T = Halo Mas Leo,
Aku merasa jenuh... menunggu tapi ga tau apa yang aku tunggu. Yang muncul di pikiranku cuma ga percaya cerita orang tentang Tuhan, padahal aku sendiri ga tau Tuhan tu kayak apa. J = Sama, saya juga begitu. Saya menunggu tapi gak tau apa yg saya tunggu. Maybe saya tunggu saat harus say good bye to the physical world dan moksha. Moksha is a concept doang, no different than Sorga di dalam agama-agama Semit. Moksha adalah konsep dari jazirah India while Sorga konsep dari jazirah Arabia. The backgrounds to such are different kinds of kehidupan yg dialami oleh manusianya. Jazirah India is full of gemah ripah loh jinawi, segalanya berkelimpahan sehingga ada banyak maharajahs yg very rich. The maharajahs mempunyai banyak hamba sahaya yg gratis bisa dipake, bispak. Mao perawan or janda gak masalah. Laki perempuan juga no problem. Segalanya berkelimpahan. And not only the maharajahs yg bisa berpesta pora dengan sorga duniawi itu, melainkan orang biasa-biasa saja juga bisa. Many things are cheap. Bisa orgasme dengan harga murah tanpa harus dikatain berzinah. Keperawanan is nothing. Keperjakaan juga nothing. Kita bisa enjoy other people punya genitals as much as we like kalau kita cukup mempunyai kedudukan dan harta di India. Kalau kita yg biasa saja bisa having all those nikmats dari Allah, apalagi para maharajahs dan their cronies, ya gak ? And because of that, agama yg muncul di India menjanjikan Moksha alias bebas dari segala macam kenikmatan duniawi. Allah memuliakan manusia bukan dengan memberikan segala kenikmatan oral dan genital, melainkan dengan memberikan pencerahan sejati sehingga manusianya akan sadar bahwa all those bodily sensations are mere fleeting shadows, cuma bayangan yg bergerak-gerak saja, no different seperti ketika kita bergerak-gerak menggoyang alat kelamin untuk mencapai klimaks. And after that nothing. Nothing until the sexual craving comes again. And the procedure is repeated, which is mencari what kind of hole we'd like to use today. And because ini di jazirah India yg bertebaran dengan perawan dan perjaka, maka kita akan bebas menentukan. Kalau mau bisa dipake. Bispak is the rule. Kita bisa pake yg kiri in one night, and pake yg kanan at another night. Habis pake dibuang, just like condoms... Makanan juga begitu, berlimpah-limpahan dengan daging ayam, kambing, babi, bebek,... For your information, dari sinilah asal mulanya lagu potong bebek angsa. Bebek angsa yg benernya bukan bebek melainkan soang. Angsa is soang atawa bebek seksi yg menjadi simbol dari gadis perawan when the angsa dipotret sedang meluncur di atas telaga bening. Begitu yg terjadi tahun demi tahun bagi manusia yg sedang disiksa oleh Allah di jazirah India. Disiksa bukan dengan kekurangan melainkan dengan kelimpahan. Makanan dan minuman tidak kekurangan, dan semuanya enak-enak. Everybody knows how delicious is masakan India... Hidup di istana yg dibangun di areal luas tak terkira dengan tenaga kerja murah... Pesta-pesta semalam suntuk sampe cape dan bobo berhari-hari. Bangun bobo pesta lagi. The judul is pesta tanpa henti dengan lagu-lagu yg even sampe sekarang terkenal di seluruh dunia, including Indonesia. Lagu India is always top punya. Bollywood is the dewa of lagu-lagu India yg bisa disetel sepanjang malam dan siang hari without anybody complaining. Plus the film yg namanya apa lagi kalo bukan film India. Nehi, nehi... Nehi artinya no, tidak. No, I am fed up with all these "nikmats" dari Allah. Nikmat dalam tanda kutip. Allah ternyata menghukum manusia dengan memberikan segala macam kenikmatan duniawi sehingga the next ejaculation rasanya hambar. Klimaks terasa seperti buka keran biasa. Keran dibuka, air mengalir. After that, it's gone. Now and it's gone, sampe terasa pengen stop saja semuanya. Tetapi tidak bisa... Dunia harus berputar terus, harus nonton film India setiap hari, denger lagu India setiap hari, makan masakan India setiap hari. Having sex dengan perawan or perjaka India setiap hari, or even with both at the same time. So, walaupun semuanya enak ketika kita masih muda, akhirnya terasa hambar dan menyakitkan ketika kita sudah dewasa dan berpikir: Oh kejamnya dikau ya Allah ! Karena pengalaman budaya yg serba berkelimpahan inilah akhirnya spiritualitas di India mengambil bentuk asketik, yaitu penolakan segala macam kenikmatan duniawi. Keduniawian itu ternyata tidak ada habis-habisnya. Seperti suka sama orang yg very cute, ternyata itu juga tidak ada habis-habisnya. Ternyata tiap kali muncul orang yg cute saya jatuh cinta lagi dan kepengen oho oho sama dia, pedahal di Indonesia that's impossible. Di India mungkin it's probable di masa lalu apalagi kalo saya dari jenis beruang dan yg very cute itu dari kalangan bispak, the lower castes, kasta rendahan. Karena hal-hal sensual itu sangat mungkin dan begitu mudahnya di India, akhirnya para spiritualis di sana bilang bahwa itulah Samsara atawa Neraka Dunia. Neraka bagi orang India adalah kenikmatan oral, genital, dan audiovisual yg tidak ada habis-habisnya. Bollywood is neraka dunia. Nehi, nehi... Saya tidak mau lagi ya Allah. Cabutlah segala kenikmatan dunia ini yg cuma akan membawa saya lahir kembali dan lahir kembali. Lahir untuk menikmati lagi dan menikmati lagi. Walopun lupa syairnya, ternyata kuncinya tetap sama. And the same song is repeated from one life time to another life time. Dulu jadi raja, nanti jadi ratu. Dulu jadi pedanda, nanti jadi prostitute. Semuanya itu kenikmatan yg terasa menyiksa karena begitu sensual dan tak ada habis-habisnya. Sometimes ada yg mempersembahkan dirinya untuk saya pake, ada kalanya saya yg total surrender kalo orangnya ganteng dan saya suka as well as dibayar pake dollar. Akhirnya saya bilang: Sampai kapan ya Allah ? Akhirnya Allah yg muncul di jazirah India menurunkan ayat-ayat. Ayat-ayat itu turun tidak melalui Malaikat Jibril melainkan langsung ke dalam pikiran mereka yg tercerahkan seperti Sidharta Gautama yg sekarang kita kenal sebagai Sang Buddha. Ayat itu bilang bahwa pencerahan sejati dari Allah hanya akan diberikan kepada mereka yg benar-benar dimuliakan. Asli dimuliakan sehingga tidak akan lahir kembali ke dunia kenikmatan ini. Having sex berkali-kali cuma buat mereka yg dibenci Allah. Punya istri banyak hanya bagi mereka yg sedang disiksa. Makan dan minum berlimpah-limpah hanya untuk mereka yg spiritualitasnya sedang digodok sehingga sadar bahwa segalanya itu cuma fleeting sensations. Sensasi sesaat yg tidak abadi. Yg abadi adalah Nibbana atawa kekosongan belaka. Kosong. Hampa. Habis tanpa ada apa-apa. Tidak ada kelahiran kembali, tidak ada lagi pesta pora, tidak ada lagi bidadari bugil maupun cowok bispak. Semuanya itu sudah lewat dan manusia yg tercerahkan akhirnya moksha, masuk dalam Nibbana atau keabadian di mana bahkan Allah juga tidak ada. Tidak ada apapun. Complete nothingness. Dan itulah keabadian, pencapaian spiritualitas tertinggi di mana Allah dan non Allah habis. Tidak ada apa-apa lagi. Musnah. Moksha. Pada pihak lain, budaya di jazirah Arab yg serba kekurangan justru bilang kebalikannya. Karena segalanya serba susah di Arab, maka pencapaian spiritualitas tertinggi justru akan dihadiahi dengan bidadari. Harus bidadari karena Arab itu budaya lelaki, dan wanita harus tetap menjadi budak di dunia maupun akhirat. So, Allah akan memberikan kehidupan yg susah dan keras kepada mereka yg dimuliakannya di dunia ini. Dan kalau mereka mati maka akan dihadiahi dengan kehidupan penuh kelimpahan di dalam Sorga. Penuh susu dan madu. Susu itu bisa berasal dari bidadari maupun susu Cap Nona, it does'nt matter, pokoknya susu. The madu bisa asli madu tawon yg diimpor dari Indonesia. Bisa juga diproduksi di peternakan tawon yg dibangun di perbatasan antara Sorga dan Neraka. Itu juga tidak akan menjadi masalah. Yg pasti, mereka yg dimuliakan Allah akan memperoleh Sorga complete dengan bidadari yg selalu perawan plus susu en madu. The bidadari harus selalu perawan supaya always enak dipake. Habis dipake perawannya akan balik lagi, nutup lagi, pending the next penis intrusion. Something like that. Agama itu lahir dari budaya. Budaya di jazirah India yg serba berkelimpahan memunculkan pengertian bahwa spiritualitas tertinggi tercapai ketika kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan terhadap kenikmatan duniawi yg memang mudah sekali untuk diperoleh. Saking mudahnya orang jadi bosen. Bosen nyanyi lagu India sehingga akhirnya akan meninggalkan segala macam lagu dan diam saja, expecting Allah akan mengasihani dirinya sehingga membukakan pintu moksha di mana segala kenikmatan itu tidak akan ada lagi. Yg ada cuma kekosongan belaka. Daripada bosen having sex every day selama ribuan tahun lahir berkali-kali, kan lebih enak masuk ke dalam keabadian, kekosongan, nibbana ? Tetapi agama yg lahir dari budaya kekurangan seperti di jazirah Arabia justru mengajarkan sebaliknya. Hidup yg susah di dunia ini tidak sebanding dengan nikmat yg akan diberikan oleh Allah ketika kita mati dan masuk Sorga, begitu katanya. Air jernih akan mengalir tak henti-hentinya di Sorga bagi orang yg percaya kepada Allah, lanjutnya. Pedahal bagi kita it's nothing. Kita kebanjiran tiap taon sehingga air mengalir without putus is not an incentive for us to worship Allah. Tetapi Allah tidak putus asa, masih banyak janji-janji lainnya yg diberikannya kepada mereka yg mau bertahan hidup serba susah di Arabia. Pokoknya mereka yg hidupnya susah sekarang akan bisa pesta pora di Sorga. Pedahal yg pesta pora model begituan adalah orang yg sedang disiksa oleh Allah di jazirah India. Kok bisa berkebalikan seperti itu ? Ya bisalah, karena namanya budaya. Agama itu hasil ciptaan budaya, makanya isinya selalu sesuai dengan budaya di mana agama itu dilahirkan. Agama dilahirkan oleh pemikiran manusia yg dibentuk oleh alam sekitar. Kalau alam sekitarnya serba mewah berkelimpahan, maka Sorga yg dijanjikan adalah kekosongan abadi. Moksha ke Nibbana artinya menghilang dari segalanya, bahkan dari pikiran kita sendiri. Mungkin akhirnya yg ada cuma pure existence. Sadar bahwa sadar. Dan diam saja. Hening. Tetapi Sorga bagi mereka yg hidup dalam kekurangan adalah tempat di mana segala macam keduniawian akan bisa dinikmati sampai puas tanpa akhir: Bidadari telanjang. Masakan India. Bollywood. Film Nehi Nehi. Anything is supposed to be available bagi para ustad dan ustadzah yg takwa menjalani agama Allah di dunia ini. Available di alam barzakh atawa setelah meninggal dunia dan masuk Sorga. Untungnya the ustad dan ustadzah tidak tahu bahwa Allah yg menjanjikan segala kenikmatan dunia di dalam Sorga itu ternyata cuma hasil pemikiran thok. Hasil budaya manusia. In this case hasil budaya manusia di padang pasir yg serba kekurangan. Hasil budaya manusia yg serba berkecukupan justru akan bilang bahwa bidadari telanjang dan segala kenikmatan indrawi yg tak berkeputusan itu is the true neraka. + Leo @ Komunitas Spiritual Indonesia <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>. Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/