Tulisan ini juga disajikan dalam website http://kontak.club.fr/index.htm

 Catatan A. Umar Said

                Tentang seruan “Waspadai anak-anak PKI !”

Tulisan ini dimaksudkan sebagai ajakan kepada para pembaca untuk sama-sama
merenungkan secara dalam-dalam tentang pernyataan Asisten Intelijen Kasdam
1/Bukit Barisan, kolonel (Inf) Arminson., yang menekankan perlunya upaya
sistematis dari “segenap komponen bangsa mencegah anak-anak PKI  menyusup
masuk birokrasi, apalagi sampai menjadi pejabat” dan ucapan-ucapan lainnya
tentang bahaya laten komunis yang sekarang mulai muncul dengan
terang-terangan dalam berbagai bentuk..

Pernyataannya tersebut disiarkan oleh harian Duta Masyarakat (18 Januari
2009)  sebagai bagian dari berbagai tulisan mengenai PKI, seperti yang
disajikan oleh website http://kontak.club.fr/index.htm

(harap baca “Bung Karno : sumbangan dan pengorbanan PKI besar sekali !).

Agaknya, setelah membaca dan merenungkan isi pernyataan petugas (yang cukup
penting) dari Intel ini maka banyak orang bisa menarik kesimpulan bahwa
selama golongan militer didominasi oleh orang-orang yang berfikiran sejenis
kolonel intel tersebut di atas, maka  negara dan bangsa kita akan tetap
terus menanggung berbagai penyakit yang parah. Sebab, apa yang dinyatakan
oleh petugas intel ini, sama sekali bukanlah pendapat atau sikap pribadinya
seorang diri saja, melainkan ia berbicara dalam kualitasnya sebagai perwira
militer.

Jelaslah kiranya bagi kita semua bahwa ucapan-ucapan kolonel intel yang
demikian ini  mencerminkan sebagian sikap atau garis politik pimpinan
militer (terutama Angkatan Darat) yang selama puluhan tahun sudah bersikap
anti Bung Karno dan anti-PKI, yang juga dengan kekuasaan Orde Barunya telah
melakukan banyak dan bermacam-macam kejahatan dan pelanggaran HAM.

Pernyataannya itu merupakan tambahan bukti lainnya lagi, bahwa golongan
militer pendukung Suharto masih tetap merupakan perusak persatuan rakyat dan
bangsa Indonesia, seperti yang telah dilakukan selama 32 tahun kekuasaan
rejim militer. Karena itu,  kiranya pantaslah disebutkan bahwa,  pada
hakekatnya, pimpinan militer pendukung Suharto sebenarnya bisa dipandang
sebagai musuh bangsa  Indonesia.

Marilah sama-sama kita coba telaah isi pernyataan tersebut dari berbagai
segi dan sudut pandang, yang selengkapnya adalah sebagai berikut :

 “Asisten Intelijen Kasdam I/Bukit Barisan, Kolonel (Inf) Arminson,
mengatakan, pemerintah dan segenap komponen bangsa perlu mengambil
langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar anak-anak PKI tidak bisa
mengulang kembali sejarah gelap bangsa Indonesia. Dia menilai modus
perjuangan PKI agar bisa hidup lagi di Indonesia hingga saat ini juga tidak
pernah berubah. Yakni selalu memanfaatkan isu kemiskinan, ketidakadilan di
bidang sosial, ekonomi dan hukum, serta berupaya mendiskreditkan kelompok
atau institusi yang dianggap menghambat atau mengancam perjuangannya. PKI
dengan ideologi komunisme selalu berusaha menyebarluaskan kebohongan untuk
mencapai tujuannya.

“Anak-anak PKI juga dididik menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan
tersebut. "Mereka pelaku berbagai tindakan kekejaman di masa lalu sehingga
tak boleh diberi kesempatan untuk mengulang lagi kekejamannya itu," katanya.
Langkah-langkah antisipasi untuk mencegah PKI bangkit lagi antara lain
konsistensi pemerintah dalam memperjuangkan peningkatan pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan, dan rasa keadilan masyarakat guna mencegah upaya
penggalangan dari kelompok komunis yang selalu memanfaatkan isu
keterbelakangan, kemiskinan dan ketidakadilan yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat.

“Ditekankannya, bahaya laten komunis dengan segala tipu muslihat,
kebohongan, dan kekejamannya bukan semata musuh TNI tapi musuh seluruh
bangsa Indonesia dan semua pihak harus mencegah setiap upaya pihak mana pun
yang ingin mencabut TAP MPRS No. XXV Tahun 1966 yang menetapkan PKI sebagai
partai terlarang di Indonesia. Langkah antisipasi lain adalah dengan
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mencegah hidupnya kembali komunis
melalui sarana diskusi, seminar, penyuluhan, ceramah, kemudian mewaspadai
upaya penyusupan ideologi tersebut ke tubuh berbagai komponen bangsa baik
pemerintah, TNI/Polri, ormas maupun komponen bangsa lain. Harus ada upaya
sistematis dari semua komponen bangsa agar anak-anak PKI tidak bisa menyusup
masuk birokrasi, apalagi sampai menjadi pejabat.

"Langkah berikutnya adalah mencantumkan kembali materi pelajaran tentang
bahaya laten komunis di semua lembaga pendidikan, sementara masyarakat luas
harus ikut serta mewaspadai, memantau serta melaporkan kepada pihak berwajib
jika melihat adanya kegiatan berkaitan dengan penyebaran ajaran atau paham
komunis," katanya. Lebih jauh disebutkan, era reformasi dan keterbukaan
dewasa ini telah dimanfaatkan kelompok/kalangan komunis untuk bangkit
kembali. Beberapa indikasi ke arah itu antara lain dapat disimak dari
pernyataan salah seorang generasi muda keturunan PKI pada 17 April 1996,
bahwa "Partai sudah berdiri, 31 tahun terkubur, sekarang dibangun lagi".

“Lalu dapat pula dilihat dari bermunculannya berbagai macam organisasi
massa, baik oleh generasi tua maupun generasi muda keturunan PKI dengan
berbagai cover, antara lain untuk memperjuangkan hak asasi manusia. Dia juga
mengingatkan agar bangsa Indonesia tidak lengah karena saat ini banyak upaya
membuat jaringan nasional dan internasional dengan gerakan-gerakan
terselubung dalam berbagai bentuk untuk menggalang kader PKI di seluruh
Indonesia dan menyusup ke kalangan generasi muda, mahasiswa, dan pelajar
dengan menggunakan jaringan baru komunis di Indonesia. Maka, sekarang
kuncinya hanya tiga kata: Waspadai Anak PKI! “ (kutipan dari Duta Masyarakat
selesai).

Fikiran jahat dari nalar yang tidak waras !

Adanya ucapan bahwa harus diusahakan supaya “anak-anak PKI tidak mengulangi
sejarah gelap bangsa  indonesia” dan  “harus ada upaya sistematis dari semua
komponen bangsa agar anak-anak PKI tidak bisa menyusup masuk birokrasi,
apalagi sampai menjadi pejabat”  mencerminkan bahwa fikiran jahat dan busuk
yang berlandaskan nalar yang tidak waras masih tetap merajalela di kalangan
pimpinan militer pendukung Suharto.

Ucapan semacam ini jelas-jemelas merupakan  kecerobohan atau kesesatan cara
berfikir yang  secara gebyah-uyah menggolongkan semua anak-anak PKI sebagai
orang-orang yang perlu disisihkan, atau dikucilkan, atau diperlakukan tidak
adil. Menganggap bahwa semua anak-anak PKI adalah orang-orang tidak baik
yang perlu diwaspadai atau dicurigai mencerminkan sikap yang gegabah (dan
dungu !)  serta  nalar yang tidak waras (untuk tidak menggunakan kata-kata
“gila”)

Sebab, apakah mentang-mentang anak-anak PKI maka mereka harus mendapat
perlakuan sewenang-wenang, atau harus tidak dianggap sebagai warganegara RI
yang biasa, atau tidak sebagai manusia seperti lainnya?

Perlu direnungkan oleh kita semua (terutama oleh kalangan pimpinan militer)
bahwa sama sekali bukanlah kesalahan mereka bahwa sudah dilahirkan sebagai
anak-anak PKI. Mereka tidak bisa memilih sendiri siapakah sebaiknya orang
tua mereka.Dan, karenanya,  juga bukanlah merupakan “dosa”  mereka (harap
perhatikan tanda kutip pada kata ini) mereka bahwa orang tua mereka dulunya
menjadi anggota atau simpatisan PKI.

Memperpanjang kejahatan rejim Suharto

Dalam kaitan ini patut dicatat bahwa menurut keterangan berbagai sumber
sejarah, jumlah anggota PKI (dalam 1965) ada sekitar 3 juta, sedangkan
simpatisan atau pengikutnya yang tergabung dalam berbagai macam ormas
(buruh, tani, nelayan, pegawai negeri, pemuda, mahasiswa,wanita, intelektual
dll) ditaksir sekitar 20 juta. Karena itu, bisalah kiranya  kita perkirakan
bahwa jumlah anak-anak PKI itu besar sekali dan tersebar di seluruh
Indonesia.

Lebih-lebih lagi, perlulah sama-sama kita ingat bahwa puluhan juta para
korban rejim militer Suharto adalah pada umumnya anggota atau simpatisan PKI
yang sudah terbukti tidak bersalah apa-apa atau seujung rambut pun tidak
tersangkut-paut dengan G30S. Bahkan, mereka pada umumnya terdiri dari
anggota atau simpatisan kekuatan utama anti-imperialis di bawah pemimpin
besar revolusi rakyat Indonesia, Bung Karno. Karenanya, menjadi anggota atau
simpatisan PKI, adalah pada waktu itu sikap politik yang sah, dan sikap
moral yang luhur.

Anak-anak PKI adalah manusia biasa dan juga warganegara  RI

Jadi, dari sudut ini nyatalah bahwa “seruan” pimpinan militer untuk
mewaspadai anak-anak PKI, adalah pandangan yang sesat dan tujuan yang sama
sekali tidak menguntungkan persatuan rakyat dan juga tidak memupuk
rekonsiliasi nasional  .Seruan pimpinan militer yang demikian ini  hanyalah
memperpanjang kesalahan atau kejahatan rejim militer Suharto dan memperbesar
dosa-dosanya yang sudah bertumpuk-tumpuk selama puluhan tahun.

Dengan sikap yang memusuhi anak-anak PKI yang jumlahnya tidak sedikit itu,
pimpinan militer (terutama TNI AD) melestarikan dendam yang sudah
berlangsung selama lebih dari tahun dan bahkan  mengkobarkannya terus di
kalangan generasi muda dewasa ini dan juga generasi yang akan datang.
Anak-anak PKI itu adalah warganegara RI dan juga manusia biasa, yang
mempunyai hak-hak fundamental, seperti yang lainnya. Karenanya, adalah hak
mereka yang sah, dan kewajiban mereka yang mulia untuk melawan atau berontak
terhadap perlakuan yang tidak adil yang dikenakan terhadap mereka.

Sebagian terbesar anak-anak PKI (yang jumlah pastinya  sulit ditaksir) sejak
kecil sampai dewasa telah hidup dalam macm-macam penderitaan yang
berbeda-beda kadarnya , sebagai akibat dibunuhnya ayah atau ibu mereka atau
dipecati dari pekerjaan dan ditahan secara sewenang-wenang. Dari segi ini
saja sudah kelewat besar dosa pimpinan militer, karena menyiksa begitu
banyak anak-anak yang tidak bersalah apa pun dan dalam jangka waktu yang
sangat lama pula. Sekarang, dengan seruan “waspadailah anak-anak PKI”,
berarti bahwa perlakuan tidak adil (bahkan sering tidak manusiawi) terhadap
anak-anak PKI ini akan ditrapkan sepanjang hidup mereka !!!

Pimpinan militer juga mengatakan bahwa  telah  “bermunculan berbagai macam
organisasi massa, baik oleh generasi tua maupun generasi muda keturunan PKI
dengan berbagai cover, antara lain untuk memperjuangkan hak asasi manusia”
dan juga mengingatkan “agar bangsa Indonesia tidak lengah karena saat ini
banyak upaya membuat jaringan nasional dan internasional dengan
gerakan-gerakan terselubung dalam berbagai bentuk untuk menggalang kader PKI
di seluruh Indonesia dan menyusup ke kalangan generasi muda, mahasiswa, dan
pelajar dengan menggunakan jaringan baru komunis di Indonesia”

Pernyataan pimpinan militer yang sejenis itulah yang dengan jelas
menunjukkan kekaburan cara mereka memandang  - sekaligus ketakutan mereka
! – kepada adanya kebangkitan perlawanan dari banyak kalangan masyarakat
terhadap situasi dalam negeri yang semrawut dan menyengsarakan sebagian
terbesar rakyat kita dewasa ini. Pimpinan militer  mencurigai bahwa di
belakang macam-macam gerakan massa melawan kemiskinan, pengangguran,
korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran HAM, ada permainan
unsur-unsur PKI. Bahkan  mereka (pimpinan militer) menuduh atau memfitnah –
dengan gegabah atau sembarangan saja – bahwa aksi-aksi yang membela
kepentingan orang banyak itu digerakkan oleh antek-antek asing dan agen dari
jaringan komunis internasional.

Padahal, pimpinan militer itu sendiri tahu atau menyaksikan bahwa dalam
berbagai gejolak yang melanda seluruh negeri dewasa ini ikut berpartipasi
secara aktif bermacam-macam kalangan dari golongan yang beraliran Islam,
nasionalis, dan juga komunis. Karena makin menghebatnya krisis ekonomi dan
keuangan di tingkat nasional dan internasional, maka akan makin menghebat
pulalah berbagai macam gerakan atau aksi untuk menghadapi krisis politik,
ekonomi dan sosial di Indonesia, seperti yang bisa sama-sama kita saksikan
sejak lama dan yang masih terus berlangsung dewasa ini.

Seruan yang anti-Pancasila dan cermin fikiran tidak waras

Karena itulah, terlepas dari ada atau tidak adanya  “anak-anak PKI yang
harus diwaspadai”, perjuangan berbagai kalangan di Indonesia untuk menentang
segala kejahatan dan ketidakadilan dan pelanggaran HAM yang dilakukan terus
oleh sisa-sisa pendukung Suharto akan tetap bermunculan bahkan akan lebih
menggelora dalam berbagai bentuk dan cara. Perlawanan atau perjuangan ini
dilakukan oleh bermacam-macam golongan dan kalangan dalam masyarakat
Indonesia, yang mendambakan adanya perubahan-perubahan besar-besaran dan
mendasar di Republik kita, dan bukan hanya oleh anak-anak PKI yang harus
diwaspadai dan dikucilkan.

Mengingat hal-hal itu semualah, maka makin jelas kelihatan bahwa seruan
pimpinan militer pendukung Suharto mengenai anak-anak PKI adalah betul-betul
mencerminkan sikap yang anti-Pancasila, yang merusak persatuan bangsa, yang
melanggar HAM, yang mencerminkan fikiran sesat dan nalar yang tidak waras.

Bangsa dan negara kita tidak membutuhkan pimpinan militer yang demikian ini.
Sebab, pimpinan militer sejenis ini hanyalah menjadi penghalang kemajuan dan
perubahan fundamental yang menguntungkan rakyat, bangsa dan negara. Negara
dan bangsa kita membutuhkan adanya pimpnan militer yang mempunyai orientasi
politik dan missi pengabdian yang searah atau sejiwa dengan  yang sudah
ditunjukkan (antara lain)  oleh Hugo Chavez dari Venezuela atau Fidel Castro
dari Kuba. Dan, bukannya pimpinan militer yang berkiblat ke Suharto atau ke
jenderal-jenderal lainnya pendukung Orde Baru.

Paris, 25 Januari 2009

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.552 / Virus Database: 270.10.13/1915 - Release Date: 25/01/2009
18:13

Kirim email ke