakan irasioal tersebut! Dalam kasus ini, merasionalisasikan krisis global yang sedang berkecamuk benar-benar bisa dikendalikan eksesnya ke negeri kita, sejauh apa imunitas atau kekebalan kita dari krisis dimaksud!" "Memang, tanpa rasionalisasi bisa seperti krisis 1997--1998 ketika sejumlah negara Asia terutama Korea Selatan dan Thailand kena krisis ekonomi, penguasa Orde Baru dengan tenang mengatakan kita tidak perlu risau karena fundamental ekonomi negeri kita cukup kuat! Terbukti, ekonom kita justru jatuh lebih parah!" timpal Umar. "Kini, rasionalisasi itu belum diberikan, kecuali kita tidak perlu cemas karena punya cadangan devisa 59 miliar dolar AS! Padahal, untuk meredam gejolak pasar modalnya dari ekses krisis global, hari Senin ini Inggris menyuntik 60,5 miliar dolar AS! Rasionalitasnya, kekuatan kita itu sekadar cukup untuk sekali suntik! Usai itu, tinggal suntuknya--misal, jika BEI tidak di-suspend dan 49 miliar dolar AS dana asing yang parkir lewat bursa ditarik!" "Walaupun begitu, kita tetap berharap saat dibuka kembali BEI Senin ini, pelaku pasar telah kembali rasional! Lima hari istirahat diharap cukup untuk itu!" tegas Amir. "Rasionalisasi justru jika BEI tidak di-suspend Rabu lalu ketika pada hari itu harga saham sejumlah perusahaan anjlok lebih 30 persen, penurunan berlanjut Kamis dan Jumat pula, harga sahamnya jadi nol! Rasionalisasi untuk membenarkan tindakan seperti itu, juga penting!" "Malah sama pentingnya dengan rasionalisasi untuk menerima kenyataan terburuk sebagai hal terbaik, seperti dilakukan Orde Baru yang berdarah dingin--merasionalisasi kondisi terburuk dengan fundamental ekonomi cukup baik!" timpal Umar. "Di sisi lain, sikap rasional rakyat terbentuk oleh kenyataan yang mereka hadapi! Untuk sekarang contohnya jeritan petani Sumatera Selatan (Elshinta, 12-10). harga TBS sawit mereka dari Rp2.100/kg kini jadi tinggal Rp700/kg--mengikuti suspend sejumlah saham agri (sawit) Selasa--sehari sebelum suspend kegiatan BEI--setelah sejak Senin saham agri anjlok paling tajam di BEI!" "Untuk krisis global kali ini, rasionalisasi pada nilai rupiah mungkin bisa dijadikan ukuran oleh rakyat!" sambut Amir. "Bagaimana ketenangan dan rasionalitas rakyat bisa tetap terkendali jika terjadi seperti krisis 1997--1998, kurs rupiah dari Rp2.400 jadi Rp15 ribu/dolar AS! Untuk sekarang mungkin rupiah harus dijangkar tak lebih Rp10 ribu/dolar AS! Lewat dari itu, sikap rasional rakyat juga bisa bablas!" H. Bambang Eka Wijaya
<<bening.gif>>
<<buras.jpg>>