http://gatra.com/artikel.php?id=133303

Jakarta, 28 Desember 2009 12:04
Buku karangan George Junus Aditjondro yang berjudul Membongkar Gurita
Cikeas mendapat tentangan dari para pendukung Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.

Staf Khusus Presiden, Andi Arif, di Jakarta, Senin (28/12), menilai,
isi buku yang diluncurkan George sama sekali tidak benar karena hampir
semua menggunakan data yang salah.

"Kesalahan data antara lain dalam halaman 30 dan 31, perihal dana
Public Service Obligation (PSO) empat BUMN (PELNI, PT POS, PT KA, dan
LKBN ANTARA) bukanlah Rp1,7 triliun. Angka itu adalah angka yang
diajukan, sedangkan yang sebenarnya Rp1,35 triliun," kata Andi yang
juga mantan Komisaris PT Pos itu.

Menurut dia, empat BUMN itu pada 2009 mendapat PSO untuk PELNI Rp600
miliar, PT KA Rp535 miliar, PT Pos Rp150 miliar, dan LKBN ANTARA Rp50
miliar.

"Menurut George separuh dana PSO LKBN ANTARA menyumbang Bravo Media
Centre yaitu Rp40,6 miliar. Padahal untuk PSO 2009 LKBN ANTARA hanya
dapat Rp50 miliar. Angka Rp40,6 sebetulnya angka PS0 tahun 2008," kata
mantan aktivis mahasiswa itu.

Menurut dia, kebohongan George itu harus disampaikan ke publik agar
masyarakat melihat bahwa buku itu berisi kekeliruan yang sangat fatal,
seakan-akan seperti zaman orde baru BUMN menjadi sumber keuangan bagi
partai politik dan kekuasaan.

"George telah melakukan kesalahan fatal bukan sekadar data, tapi juga
beserta metodologinya. `Utak-atik gatuk` dan teori konspirasi masih
menjadi mindset-nya. Kita menunggu pertanggungjawaban George, ini
pertaruhan besar kredibilitasnya dalam dunia akademis dan politis,"
katanya.

Sementara itu, Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan,
buku George hanyalah buku yang penuh dengan sensasi, daya analisa
rendah, serta lompatan-lompatan logika yang sangat insinuatif (menuduh
secara tidak langsung).

"Data-data yang digunakan tidak berdasar, bukan data primer yang dapat
dibuktikan kebenarannya, alias hanya data sekunder, bahkan tersier
(ketiga) yang sangat bias," katanya.

Menurut Ketua Fraksi Partai Demokrat itu, buku itu tidak bermutu dan
hanya hiburan yang tidak mendidik, mirip sinetron-sinetron mistik atau
infotainment hibah (membicarakan keburukan orang lain).

"Yang diharapkan George adalah bukunya terekspos luas dan mendapatkan
iklan gratis, sehingga makin laris dan terus dicari," katanya.

Anas meminta semua pihak yang merasa difitnah untuk menanggapinya dan
tidak boleh mendiamkannya saja, karena dapat menimbulkan kesan keliru,
bahwa yang ditulis adalah kebenaran.

Namun, menurut dia, Presiden SBY belum perlu untuk merespons lebih
jauh seperti melaporkan George ke Polisi, karena publik tahu SBY
bersih dan terus berkomitmen memberantas korupsi.

"Kami berharap buku George ini bukan dimaksudkan sebagai bagian dari
skenario politik untuk membusukkan citra SBY dan Pemerintah, karena
merasa pemilu belum selesai atau karena ada yang tidak legowo dengan
hasil Pemilu 2009. Meskipun kami juga mencium aroma politik di balik
terbitnya buku sensasi ini," katanya.

Buku "Membongkar Gurita Cikeas" yang ditulis Geoge Junus Aditjondro
akan diluncurkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember. Buku tersebut
membahas empat yayasan seperti Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kepedulian
dan Kesetiakawanan, Yayasan Madjelis Dzikir SBY Nurussalam, dan
Yayasan Mutumanikam Nusantara yang ditulis George sebagai pencari
dukungan politik dan dana. [TMA, Ant]

Kirim email ke