Salah seorang ulama senior Mesir mendapat tekanan untuk mengundurkan tinggi karena berjabat tangan dengan Presiden Israel Shimon Peres. Kritik dari politisi dan media mengalir deras sejak koran-koran di negara itu memuat gambar Syaikh Muhammad Sayyid Tantawi berjabat tangan dengan pemenang hadiah nobel itu dalam konperensi antara agama PBB. Berbeda dengan negara-negara Arab lain, Mesir dan Yordania merupakan negara Arab yang berdamai dengan Israel. Namun, reaksi keras terhadap jabat tangan itu memperlihatkan besarnya rasa benci banyak pihak di Mesir terhadap negara tetangganya itu. Sheikh Tantawi memimpin Unversitas al-Azhar, Kairo, salah satu perguruan tinggi di dunia. Bulan lalu, saat menghadiri konferensi antar agama yang diadakan PBB di new York, dia berjabat tangan dengan presiden israel Shimon Peres. Syaikh Tantawi mengatakan pertemuan itu terjadi sambil lalu dan dia tidak mengenali Peres. Namun, penjelasan ini tidak berhasil mengatasi kritik yang muncul. Berlumuran darah Wartawan BBC Christian Fraser dari Kairo melaporkan, diantara pengecam sang Syaikh adalah koran independen terkenal al Dustur, yang setiap hari memuat kampanye agar dia dipecat. Koran itu mengatakan, tangan Shimon Peres yang telah berkarir di politik Israel selama 60 tahun, berlumuran darah ribuan warga Palestina, dan Syaikh Tantawi harus mensucikan tangannya. Namun Koran Israel Maariv melaporkan, Sheikh Tantawi justru yang mendekati presiden Israel itu. Politisi Senior Mesir secara rutin bertemu dengan Shimon Peres. Presiden Mubarak bahkan bertemu dengan peres dua bulan lalu. Namun, para pengamat mengatakan Syaikh Tantawi adalah tokoh muslim Sunni dan dengan berjabat tangan langsung dengan presiden Israel diartikan bahwa hubungan dengan israel telah kembali normal.