Refleksi: Apa alasan tak mungkin? Lihat Washington Post on May 21, 1990, and the Boston Globe on May 23, 1990
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/25/01052056/buku.weiner.picu.kontroversi Buku Weiner Picu Kontroversi Wapres Kalla: Tak Mungkin Adam Malik Agen CIA Selasa, 25 November 2008 | 01:05 WIB Jakarta, Kompas - Buku "Membongkar Kegagalan CIA" (The Legacy of Ashes, History of CIA) karya Tim Weiner menuai kontroversi, terutama menyangkut penyebutan mantan Wakil Presiden Adam Malik (almarhum) sebagai agen Badan Pusat Intelijen AS atau CIA. Wapres Jusuf Kalla tidak melihat kemungkinan tersebut. Sementara itu, Kejaksaan Agung masih meneliti atau mengkaji sejauh mana buku tersebut membawa dampak yang mengganggu stabilitas. Kajian atau penelitian itu dilakukan Bagian Intelijen Kejagung. "Pertama, sebagai Wapres saya menyesalkan tulisan itu. Saya tidak bisa percaya. Tidak mungkin Pak Adam Malik itu menjadi apa yang ditulis itu (agen CIA)," kata Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Senin (24/11). Alasan kepribadian dan posisi politik Adam Malik otomatis membantah kemungkinan itu. Wapres menjelaskan, Adam adalah orang yang pandai bergaul sehingga bisa saja mempunyai banyak teman diplomat, termasuk diplomat AS. Namun, tuduhan seperti ditulis dalam buku itu menurut dia sulit dipercaya. "Pertama, basis politik Pak Adam Malik tidak sama dengan kepentingan AS. Pemikiran beliau lebih kepada pemikiran sosialis. Beliau kan pendiri Partai Murba. Jadi, tidak mungkin menjadi agen CIA. Kedua, walaupun yang dituliskan itu sebelum beliau menjadi wapres, sulit bisa memahami hal itu terjadi," ujarnya. Pemerintah akan mempelajari buku itu lebih lanjut. Jika perlu, pemerintah akan meminta pertanggungjawaban penulisnya. Menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung M Jasman Panjaitan, jika diperlukan, pihaknya akan bekerja sama dengan instansi lain untuk meneliti buku itu. Kejagung akan meneliti dampak buku, terutama di bidang ideologi dan sosial politik. Sementara itu, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menilai terlalu banyak kontroversi sering diungkap pihak luar, terutama oleh orang-orang dari kalangan media massa, tentang Indonesia. Untuk itu, pelurusan sejarah di dalam negeri dinilainya menjadi suatu keharusan. Juwono mencontohkan, bahkan proklamator RI, Mohammad Hatta, juga pernah dituduh menjadi provokator peristiwa pemberontakan PKI di Madiun, Jawa Timur, tahun 1948. "Namun, semuanya spekulasi saja, tidak ada yang benar. Seperti kita tahu, industri hal-hal yang kontroversial pasarnya kan akan selalu ada di Amerika Utara dan Eropa. Selalu ada obsesi soal peranan intelijen-intelijen CIA. Padahal, sering kali kejadian di luar negeri mereka, entah Asia, Afrika, atau Amerika Latin, semata-mata persoalan dalam negeri," ujar Juwono. (INU/idr/dwa/sut)