terjadi penurunan 3,86 persen dibanding tahun lalu yang sebesar 93,74 persen. 
Siswa yang harus mengulang terbanyak terdapat di Nusa Tenggara Timur (52,08 
persen) disusul Gorontalo (46,22 persen) dan Maluku (41,16 persen).

Persentase kelulusan ujian nasional SMA di DKI Jakarta juga merosot dibanding 
tahun lalu yang sebesar 96,6 persen. Sedangkan tahun ini 90,67 persen dari 
total 59.697 peserta. Untuk siswa sekolah menengah kejuruan, tahun lalu 
persentase kelulusan 96,6 persen, sedangkan tahun ini 92,18 persen.

Menteri Nuh di gedung MPR/DPR kemarin menyatakan sedang menganalisis faktor 
penyebab penurunan tingkat kelulusan siswa. Menurut Nuh, perlu diteliti apakah 
karena soal ujian yang terlalu sulit, belajar-mengajar tak bagus, sarana dan 
prasarana kurang, atau semangat siswa turun. “Semua harus dibuka dan 
dianalisis,” katanya.

Hasil penelitian akan dijadikan bahan oleh pemerintah untuk mengintervensi 
kebijakan menjelang ujian ulangan pada 10-14 Mei nanti. Nuh optimistis hasil 
ujian ulangan akan menggembirakan karena mayoritas peserta hanya
mengulang ujian satu mata pelajaran (lihat tabel).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional 
Mansyur Ramly menuturkan hasil ujian nasional tahun ini bukan penentu utama 
kelulusan.

Kelulusan ditentukan oleh dewan guru sekolah.

Kementerian memiliki alat pengendali berupa data ujian nasional. Data itu bisa 
menunjukkan apakah sekolah sudah sesuai dengan ketentuan dalam menentukan 
kelulusan siswa. Tapi Kementerian tak akan menjatuhkan sanksi kalau ada sekolah 
yang melanggar.“Kami akan menegur dan membina,” kata Mansyur.

Suparman ragu pemerintah bisa mengawasi sekolah. Apalagi standar nilai ujian 
nasional dan ujian sekolah berbeda.“Bisa-bisa sekolah mengatur nilai ujian 
sekolah agar siswanya lulus.” Ia mengusulkan nilai ujian nasional dan sekolah 
mempunyai bobot yang sama.
-Ribuan siswa me nengah atas (SMA) di DKI Jakarta dan sekitarnya gagal dalam 
ujian nasional (UN) tahun ini. Persentase keberhasilan ujian turun hampir 6 
persen dibanding tahun sebelumnya.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan hasil yang diperoleh saat ini 
bukanlah gambaran akhir prestasi siswa.“Ini baru hasil sementara,”ujar Fauzi 
Bowo kemarin. Meski mengalami penurunan, kata Fauzi, persentase keberhasilan UN 
di DKI masih di atas rata-rata nasional, yakni 89,8 persen.

Ujian nasional kerap disebut sebagai penyebab utama ketidaklulusan siswa. Namun 
kini ada faktor lain yang diperhitungkan. “Hasil ujian sekolah dan penilaian 
lainnya juga diperhatikan.

Keputusan lulus atau tidak ditetapkan dalam rapat guru,” kata Kepala SMAN 54, 
Jakarta Timur, Sunarno.

Sunarno menjelaskan, sangat mungkin siswa dinyatakan tidak lulus karena nilai 
ujian sekolah yang jelek.

Atau mungkin juga ada pertimbangan lain yang membuat seorang murid tidak lulus 
meski nilai ujiannya di atas batas standar 5,5. “Di dalam rapat itulah kemudian 
ditentukan kepantasan seorang siswa lulus atau tidak,”katanya.

Meski begitu, ia tidak memungkiri bahwa yang kerap membuat siswa tidak lulus 
adalah nilai ujian nasional di bawah rata-rata. “Sama seperti yang terjadi di 
sekolah ini, dua murid tidak lulus karena ada hasil ujian nasional di satu atau 
dua mata pelajaran di bawah standar,” katanya.

Siswa yang dinyatakan gagal dalam ujian nasional diminta mengikuti ujian
ulangan. “Ujian akan diselenggarakan pada 10-14 Mei,”ujar Kepala Humas Dinas 
Pendidikan DKI Jakarta Yusen Hardiman ketika dihubungi kemarin.

Ujian dilakukan serentak bagi semua siswa SMA dan SMK di seluruh Indonesia.

Bagi mereka yang tetap dinyatakan gagal, kata Yusen, siswa tersebut dapat 
menggunakan jalur lain melalui ujian kesetaraan program paket C. “Atau kembali 
mengulang di kelas III,” katanya.

Data Dinas Pendidikan DKI Jakarta menunjukkan tingkat keberhasilan UN siswa SMA 
dan SMK tahun ini sebesar 90,6 persen atau sekitar 121 ribu siswa. Perolehan 
ini turun jika dibandingkan dengan persentase tahun lalu, yang mencapai 96,6 
persen.

Di Jakarta Pusat, persentase keberhasilan UN mencapai 83,5 persen. Adapun 
jumlah siswa di Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu yang berhasil lulus UN 
mencapai 83,3 persen. Prestasi ujian di tiga kota madya lain relatif lebih 
baik. Untuk Jakarta Barat mencapai 95 persen, Jakarta Selatan sebesar 92 
persen, dan Jakarta Timur 92,8 persen.

Sementara itu, 1.106 siswa sekolah menengah di Kota dan Kabupaten Bekasi, Jawa 
Barat, gagal dalam ujian nasional. Mayoritas siswa yang gagal berasal dari 
sekolah menengah atas swasta. Diduga siswa tidak siap dengan standar nilai 5,5.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Bekasi Dedi Djunaedi 
mengatakan sebagian siswa stres menyimak materi UN. “Mereka stres dan kurang 
percaya diri dalam menjawab soal,”kata Dedi.
Sedangkan Kepala Dinas Kabupaten Bekasi Rusdi mengatakan banyak faktor penyebab 
kegagalan siswa.

Musibah banjir yang menggenangi sebagian wilayah di bagian utara Kabupaten Be
kasi membuat aktivitas belajar siswa terganggu. “Beberapa sekolah terpaksa 
memindahkan siswanya karena banjir,”katanya.

Keberhasilan hampir 100 persen dicapai para siswa
Kota Tangerang. Tahun ini tercatat 99,28 persen siswa SMA lolos UN. Sedangkan 
untuk siswa SMK mencapai 98,20 persen.

RIKY | EZTHER | HAMLUDDIN | MUTIA | AYU CIPTA

http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2010/04/27/ArticleHtmls/27_04_2010_004_017.shtml?Mode=1


Kirim email ke